***
Untuk pertama kalinya, seluruh penghuni kelas 12-2 dihebohkan oleh kejadian yang menurut mereka sangat jarang atau bahkan tidak pernah terjadi belakangan sekalipun.
Mereka sangat tercengang atau bisa dikatakan syok berjamaah melihat kejadian diluar nalar yang dialamai oleh siswi paling? entahlah ...
Mereka juga bingung harus menamai apa, teman sekelas mereka itu.
Gadis yang jarang berinteraksi dengan orang lain. Gadis pintar yang selalu diam bak patung dan memperhatikan guru selama pelajaran berlangsung. Dia yang selalu kabur ke perpustakaan setiap bel istirahat berbunyi.
Si pemilik rekor juara 1 yang amat sangat membosankan.
Siapa lagi dia kalau bukan MUTIARA.
Hari ini adalah pertama kalinya ia ijin untuk tidak mengikuti pelajaran yang bisa membuat para siswa mengantuk. Bagaimana tidak? melihat rumus-rumus panjang yang ditulis oleh guru mapel tersebut membuat mata mereka terasa berat.
"Kenapa dia tidak mengikuti pelajaran?"
tanya salah satu siswa yang berbisik-bisik di bangku paling belakang dari kelas itu.
"Entahlah ... katanya sedang sakit ..."
"Sakit? bagaimana bisa?"
Lihatlah ekspresi terkejut itu.
Semua siswa pun heran mendengar kabar bahwa seorang Ara bisa tidak mengikuti pelajaran karena sedang sakit.
"Memang dia bukan manusia?"
Ya, semua orang memang tidak selalu dalam keadaan sehat. Adakalanya sakit datang ke tubuhnya secara tiba-tiba tanpa bisa dicegah.
Begitupula dengan Ara saat ini.
Bagaimanapun ia tetap seorang manusia pada umumnya.
Mutiara tadi merasa kurang enak badan. Dibantu dengan Siska dan Dina, ia dibawa ke UKS sekolah untuk mendapatkan obat serta perawatan untuk memulihkan tubuhnya.
"Kamu gak apa-apa sendirian? mau aku temenin?" tanya Dina sedikit khawatir dengan keadaan sahabatnya tersebut.
"Sudah kalian kembali sana ... Kalau kalian disini, akan berisik!"
Ya begitulah Ara. Untung sana ia memiliki sahabat yang tidak terlalu sensitif dengan apa yang ia katakan kepada mereka.
"Sialan ..."
Kali ini Siska yang mengumpat.
Sepertinya ia salah telah memperhatikan si gadis menyebalkan itu.
Walaupun nada bicaranya terdengar marah, tapi ia tidak benar-benar kesal dengan Ara.
"Sudahlah kalian kembali ke kelas saja ... kalian tidak sepintar aku kan? jadi kembalilah ke kelas, nanti nilai kalian akan tambah jelek..." usir Ara.
Bagaimanapun ia tidak mau sahabatnya mendapat keaulitan hanya karena berada disini menunggunya.
Ara hanya merasakan kantuk yang tak tertahankan.
Semalam ia berkirim pesan dengan teman dunia mayanya hingga hampir Subuh.
Dan tentu saja jam tidurnya sangat terganggu yang biasanya ia sudah mulai tidur di pukul 9 malam.
"Baiklah ... kita kembali, kalau ada apa-apa kabari ya ..." ucap Dina sambil menepuk pelan bahu sahabatnya.
"Hemm..."
Akhirnya ruang perawatan itu kembali sunyi.
Ara memasuki selimut dan mulai memejamkan matanya.
Setidaknya tidur sebentar dpat menghilangkan rasa kantuknya.
Seandainya saja Ibunya tau kalau dirinya saat ini sedang berbating di ranjang UKS, tentu saja beliau akan sangat khawatir.
Ara merupakan anak satu-satunya yang Ibu miliki.
Bahkan wanita itu bekerja keras tanpa banyak mengeluh demi menyekolahkan dan membahagiakan Ara.
Apapun pekerjaannya, akan Ibu lakukan agar ia bisa mendapatkan uang untuk membesarkan putri kesayangannya.
