#Istriku_Kumel
Bab 5
Rate 17+
Matanya membulat sembari berkata.
"Loh pah, hpnya mati, kayanya loubet deh, harus di cas." ucap Ami sembari menyender di dada bidangku. Tanpa aku suruh.
Untung saja gak ketahuan, vidio itu. Bisa-bisa aku mati di gantung.
Aduh, kenapa Ami nyender lagi di sini, sudah tau bau, bikin enek ajah.
"Mah, besok ke salon yuk." ajakku sembari mengelus kepalanya. Rasa cintaku taakan pernah hilang, aku ingin yang terbaik untuk dirinya. Agar dia menjadi sosok wanita yang seperti dulu ceria. Dan terlihat nyaman untuk mataku.
Seperti biasa dia hanya terdiam, tubuhnya menyingkir dari hadapanku. Ada apa? Apa aku salah berkata.
"Kenapa mamah diam terus, coba jelaskan, apa kurangnya papah," ucapku sedikit bernada tinggi. tangan kananku meraih tanganya, memegang pipinya yang napak begitu pucat.
Terlihat bulir bening di pelipih mata istriku mulai jatuh. Dia nampak tak senang saat mendengar perkataanku. Nafas mulai tak beraturan, seakan ucapnya yang aku lontarkan membuat sang istri sakit hati.
Kepalanya menunduk tanpa menatap ke arah wajahku lagi, kami berhadapan. Tapi dia malah menepis tanganku dengan halus.
Aku hanya bisa mengusap kasar wajahku.
Meraih dagunya agar menatap ke arah wajahku.
Namun sayang pandangan matanya tidak menatap ke arahku malah berbalik dan meninggalkan aku dengan seribu pertanyaan.
Dia pergi begitu saja, tanpa berkata-kata.
Oh Tuhan, ada apa dengan Ami, aku hanya ingin membuat dia lebih terlihat cantik dan segar, aku ingin melihat dia menjadi sosok wanita yang seperti dulu, ceria, dan terbuka.
Namun, ada apa dengan dirinya. Seketika dia seakan tak peduli dengan dirinya, begitu pun dengan diriku. Apa yang salah dengan ajakanku?
Apakah aku tak pantas menjadi suaminya lagi, atau dia mulai bosan dengan diri ini, hingga tak mau menyenangkan sosok seorang suami sepertiku.
"Mah, tunggu ...,"
Aku mengejar dia, tanganya hampir saja kuraih. Tapi dia malah menepis pegangan tangan ini, dia pergi berlari, mengunci kamar tidurnya.
Segera ku ketuk-ketuk pintu kamar.
"Mah, buka ... , mamah kenapa? Kalaupun mamah ada masalah, ceritakan pada papah, jangan seperti ini," ucapku yang tak kuasa melihat sang istri menagis tanpa sebab. Aku takut dengan keadaanya yang saat ini, dia lebih cenderung diam, tidak seperti biasanya.
Aku kangen tampilan dia yang lembut, dan elegan. Yang mampu memikat seorang lelaki sepertiku.
Tidak ada kata-kata yang terlontar hanya keheningan malam, yang menyelimuti kesendirianku.
Langkah kaki ku gontai menelusuri setiap sudut rumah.
Meratapi nasib seperti ini, melihat istriku yang terdiam dan menagis seakan aku yang tidak bisa membahagiakan dirinya.
Kepala ini terus saja berpikir keras, menjawab semua yang tidak pernah istriku ucapkan. Hanya mengadalkan tangisan.
Apa harus aku selidiki sendiri, karna memang akhir-akhir ini aku jarang sekali di rumah, selalu lembur di kantor, kadang pulang telat.
Supaya aku tau kenapa dia seperti itu, apa ada yang menganggu dalam dirinya.
Yah, agar segera terungkap kenapa Ami seperti itu, biar besok izin dulu sehari untuk tidak masuk kerja.
Segera aku bergegas tidur. Di sopa, karna Ami sudah mengunci kamarnya.
Tanpa terasa malam begitu larut, seakan ada suara yang menghampiriku. Dan membuat tubuhku menjadi hangat.
Dan pagi harinya.
Saat aku terbangun, dan benar saja aku sudah terselimuti dengan selimut tebal.
Bagaimanapun Ami selalu perduli padaku.
Sesaat itu ...
