Ketika Pukul Dua Lewat Sepuluh Menit Dini Hari

Eres menutup wajahnya dengan bantal, ingin sekali dia memejamkan mata dan merangkum mimpi indah yang mungkin tidak akan pernah dia rasakan dalam alam sadar. Pikirannya menerawang menembus langit-langit kamar berkelana menapaki guratan seutas wajah yang selama ini sukses membuat hati Eres terombang-ambing tidak karuan. Jiwanya rapuh manakala garis hidup menuntun langkahnya bergerak tanpa arah tujuan dalam luasnya samudera hati yang tak bisa dia raih.

“Sebel!” gerutu Eres sambil meremas bantal yang menutupi mukanya, dia membenamkan bantal itu lebih dalam sehingga menyumbat jalan masuk udara.

Beberapa detik kemudian dia kendorkan bungkamannya agar dapat bernafas kembali. “Tuhan…. ada apa denganku. Wajahnya itu sungguh menghantui pikiranku.”

“Aku harus membuangnya.” gumam Eres. Tapi bagaimana? Pikirnya.

“Aku tak mau terjebak dalam lingkaran setan yang mempermainkan perasaanku padanya.” batin Eres berontak. “Sekarang aku sangat suka, besok aku sangat membencinya, lusa aku memuja dia karena perhatiannya, esok berganti hari hatiku dibuat sakit dan kecewa.”

Eres duduk bersandar pada dinding, masih di atas ranjangnya. Tangannya meraih sebuah boneka beruang Winnie the Pooh yang tergolek tepat di sisi kirinya.

“Winnie.” ucap Eres seraya mendesah. “Kenapa hatiku harus tertambat padanya?”

Eres menyandarkan kepalanya sementara itu matanya terpejam memproyeksikan kisah-kisah semasa mereka bercanda, tertawa bersama.

“Dia sangat baik padaku. Dan itulah kelemahanku. Aku lemah ketika kebaikan menyentuhku. Perhatiannya dari hari ke hari menumbuhkan simpati dalam hati dan merubahnya menjadi rasa sayang.”

Aneh. Pikir Eres. Akhir-akhir ini sikapnya jadi berubah sama aku. Apa aku telah membuat salah padanya tanpa aku sadar? Dia seolah terus menghindari aku jika aku dekati. Tapi ketika aku  menjauh darinya, dia malah seakan terus mengawasi  dan mencoba mendekatiku. Apa dia tahu kalau aku suka dia, kemudian dia justru menghindar?

Eres kembali membaringkan tubuhnya pada posisi miring sambil memeluk boneka Poohnya. Benaknya sekali lagi menampilkan ingatan-ingatan yang cukup mengesankan bagi Eres.

“Rigi.”

Waktu itu ada teman yang berulang tahun, teman sekelas mereka. Kebetulan rumahnya tidak terlalu jauh dari rumah Eres, dengan berjalan kaki pun tidak sampai berkeringat. Saat Eres keluar dari gerbang rumah bersama Dewinta salah seorang temannya, tepat di depan rumah Eres tersebut ada sebuah kecelakaan kecil. Seorang pengendara sepeda tampak terjungkir dan tersungkur ke depan mencium aspal.

Suasana tampak riuh diantara orang-orang yang mengerumuni pengendara sepeda yang kurang beruntung itu. Eres dan Dewinta yang penasaran langsung mendekat ke kerumunan tersebut dan mereka sangat terkejut, setelah tahu cowok yang naik sepeda dan celaka itu teman satu kelas mereka. Rigi. Begitu melihat Rigi, Eres menjadi panik, sampai-sampai dia sendiri merasa gemetar.

“Kamu tidak apa-apa, Gi?” ucap Eres memastikan.

“Tidak.” jawabnya menggeleng lalu memeriksa setang sepedanya yang sudah bengkok. “Kamu kenapa?”

“Kurang ajar sekali mobil tadi. Langsung minggat aja.” kata salah seorang yang ikut berkerumun dan membantu Rigi tadi.

“Eh, dagumu berdarah.” pekik Eres tampak khawatir. Secara refleks Eres mengeluarkan sapu tangannya lalu mengelap darah yang keluar dari dagu sebelah kiri Rigi.

“Ee… tidak apa-apa kok.” Rigi seperti hendak menolak uluran tangan Eres. “Cuma luka kecil.” sambung Rigi kembali tersenyum.

“Mbak, temannya? Bawa masuk saja dulu, diberi minum biar agak rileks.” kata seorang ibu-ibu yang ada disitu pula.

“Iya, Res. Kita masuk saja dulu.” Dewinta mengiyakan.

“Yuk Gi?” ajak Eres.

“Aku rasa tidak perlu. Kita langsung saja ke rumah Fifi. Tenang saja.” tolak Rigi.

“Kenapa sih, cuma sebentar kok.” protes Dewinta. “Telat juga nggak bakalan kena hukuman. Cuma acara pesta saja.”

“Mm… setidaknya sepedamu kan bisa dititipin di rumahku.” tawar Eres yang paham benar sifat Rigi yang paling tidak suka merepotkan.

“Sudah Mas, ikut saja.” provokasi seorang bapak lagi.

Rigi menatap Eres dan Dewinta. Gerak selanjutnya dia hanya mengangguk tanda  setuju. Di dalam Eres langsung mengambilkan air minum dan mengobati lecet ditangan Rigi selain luka di dagunya.

