“Na, sekarang giliran lo kan yang nyuci piring?” Rista mengingatkan Risna saudara kembarnya. Memang rumah Risna-Rista tidak ada pembokatnya. Dalih nyokap sih biar dua anak gadisnya yang manis-manis itu jadi mandiri, tidak tergantung pada orang lain, dengan bentar-bentar nyuruh si embok atau si embak.
“Apa! Nggak salah?” hardik Risna. “Pokoknya hari ini aku yang nyapu halaman depan.”
“Mana bisa begitu!” tanggap Rista sewot. “Bukannya sejak awal udah terjadwal demikian? Sekarang giliran lo yang cuci piring tau!”
“Heh, bukannya dulu lo paling anti nyapu halaman depan? Ada apa nih tiba-tiba berbalik seratus delapan puluh derajat?” ujar Risna penasaran.
“Ada yang salah? So what?” sahut Rista enteng.
“Munafik lo!” semprot Risna.
“Siapa?”
“Aduh Nana, Tata. Ada apa sih? Tiap sore ribut terus masalah pekerjaan rumah. Apa harus ibu yang mengerjakan semua?” sang ibu datang melerai pertikaian kedua saudara kembar itu.
Memang, sejak kedatangan seorang cowok cucu Nek Supi yang rumahnya tepat bersebelahan dengan rumah si kembar. Keduanya hampir bahkan setiap sore melakukan aktivitas perang mulut. Dan anehnya setting, dialog beserta temanya tidak berubah-berubah. Setting di depan rumah, terus dialog sama seperti tadi kemudian temanya tentang perebutan pekerjaan rumah. Aneh gak sih?
Terus apa hubungannya antara cucu Nek Supi dengan pekerjaan rumah? Jawabnya adalah…….karena ee karena (sambil dinyanyiin pake lagu Roma Irama) cucu Nek Supi, Gito itu cowok yang super keren. Hmm.....hampir mirip-mirip sama Tom Cruise gitu deh! Terang saja si kembar jadi naksir berat sama cowok yang punya rumah di Bandung dan dia di rumah nek Supi dalam rangka menyelesaikan tugas akhir kuliah.
“Sekarang ibu yang putuskan! Tata, kamu kemarin sudah cuci piring, jadi sekarang yang cuci piring Nana. Eiit.....keputusan dewan ibu tidak dapat diganggu gugat!”
“Yaah!” keluh Risna.
“Sya la la lili.....” Rista memperdengarkan lagu kemenangan. Sambil menjalankan pekerjaannya sesekali Rista melirik ke rumah sebelah. Benar. Gito sedang menjalankan tugas rutinnya yaitu duduk di teras bersama gitarnya, seperti sore kemarin atau sore-sore yang lalu.
Merasa diperhatikan begitu tentu saja Gito balik melancarkan serangan berupa lirikan maut yang jelas sukses membuat Rista kalang kabut. Akibatnya Rista jadi salah tingkah bertindak over acting. Rista langsung mengeluarkan jurus kung fu membersihkan sampah yang justru semakin membuat gerombolan sampah berantakan. Tak lupa Rista menunjukkan kebolehannya bergelantungan di atas pohon jambu.
Gito melongo, melihat betapa atraktifnya cewek tetangga sebelah. Dia malah sempat berpikir untuk menjadikan Rista sebagai tambang uang. Lumayan bisa dipertontonkan dan menghasilkan uang. Dengan penasaran Gito pun menyapa Rista.
“Halo Risna, lagi nyapu nie?” sapanya manis. “Rajina...” Rista diam saja.
“Idiih.....sombongna, ditanya diam aja.” lanjut Gito.
Rista menoleh ke Gito. “Aku?” Rista menunjuk mukanya sendiri.
“Ya kamu, memang siapa lagi. Nggak mungkin dong aku ngomong sama rumput yang bergoyang. Terlalu sering dengar dan nggak lucu.” terang Gito. “Eh, belum selesai juga nyapunya?”
“Aku bukan Risna tau!” sungut Rista. “Dan lagi kalo belum selesai mo bantu?”
“Enggak! Eh, tapi kamu Risna kan?” bantah Gito. “Aku yakin kamu Risna.”
