"Bahkan lo nggak tau bokap dari anak yang lo kandung!" Reno tersenyum meremehkan. "Gugurkan kandungan itu Delima!!!"
"Tidak akan!" jawab Delima lemas. "Aku tidak mau menambah dosa."
"Jangan sok suci lo! lo lupa pekerjaan lo selama ini?"
"Apa yang kamu inginkan? uang?" tanya Delima karena dia sudah paham dengan sifat Reno yang mata duitan, Reno tidak mungkin melepaskan dirinya begitu saja.
"Apa lagi! karena lo sumber penghasilan gue."
"Ambilah uang di lemari kamarku, kuncinya ada di dalam vas bunga, ambilah semuanya dan tolong jangan ganggu aku lagi!"
Reno membelalakkan matanya. "Lo punya uang???" tanyanya tidak percaya karena selama ini Reno tidak pernah memberinya uang.
"Jangan banyak tanya, cepat pergi dan jangan kembali lagi kesini!"
Dan benar saja Reno pergi meninggalkan Delima.
Setelah kepergian Reno Delima kembali mengusap perutnya yang masih rata.
"Bunda akan tetap membesarkan kamu nak, meskipun bunda tidak tau siapa ayah kamu." lirihnya dengan derai air mata.
Pintu kamar terbuka, munculah Dokter di ambang pintu. "Selamat sore." sapa Dokter ramah.
Delima segera menghapus air matanya. "Sore Dok."
Dokter mendekati ranjang Delima untuk memeriksa kemajuan kondisi Delima. "Bagaimana? sudah merasa baikan?"
"Sudah Dok. Dok boleh saya minta tolong?"
Alis Dokter menyatu. "Minta tolong apa?"
Delima meraba lehernya dimana ada sebuah kalung berinisial 'D' pemberian Devan, itu adalah satu-satunya yang di miliki Delima saat ini namun dia terpaksa harus menjualnya untuk biaya rumah sakit dan biaya hidupnya beberapa hari kedepan, Delima sendiri juga tidak tau harga kalung itu, dia berharap semoga cukup untuk biaya rumah sakit.
Delima belum menjawab pertanyaan Dokter, dia masih memandangi kalung tersebut, sebenarnya dia berat melepas kalung itu. "Tolong jualkan kalung ini Dok."
Dokter meraih kalung itu dan mengamatinya. "Kalungnya cantik, kenapa harus di jual? dan sepertinya anda juga berat untuk menjual kalung ini."
"Untuk biaya rumah sakit ini Dok." lirih Delima.
"Kalau memang belum ada uang saya bisa membiayai anda dul--"
"--Jangan Dok!" potong Delima. "Saya tidak mau merepotkan siapapun."
Akhirnya Dokter mengalah. "Baiklah saya akan jualkan kalung ini."
"Terima kasih Dok."
"Sama-sama, saya tinggal dulu, silahkan istirahat kembali."
Dokter keluar dari ruangan Delima, Delima kembali mengusap perutnya. "Terima kasih sayang kamu telah membebaskan bunda dari tempat kotor itu."
Delima beringsut untuk duduk dia menoleh ke arah jendela untuk melihat pemandangan di luar sana, sebuah senyuman terbit di bibirnya saat melihat pemandangan taman di rumah sakit, sudah bertahun-tahun Delima tidak melihat pemandangan seperti itu. Hatinya terasa damai, meskipun dia tau beban yang akan di pikul kedepannya akan sangat berat.
*
*
*
Keesokkan harinya Dokter datang lagi dengan membawa amplop coklat besar dan tebal jika itu isinya uang kemungkinan bisa ratusan juta jumlahnya.
Dokter menyerahkan amplop tersebut pada Delima. "Ini uang hasil jual kalung itu."
Delima membelalakkan matanya. "Dokter serius? itu isinya uang?" tanya Delima memastikan, dia seakan tidak percaya kalung sekecil itu harganya ratusan juta.
"Serius." jawab Dokter singkat.
Delima masih bengong.
"Simpan baik-baik uang itu." pesan Dokter dan dia keluar dari kamar Delima.
Delima segera menyimpan uang tersebut, dia akan menggunakannya sebaik mungkin, dalam hati tak henti-hentinya Delima berterima kasih pada Devan karena telah memberi kalung tersebut.
"Devan?" Delima jadi teringat dengan Devan.
**Bingung nih mau ngomong apa hahaha...
sekedar mengingatkan, jangan lupa tinggalkan jejak dan jangan lupa juga bacanya sambil berimajinasi😉😉😉**
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 93 Episodes
Comments
Kadek Eni
bagus
2022-01-25
0
AlaNa🍇
mampir kk semangat..
2021-10-25
0
🇰 ͨ🅰︎ͦ🇮 ᷛ🇸ͣ 🅰︎ᷡ🇷
selalu jejak sayang🏃🏃🏃🏃
2021-08-09
1