#Istriku Kumel
Rahasia di balik istri ku yang Kumel
#Bab 2
#Rate _ 17+
Sesampainya di depan rumah, terlihat istriku yang menangis tersedu-sedu. Rambut yang berantakan, baju yang sudah tak layak di pakai. Seperti orang yang baru di landa sakit jiwa.
Mataku membulat menatap wanita yang selama ini menjadi istriku, terduduk di tanah.
"Ada apa sebenarnya ini?" Tanyaku menghampiri Ami yang menangis. kenapa dia malah menagis seperti itu, harusnya dia mencari Dodi sampai ketemu, malah meraung-raung menagis seperti itu. Otak ini mulai terasa pusing melihat istriku yang seperti ini.
"Mas ..."
Dengan mulut yang mengagah, sembari air mata yang begitu membasahi pipi. Ami tiada henti menangis, sendirian di depan rumah.
Menatap ke arah wajahku. Entahlah, tidak ada rasa iba ketika melihat wanitaku ini.
"Kemana Dodi?" Tanyaku kesal. seketika rahangku mulai mengeras.
"Dodi hilang mas, tadi aku tinggalin dia di depan rumah, main sendirian, karna sibuk mencuci pakaian." ucapnya sesekali mengelap air mata dengan punggung tangannya. Pipinya begitu basah dengan air mata. Ku usap kasar rambutku. Membuat rahangku seketika mengeras
Kedua tanganku mulai mengepal, menahan emosi di jiwa, kenapa? Dia seceroboh itu.
Ami, Ami .. Akh serasa nafas ini tersumbat karna ke cerobohanya.
Aku geram di buatnya, bukanya aku sudah belikan dia mesin cuci masih saja dia mengosok cucian dengan tangan. Agar dalam pekerjaannya terasa ringan. Tak perlu cape-cape membilas baju
Tanpa sadar, tanganku melayang ke arah pipinya.
tamparan keras mendarat di pipi wajahnya.
Tangisanya terdiam, seketika. Ku atur nafasku ,sesak, rasa kecewa karna telah menapar istriku. Hatiku gaduh, bingung antara menyesal dan tidak.
Amarahku makin menggebu.
"Memang kamu ini engga becusnya, cuman ngurus anak satu saja, masih ga bisa." cecarku memarahi sang istri. Emosi ini sudah tak bisa terkendali, semua kata-kata kesalku terlontar di depan wajahnya.
Dia hanya terdiam, tanpa berkata-kata.
Setiap aku marahi, di selalu diam, bukanya langsung menyadari atas kesalahanya.
"Kenapa diam?" ucapku, yang tak tahan dengan tingkah wanita yang menjadi pendamping hidupku selama ini.
"Maaf Teh Ami, ini anaknya tadi lari-lari sendiri." ujar tetangga dekat rumahku membuat aku terkaget, ternyata Dodi ada di tangan Bu Lulu.
Tangisanku redup melihat anakku, sekarang ada di depanku.
Dengan sigap.
Aku langsung merangkul Dodi dan memeluk dia.
"Nak, untung kamu tidak apa-apa. Ayah takut kamu kenapa-kenapa."
"Tadi Dodi sendirian di depan rumah, lari-lari, lalu dia liat Ibu pergi ke warung, katanya mau ikut, ya sudah saya ajak, saya lupa bilang sama Teh Ami, habisnya saya teriak-teriak, gak ada jawaban," ucap Bu Lulu tetanggaku.
"Makasihnya Bu Lulu, saya tadi cemas, kiranya Dodi hilang," jawabku. menundukan kepala.
"Iyah, gak papa. Pak. Harusnya saya gak bawa sembarangan Dodi, Ya sudah saya pamit ya."
Bu Lulu pamit dan meninggalkan kami bertiga.
"Dodi sini nak." ucap istriku merangkul Dodi.
Kami segera bergegas memasuki rumah.
Terlihat sekali istriku yang begitu kelelahan, saat itu pun ku bantu semua pekerjaan rumah yang masih tertunda.
Entahlah, apa yang dia kerjakan dari tadi, cucian masih saja menumpuk, mainan berserakan, bau pesing dimana-mana, padahal sudah aku belikan pempes buat Dodi buat dipakaikan, kenapa tidak ia pakaikan pada Dodi.