"Papah gak kerja?" Tanya istriku, menghampiri dan sedikit mendekat ke arah wajahku.
"Papah libur mah, minta izin sama Bos Hendra." ucapku sembari memainkan game kesayangan. Rasanya bahagia ketika izin dari kantor merasakan berdiam diri di rumah, memainkan game.
Kan kapan lagi aku bisa seperti ini.
"Ya, gimana sih papah, jangan gitu, sayang pah," ucap Ami dengan nada kesal.
Aku menatap lekat ke arah wajahnya.
"Memangnya kenapa? Papah gak kerja sehari gak bakal bikin kamu kelaparan kan," ucapku sembari menunda permainan gameku. Berdiri menghampiri sang istri dengan rasa sedikit kesal.
Seperti biasa Ami malah pergi ketika sedikit ku bentak.
Akhh, aku hanya mengelus kasar wajahku, untung saja waktu masih menujukan pukul 07:06 pagi, aku bergegas memakai jas yang sudah di sediakan Ami istriku.
Saat hendak langkah kaki ini melangkah menghampiri sang istri, ku panggil sang malaikat kecilku Dodi untuk berpamitan kerja.
Namun, berbeda dengan Ami dia tidak menghampiriku sama sekali, malah berbalik badan dan pergi begitu saja.
Apa dia marah, karna sedikit ku bentak?
******
Segera ku hampiri mobil, kendaraan yang selalu mengantarkan diri ini bekerja.
Karna rasa penasaran, aku tidak melanjukan mobilku sampai ke kantor, melainkan berhenti di lapangan yang lumayan tidak jauh dari tempat tinggalku.
Apakah ada gerak-gerik mencurigakan dari istriku. Semoga saja hari ini aku bisa menyelidiki kenapa dia berubah.
30 menit sudah aku menunggu, akhirnya aku menyerah, mungkin Ami tidak seperti yang dipikirkan olehku. Dia wanita yang setia, mana mungkin dia mendua.
Dan mana mungkin dia selingkuh, toh penampilannya juga tak meyakinkan.
Saat mesin mobil akan ku hidupkan.
Tunggu, bukan kah itu istriku Ami, dia memakai pakaian rapih, dan tak lupa sal yang melingkari wajahnya, kaca mata hitam, membuat seseorang tak mengenali dia.
Mau kemana dia jam segini?
Untung saja aku hapal sekali baju yang sedang ia pakai, karna setiap baju yang ia pakai, siapalagi kalau bukan suaminya ini yang membelikan, dia mana mau beli baju, kalau pun mau beli mikir-mikir 1000 kali.
Banyak sekali alasanya.
Sayang lah uangnya, di tabung lah. Itulah jawaban yang selalu dilontarkannya ketika hendak membeli sesuatu untuk dirinya sendiri.
Mataku terus saja mengarah pada wanita yang menjadi istriku ini.
Terlihat sekali gerak gerik istriku mencurigakan, ketika ia menengok ke kiri ke kanan seperti takut ketahuan oleh seseorang yang ada di komplek rumah tempat aku tinggal.
Setelah ku Amati, ada mobil berwarna merah menghampiri istriku, terlihat sekali Ami buru-buru menaiki mobil berwarna merah itu.
Hatiku semakin tak karuan, apa yang istriku sembunyikan, apa dia selingkuh di belakangku, ta-pi. Mana mungkin dia selingkuh, sedangkan ia tak bisa mengurus wajahnya sendiri.
Penampilanya pun tak menarik di depanku, apalagi di depan Laki-laki lain.
Karna penasaran ku ikuti mobil itu.
Namun saat itu ... ?
Gemuruh dada kian tak beraturan resah, kesal.
Apa yang dilakukannya selama ini membuat aku selalu bingung.
Ami kalau memang kamu bosan denganku, kenapa tak bilang dari dulu.
Mulutku terus saja berkata-kata tak sadar, karna emosi jiwa.
Dengan pelan aku terus mengikuti mobil itu.
Mudah-mudahan apa yang aku pikirkan selama ini salah.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 351 Episodes
Comments
Kusmiati
ami cepat se.buh ya.semangat lanjut
2022-03-09
0
Nurjanah Tamim
lanjut dah kak
2021-08-11
0
Siti Aisyah
aku mah kalaw di suruh suami ke salon langsung melesat cuuuus😁
2021-07-13
0