Senang sekali saat itu bisa membantu orang yang disayang. Kenang Eres sambil tersenyum.

“Rigi yang anti diberi pertolongan tapi paling suka memberi bantuan.” ucap Eres dalam hati. “Aku suka Rigi yang begitu.”

“Rigi, aku sakit.” bisik Eres yang tanpa sadar telah menitikkan air mata. “Sangat menyakitkan harus menderita cinta sepihak.”

“Beruntung sekali cewek yang memiliki Rigi.” pikir Eres. “Seandainya itu aku.”

Eres menyunggingkan senyum tatkala dia membayangkan dirinyalah yang berjalan berdampingan dengan Rigi.

“Mustahil.” bantah Eres. “Bodoh sekali!”

Eres membalik tubuhnya hingga terlentang sambil menghapus sisa air mata yang menempel dipipi. Matanya menatap langit-langit kamar. Apa aku sudah gila? Pikir Eres.

“Aku ….aku harus membuang rasaku. Aku harus membunuhnya.” Eres memalingkan mukanya melihat ke arah jam dinding yang telah menunjukkan pukul dua dini hari tepatnya pukul 02.10. “Dia pasti tengah menjalin mimpi bersama kekasihnya.” Sudahlah Res, berhentilah bermimpi tentang dia! Bisik hati Eres.

Eres memejamkan mata meski rasa kantuk belum menyerangnya. “Selamat tidur, Gi. Selamat tinggal…. dan selamat berbahagia dengannya.” gumam Eres seiring menetesnya kembali butir air dari mata Eres.

**

Assalamu’alaikum wr. wb

Langsung ya, Big. Aku yakin kamu sehat sebagaimana aku. BTW mau sampai kapan kamu di desa yang tak ada jaringan telpon dan tidak ada sinyanya itu. Sudah betah ya?

Terus terang aku mau curhat nih. Mm…aku lagi fall in love. Tapi kamu jangan tertawa ya mendengar pengakuanku ini. Aku benar-benar lagi kasmaran. Tidak pernah aku merasa seperti ini. Kamu tahu kan aku paling susah yang namanya jatuh cinta. Ini adalah cinta pertamaku.

Dia cewek biasa, maksudku tidak seperti pacarmu yang jelita. Tapi dia manis, sangat manis malah. Cerianya membuat aku ingin selalu bersamanya. Percaya tidak, gara-gara aku sering memikirkan dia aku jadi terkena sindrom susah tidur. Bayangannya selalu melintas setiap aku hendak memejamkan mata Merepotkan sekali.

Satu lagi. Dia sering memberi perhatian ke aku. Bagaimana tidak kelabakan tuh hati. Bisa melihat dia dan mengobrol sama dia saja sudah senang sekali. Apalagi seperti diberi harapan macam itu. Harapan bahwa dia akan menerima rasa sayangku.

Sebenarnya masalahnya tidak semudah itu. Menurut gosip yang aku dengar dia sudah dijodohkan sama ortunya. Mereka malah nyaris tunangan. Bagaimana Big? Apa aku harus tetap menyerang dia, meski tahu dia sudah bersama cowok lain? Mungkin kamu akan bilang aku pengecut. Aku akui. Tapi aku tidak mau disebut sebagai pengganggu hubungan cinta orang lain.Hhh… entahlah, aku buntu.

Menurutmu bagaimana? Hei, aku belum beri tahu ya siapa nama cewek itu. Dia Eres. Eres Luhita. Hm….oke Big, cukup dulu curhatku, aku tunggu balasan surat dan saran-saranmu. Wasalam.

Rigi

Rigi melipat kertas surat yang baru saja dia tulis. Dia mengirim surat ke Bigo sobatnya yang sudah kuliah dan sedang melakukan penelitian di pelosok desa. Bagi Rigi, Bigo memang tempat curhat yang paling asyik. Dari Bigo biasanya keluar ide-ide cemerlang yang bisa mengatasi  persoalan yang sedang dihadapi.

Selesai memasukkan lipatan kertas dalam amplop, Rigi melirik ke arah jam weker yang duduk manis di atas mejanya. Saat itu jarum jam menginformasikan bahwa detik itu telah menunjukkan waktu dini hari. Tepatnya pukul dua lewat sepuluh menit.

Rigi menyandarkan tubuhnya dikursi menatap detik-detik waktu yang terus berjalan. “Tuhan apa yang harus aku lakukan? Haruskah aku mengatakan sejujurnya tentang perasaanku. Ataukah aku harus kembali berlaku munafik dan pergi meninggalkannya?” bisik Rigi dalam hati.

Rigi menumpukan kedua sikunya di meja. Sementara jarinya meremas kuat rambutnya seakan ingin membuang bayangan yang senantiasa mengganggu ketenangan tidurnya tiap malam. Eres….

Terpopuler

Comments

Hidayat R. Widatama

Hidayat R. Widatama

Narasi yg cerdas dg beberapa sanepo yang pas.

2021-08-18

0

Wida Siti

Wida Siti

ceritanya g menarik thor, delain monolog jg perawan tua yg g cantik, g kaya trus dpt lebih muda, jelek thor

2020-12-09

0

Wida Siti

Wida Siti

kok isinya monolog thor, gak seru ah

2020-12-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!