Jadinyakan cucian numpuk, piring kotor berserakan. Sesekali ku tatap istriku, malas sekali menatapnya, tubunya bau pesing, rambutnya acak rambul, terlihat ia memakai baju daster yang sudah bolong-bolong. Percis seperti orang gila. Ada apa dengan istriku, sebegitukah dia sampai tak bisa menyenangkan mata suaminya ini.
"Bukannya papah bilang, biarkan Dodi pakai pempes, toh papah yang belikan pake uang pribadi papah," ucapku sembari membereskan mainan Dodi. Yang berserakan kemana-mana.
"Sayang pah, mending uangnya di tabung, kalau pakai mesin cuci juga boros listriknnya." jawab istriku sembari mengayun-ngayun Dodi agar tertidur.
Aku hanya mengeleng-geleng kepala, mendengar jawaban sang istri, alasan yang tidak masuk akal, istriku itu bodoh apa gimana dikasih yang enak pengennya yang cape, maunya apa sih. gumamku dalam hati.
"Mamah, jangan mikirin nabung, papah udah usahain buat nabung, tinggal mamah urus diri dan anak kita, jangan ngeribetin diri dengan terlalu berhemat lah," ucapku.
Istriku hanya terdiam, entahlah, setiap aku kasih tau dia hanya menjawab satu atau dua kata selanjutnya terdiam seperti orang bego.
Kulihat Dodi yang sudah terlelap tidur di pangkuan istriku, Dodi anakku masih berumur dua taun, masa dimana sedang aktip-aktipnya, aku selalu memaklumi Ami, kalau pekerjaannya di rumah belum selesai, ku bantu sebisa mungkin, setiap pulang kerja.
Namun, kenapa Ami, tidak menghargai layaknya aku sebagai suami. Apa dia sudah bosan, Akkh. Entahlah aku pusing memikirkan istriku ini. Bisa-bisa aku gila terus memikirkan kenapa Ami seperti itu.
Dodi mungkin sudah tertidur, aku harus pelan-pelan mengerjakan pekerjaan rumah. Agar anakku tak bangun. Kasian anakku.
Setelah Ami selesai menidurkan buah hatiku, ia pergi dengan berjalan pelan-pelan.
Seakan merasakan sesuatu.
Seakan meringis kesakitan, menahan sesuatu dengan tangannya kanannya.
Awalnya aku kasian, harus gimana lagi, dia susah sekali kalau aku kasih tau.
Prak ...
Ketika aku tengah mengepel lantai, suara gelas terjatuh, membuat Dodi yang terlelap tidur menjadi kaget dan menagis.
lap pel yang tengah aku pengang tanpa sadar langsung ku banting.
Segera kaki ini berlari menghampiri Dodi dan merangkulnya.
Menidurkannya lagi di pangkuanku, mengayun-ngayun secara perlahan.
"Maaf pah," ucapnya menatap polos ke arah wajahku.
Bola mataku membulat menatap sang istri dengan tatapan yang teramat kesal.
Hanya keheningan yang menyelimuti di rumah ini. Tidak ada ucapan yang terlontar. Hanya kesepian yang melanda kami.
"Bobo yah sayang."
Dodi terus saja menangis mungkin karna baru terlelap, ia langsung di kejutkan dengan suara gelas jatuh oleh ibunya. Ami istriku ini ceroboh nya kebangetan, benar-benar bikin aku steres.
Sabar ... Sabar ... Sembari mengelus dada menahan semua kekesalan di hati. Hanya ini yang bisa aku lakukan, tanpa harus membanting barang.
Dodi menatap wajahku, sembari bibirnya yang menahan tangis. Aku berusaha terseyum menatap wajah anakku ini. Wajah polosnya membuat hatiku tenang.
"Bobo yah sayang jangan nagis."
*********
Jangan lupa komen di bawah dan like cerita ini yah. Bakal terus up sampai tamat, dan akan lebih seru tentu dengan ceritannya.
Ada apa dengan Ami seorang istri yang tidak mau berdandan untuk sang suami, kenapa dia seperti itu. Rahasia apa yang selama ini dia sembunyikan hingga suaminya pun sampai tak mengetahuinya.
Ikuti terus ceritanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 351 Episodes
Comments
Ratnasihite
ditanya pak suami jgn bsanya marahin doang
2025-01-26
0
Nila
penasaran ya. lanjuut
2022-03-28
0
Nurjanah Tamim
kebanyakan novel mnceritakn tntng seorang istri...ini yg cerita seorang suami....
mantul aaah...lanjut kaj
2021-08-11
0