“Nih, lihat baik-baik kalau perlu pakai kacamata. Aku Rista. Gadis termanis di rumah ini.”
“Sorry, habis kamu sama Risna mirip sih. Kayak saudara kembar.”
“Memang kembar.”
“Oo....gitu.”
“Baru tau?”
“Nggak juga sih!” jawab Gito cepat. “Baru kemarin aku tahu dari Risna.
Rista melongo sambil nyengir.
Hari demi hari berlalu, permusuhan antar saudara kembar itu bukannya mereda justru semakin memanas. Apalagi Rista yang selalu dapat giliran kedua dalam memperoleh informasi tentang Gito. Seperti Minggu pagi ini Rista bela-belain lompat pagar buat mengorek keterangan seputar Gito ke Gani. Gani itu cucu nek Supi juga. Sejak kecil dia tinggal disitu bahkan Gani terhitung teman sekolah Rista dan Risna sekaligus merangkap teman main waktu masih kecil. Mumpung Risna lagi lari pagi mengejar-ngejar Gito yang jogging. Lebih baik Rista mencari info kebiasaan lain Gito, tentu saja yang lebih mengasyikkan dibanding lari pagi.
“Gito itu kalau tidur suka ngorok kayak babi.” jelas Gani sambil mengibas-kibaskan uang sogokan dari Rista.
“Informasi apa itu!” protes Rista.
“Oke, kalo lo bisa memberi aku tip lebih besar dari Risna tentu infonya akan lebih akurat.”
“Apa? Nana bayar lo lebih banyak dari gue?” Rista panas. Dia lalu masuk kembali ke dalam dan mengambil uang celengannya.
“Nih!”
“Begini........”
**
“Wow, keren!” puji Risna. “Mau ada acara apa, Ta? Udah rapi banget.”
“Ada deh. Mo tahu aja.” sahut Rista. ”Malam minggu begini kalo cuma di rumah garing!”
“Memang ada kencan?”
“Jelas! Tata!” Rista membanggakan diri. “Jangan iri ya?”
“Sori, nggak akan!” Risna meninggalkan kamar Rista.
“Wah, anak ibu yang satu ini mau kemana? Sudah dandan cantik begini.”
“Ke rumah teman, Bu!” sahut Rista singkat masih mematut dirinya di cermin.
“Teman yang mana?”
“Ya, teman Tata yang dikompleks ini , Bu.”
”Pulangnya jangan terlalu malam.” pesan si ibu. “Tidak baik untuk seorang anak gadis pulang larut.”
“Don’t worry Mom!” Rista menenangkan ibunya. “Tata nggak akan pulang larut. Paling pulang pagi. Nggak dilarang kan, Bu?” Si ibu cuma berdecak sambil geleng-geleng kepala.
Setelah berpamitan dengan ibunya, Rista langsung melesat bak anak panah menuju rumah kawannya yang misterius itu.
Begitu Rista keluar Risna jingkrak-jingkrak nggak karuan. Dia segera berlari ke kamarnya. Sepuluh menit kemudian dengan dandan super kilat Risna sudah berpenampilan tidak kalah rapi dengan Rista. Gerak selanjutnya Risna mulai bergerilya mengintip keluar. Aman! Bisiknya dalam hati.
“Lho, Nana mau pergi juga?” tegur ibu yang membuat Risna kaget setengah mati.
“Aduh, ibu bikin kaget aja.” protes Risna mengelus dadanya.
“Makanya jangan sok jadi pejuang yang sedang mengintai musuh.” celoteh ibunya. “Mau kemana? Katanya tidak pergi, kalau begini ibu jadi sendiri.”
“Ii-ini Bu, tadi Nana lupa kalau mo kerja kelompok di rumah teman. Kalau ibu kesepian kan ada TV, Bisa ramai Bu.” Risna mencari-cari alasan sambil cengengesan.
“Iya deh, ibu sendiri tidak apa-apa. Ingat jangan pulang larut!”
“Paling besok malam Bu, Nana pulang!” seloroh Risna lalu berpamitan pada ibunya yang ikut mengantar ke teras.
