Kini Ponsel yang dipegang oleh Rigo sudah tidak lagi menjadi sebuah perhatian matanya, kini matanya berpusat pada seorang wanita dengan senyuman lebar di bibirnya yang tengah duduk tepat di hadapannya.
Rigo membuat sebuah tatapan tajam ke arah Lara dengan tangan yang sengaja ia silangkan ke atas dada.
"Ada perlu apa Nona!" Rigo melakukan gerakan mengangkat dagunya secara perlahan ke atas.
"Em, em, Apakah kamu masih ingat padaku?" Tanya Lara sedikit ragu hendak memulai percakapan.
"Apa aku mengenalmu?" Tanya Rigo menampakkan raut muka masamnya kepada Lara.
"Em, !" Kebingungan terpancar di wajah Lara, perasaannya kini.
"Terlalu banyak wanita yang selalu berada di sampingku, mana mungkin aku mengingatnya!" Rigo berucap dengan segala kesombongannya.
"Dan asal kau tahu Nona, tempat duduk itu, sudah aku pesan untuk kekasihku, jadi minggir lah dari hadapanku, kau merusak pemandangan ku!" Ucap giro dengan menggerakkan satu tangannya sebagai isyarat agar Lara beranjak dari kursinya.
"Deg!" Mendengar perkataan Rigo membuat jantung Lara seakan berhenti berdetak untuk sesaat, belum pernah rasanya ia selama hidupnya di tolak secara langsung oleh seorang laki-laki.
"Baik, aku minta maaf sudah mengganggu waktumu!" ucap Lara sambil beranjak dari kursi duduknya, untuk kemudian ia kembali menduduki kursi yang ia duduki sebelumnya.
Lara masih menatap Rigo dengan penuh selidik dari balik kursinya, dengan sebuah minuman berada ditangannya.
"Sombong sekali laki-laki itu"
"Apa benar dia punya kekasih?"
15 menit telah berlalu, Lara masih menatap ke arah Rigo dengan penuh selidik, ia hanya fokus kepada Rigo yang kala itu masih terlihat santai dengan minumannya, mengabaikan sejumlah pasang mata yang menatap ke arahnya.
Tiba-tiba, Lara membelalakkan kedua matanya, saat seorang laki-laki dengan wajah yang tak kalah tampan darinya tiba-tiba duduk di hadapan Rigo, kursi yang sebelumnya ia duduki saat menyapa Rigo.
"Apa itu kekasihnya?" Lara bertanya dalam hatinya.
"Apa betul dia punya kelainan?" Lara kembali menatap ka arah Rigo, kali ini dengan menyipitkan kelopak matanya.
Lara mencoba mencuri dengar percakapan kedua laki- laki tersebut, namun jarak yang tidak terlalu dekat, ia tak bisa mendengar percakapan di antara mereka.
"Sepertinya usahaku akan sangat sulit!" Sambil berdesah kemudian menyeruput minuman di hadapannya.
Karena merasa gerah, Lara membuka topi yang ia kenakan, ia simpan di atas meja yang berada tepat di depannya.
"Drrt drrt drrt." Ponsel Lara tiba-tiba bergetar saat sedang menyeruput sebuah minuman susu miliknya dengan mata tak ia alihkan dari pandangan Rigo, dengan cepat ia mengangkatnya.
"Hallo!"
"Ibu?"
"Berapa yang ibu butuhkan?"
"Baik, aku akan segera mengirimkannya!"
Lara kemudian beranjak dari tempat duduknya, ia terlihat terburu-buru, sedikit berlari meninggalkan mejanya, kini Rigo sudah tidak menjadi perhatiannya lagi setelah ia menerima sebuah panggilan telepon dari sang ibu.
Saat Lara keluar meninggalkan Cafe tersebut, Rigo dari balik kursinya memusatkan matanya melihat ke arah Lara yang tengah berlari, Rigo yang kala itu sedang berbincang dengan seorang laki-laki di hadapannya, sejenak menghentikan percakapannya.
"Sampai ketemu lagi Go, semoga bisnis kita lancar!" Pamit pria yang ada di hadapannya sesaat sebelum meninggalkan Rigo sendirian.
"Mba, tolong tagihannya!" Ucap Rigo pada seorang pelayan yang menghampirinya saat Rigo memanggilnya beberapa saat lalu, setelah itu pelayan tersebut membawakan tagihan miliknya, biasanya ia tak pernah melihat total tagihan yang ada pada struk pembayarannya, entah mengapa saat itu matanya berhasil menatap sebuah tagihan yang ia rasa ia tidak memesannya.
"Mba, apa betul ini tagihan milik ku?"
"Aku rasa, aku tidak memesan ini!" Rigo menunjuk sebuah minuman yang bertuliskan Hot Gingger Milk.
"Itu pesanan seorang wanita yang duduk bersama anda tuan!" Jawab pelayan tersebut.
"Maksudmu wanita yang sebentar duduk di
hadapanku yang memakai sebuah topi?"
"Iya tuan!"