Dengan tergesa-gesa Risna berjalan meninggalkan rumahnya. Dan begitu sampai di tempat gelap, Risna menoleh ke pintu rumahnya yang sudah tertutup.
“Hhh!” Risna menghela nafas lega. Kemudian dia balik kanan menuju arah yang berlawanan. Tentu saja dia harus melewati rumahnya lagi.
“Nana! Kok balik lagi?” tiba-tiba ibunya muncul lagi dari balik pintu.
“Eh, anu....Nana lupa kalau tempat kerja kelompoknya di rumah Gani.” sahut Risna kelabakan.
“Oo... kirain ada yang ketinggalan.”
Masih dalam keadaan meringis Risna mengetuk pintu rumah nek Supi.
“Assalamu’alaikum!”
“Masuk Na!” Gani membuka pintu dan menyuruh Risna duduk diruang tamu.
“Hah!” Risna benar-benar kaget. Di kursi tamu sudah duduk seseorang yang mirip dengannya. Tentu saja itu Rista! Keduanya saling melotot. Sementara Gani memandang mereka dengan cengiran geli.
“Ngapain lo di sini?” bisik Risna.
“Gue rasa sama ma lo.” jawab Rista enteng.
“Wah, tumben kalian akur banget.” kata Gani.
“Ee... ada tamu lagi.” Nek Supi muncul dari dalam. Kenapa datangnya tidak bersama-sama?”
“Hehe.....tadi saya ada urusan dulu.” sahut Risna.
“Permisi!” dari arah luar muncul Gito. Kontan saja si kembar langsung pasang aksi sok manis. “Hei, ada si kembar.” sapanya ramah. “Sis, ayo masuk aku kenalkan pada nenek, saudara sepupuku dan si kembar anak tetangga sebelah teman Gani.”
Sosok yang menyilaukan mata si kembar nongol dari balik pintu menebar senyum penuh keanggunan, “Siska ini pacarku.” kata Gito.
“Wah, cantik.” puji Nek Supi. Siska hanya tersenyum lalu beralih menyalami Gani dan si kembar.
“Kalian manis-manis ya?” ujar Siska sesudah berjabat tangan dengan Rista dan Risna. “Wah, Gani hebat juga diapelin dua cewek manis sekaligus.”
Gani cengengesan dengan ulah sok laku. Kontan saja si kembar mendengar itu langsung mual. Untung tidak termutahkan.
Rista menyikut Risna lalu memberi isyarat agar segera kabur dari suasana yang tidak menguntungkan itu. Maksud hati mau ngapelin Gito malah masuk dalam jebakan buaya. Dasar Gani! Sialnya lagi Gito datang bersama pacarnya. Bagaimana tidak tengsin tuh cewek kembar yang lagi naksir berat sama Gito Cruise. Uuuu…..hancur hatiku........
“Ee__em, kami sebaiknya ee….kami pamit dulu aja, Nek!” akhirnya Risna memberanikan diri pergi dari rumah Nek Supi.
“Apa kami mengganggu?” ucap Gito membuat Risna dan Rista tambah dongkol. Yang mengganggu itu pacarmu, Siska! Pikir si kembar.
Tanpa banyak basa-basi keduanya langsung ngacir keluar. Gani yang dari tadi seperti mendapat tontonan drama komedi dramatis gratis mengikuti langkah si kembar hingga ke halaman depan.
“Hei, thanks kalian udah ngapelin gue.” kata Gani seenaknya. “Ternyata asyik juga kalo malam minggu gini ada yang ngapel. Jadi nggak kesepian nih. Besok lagi ya?”
“Lagi?” sahut Rista-Risna berpandangan. Gerak selanjutnya keduanya sudah menarik Gito lalu melemparnya ke kolam yang berada dibawah teras rumah Nek Supi. “Besok mo lagi?” tantang Rista.
Tanpa rasa berdosa duo kembar yang mendadak kompak itu melenggang sambil tertawa-tawa menuju rumahnya. Gito dan lainnya yang melongok keluar hanya bisa melongo melihat Gani yang berendam dalam kolam dikerubuti ikan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 29 Episodes
Comments