"Saya kira Anda kekasihnya!"
"Jaga bicara Mu Nona, aku tidak memiliki kekasih seperti itu!" Jawab Rigo sambil menatap ke arah pelayan tersebut dengan muka penuh emosi, tak terima pelayan tersebut menyebut Lara sebagai kekasihnya.
"Sialan!" Rigo menggebrak meja dengan menggunakan tangannya yang mengepal, tidak kencang namun berhasil membuat pelayan yang ada dihadapannya terlihat ketakutan.
"Dia menipuku, wanita kurang ajar!" Ucap Rigo tanpa memperdulikan seorang pelayan yang ada di hadapannya, Rigo kini merasa tidak terima jika wanita tersebut benar-benar telah mengambil sebuah kesempatan darinya.
"Maafkan saya tuan, wanita tadi pergi tanpa membayar tagihan terlebih dahulu, saya kira dia kekasih..!" Pelayan itu memotong pembicaraannya.
"Maaf tuan saya salah bicara!" Tutur pelayan yang salah berbicara kembali, ia kini sangat ketakutan melihat raut muka Rigo yang terlihat penuh emosi.
"Saya akan memperbaiki tagihannya!" Pelayan hendak mengambil tagihan untuk memperbaikinya.
"Sudahlah, biarkan saja begitu!" Rigo yang terlihat mengeraskan rahangnya namun dalam hatinya ia merasa kasihan dengan pelayan tersebut.
"Ba baik tuan!" Jawab pelayan cafe tersebut sambil sedikit menunduk.
"Aku akan membayarnya dengan sebuah aplikasi!" Jawab Rigo dengan memperlihatkan sebuah aplikasi pembayaran pada layar ponselnya.
"Baik tuan, mohon menunggu, saya akan membawakan mesin EDC nya tuan!"
Setelah itu Pelayan tersebut mengambilkan Sebuah mesin EDC untuk Pembayaran yang akan di lakukan oleh Rigo.
"Maaf tuan, Wanita tadi meninggalkan topi miliknya di meja!" Tutur pelayan tersebut sesaat setelah Rigo melakukan pembayaran, dan memberikan sebuah topi yang memang milik Lara yang tertinggal karena terburu-buru.
"Topi?" Rigo mengangkat salah satu alisnya.
"Iya tuan, saya permisi dulu!" Pamit pelayan hendak meninggalkan Rigo.
"Pergilah!" Kemudian pelayan itu berlalu meninggalkan Rigo yang masih tak mengalihkan pandangannya pada sebuah topi yang tergeletak di atas meja.
Setelah itu, Rigo mengambil topi tersebut kemudian bergegas meninggalkan Cafe untuk segera berangkat ke kantornya. Rigo menyimpan topi milik lara di dalam mobil miliknya tepatnya di masukkan ke dalam dashboard.
***
Lara yang sesaat lalu berlari meninggalkan Cafe, kini tengah berdiri menatap sebuah layar mesin ATM, tersirat sebuah kebingungan saat melihat sebuah kalimat tertera pada layar monitor, "Transaksi Gagal Saldo tidak mencukupi."
Lara menghela nafas yang panjang, sesaat melihat tulisan tersebut.
Setelah itu, Lara menekan sebuah tombol Cancel yang membuat Kartu Debit miliknya berhasil keluar, Lara melangkahkan kakinya dari Gallery ATM dengan sebuah ponsel menempel pada telinganya.
"Hallo!"
"Erika,?"
"Emh, aku mau minta tolong!"
"Bisa kah kamu meminjamiku uang?"
"Tut,Tut, Tut!" Suara ponsel di matikan satu arah.
"Huh!" Lara membuang Nafasnya yang sedari tadi ia tahan.
Ia menatap layar ponselnya kembali mencari sebuah nama yang tepat untuk ia telepon, setelah menemukannya, Lara menempelkan lagi layar ponsel tersebut pada telinganya.
"Hallo?"
"Joan?"
"Aku Lara!"
"Apa aku boleh minta tolong!"
"Bisa kah kamu meminjami aku uang?"
"Em, baiklah kalau begitu makasih banyak!"
Setelah percakapan yang kedua berhenti, Lara menelepon kembali salah satu nama yang ada di layar ponselnya.
"Hallo, Lena!"
"Tut, Tut, Tut!" belum juga Lara berbicara, panggilannya sudah di hentikan secara sepihak.
Lara menutup ponselnya, kemudian menjongkok kan badannya dengan muka menempel pada lututnya, ia menyembunyikan airmata yang terjatuh dari kedua mata nya. Lara tidak memperdulikan lagi beberapa pasang mata yang memperhatikan ke arahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
Nurdin Nurdin
seru banget
2022-12-14
0
Nurdin Nurdin
semaking seru aja cerita ini
2022-12-14
0
atmaranii
sprtinya mnarik.. karakternya mirip adam y... aph turunannya kli yaa... hehe.. semngatt thorr
tp plngi cinta ttp lnjut kan?
2021-03-10
0