Hingga berkeliling menjual kue pun beliau lakukan.
Untung saja Ara termasuk anak yang tidak banyak menuntut.
Karena berprestasi, Ara juga tidak perlu membayar biaya sekolah tiap bulannya. Tapi tetap saja, sekolah membutuhkan buku-buku pelajaran bukan? tentu saja semua itu membutuhkan uang.
Hampir satu jam lamanya Ara benar-benar tertidur di ruangan serba putih itu.
Hingga ia terbangun karena merasakan sesuatu bergetar dalam saku seragamnya.
Benar, ponselnya bergetar menandakan ada pesan yang masuk dalam benda pipih tersebut.
Dengan mata yang masih menyipit, ia merogoh saku dan mengambil ponselnya.
Dilihatnya sebuah pesan masuk dari nomor yang tidak ia kenal.
628**********
(Ping..)
Nomor siapa ini? ...
Ara tidak langsung membalas pesan tersebut.
Ragu? tentu saja. Ia berpikir bahwa itu adalah nomor yang sengaja iseng.
Ara kembali menutup matanya berharap bisa kembali tidur.
Ia berniat akan kembali saat jam pelajaran terakhir. Jam pelajaran Bahasa Inggris kesukaannya.
Walaupun ia mempunyai otak yang lumayan cerdas dimana mampu menguasai semua Mata Pelajaran di sekolahnya, tapi ada satu Mapel yang sangat Ara sukai, Bahasa Inggris.
Ia pun berharap suatu saat ia bisa belajar di luar negeri dimana Bahasa inggris menjadi bahasa global yang dikuasai oleh orang-orang di luar sana.
Belum kembali memasuki alam mimpinya, ponsel Ara kembali bergetar.
Kali ini mungkin pesan berturut-turut karena getaran dari benda pipih itu berulang kali tanpa henti.
Dan benar saja, saat ia kembali membuka ponselnya, terlihat beberapa pesan yang muncul.
(Hai Ara ... )
(Ini Aku ...)
(Aku ganggu ya?)
Siapa? Memang Aku Malaikat yang bisa tau namamu tanpa kamu memberitahukannya lebih dulu? yang benar saja ...
Ara ngomel dalam hatinya.
(Ini aku, B-A-Y-U... ingat?)
Pesan kembali didapatnya.
cihh ... astaga, memang aku anak TK yang masih harus mengeja sebuah nama ...
Ara mulai mengetikkan sesuatu dikolom balasan untuk pesannya dan terkirim.
(Gak perlu dieja juga gue bisa baca kali ...)
(Haha ... kirain, masih ingat kan? gak lupa kan?)
Ara tersenyum sambil membalas pesan itu.
(Ingat lah, cowok tidak sopan yang mengirim pesan di jam istirahat!)
Sekarang kantuknya benar-benar telah sirna.
Tapi Ara tetap tidur sambil memiringkan tubuhnya sambil melihat layar ponselnya.
(Maaf deh, galak banget sih ... Oh ya, kamu gak sekolah? kok bisa balas chatku?)
(Sekolah dong ...)
Ara mengambil gambar kakinya yang terbalut selimut berwarna putih dengan garis biru dengan background tirai UKS yang berwarna senada.
Mengirimkan gambar itu kepada Bayu.
(UKS? Kamu sakit..?)
Terlihat dari isi pesan tersebut kalau pria disebrang sana sedikit terlihat khawatir.
(Hanya ngantuk, semalam hanya tidur 2jam...)
(Gadis nakal!)
(nakal? siapa coba yang ganggu tadi malam?)
Benar, tadi malam Ara memang berniat untuk tidur jika Bayu tidak lebih dulu mengirimkan pesan pribadi kepadanya dan membiatnya terjaga sepanjang malam.
(Heheh ... sorry, please!)
Ara tersenyum sendiri. Entah kenapa ada perasaan aneh yang menjalar dalam tubuhnya. Rasa nyaman saat ia mgobrol dengan Bayu lewat sebuah pesan.
Perasaan yang belum pernah ia rasakan sebelum-sebelumnya.
Chat berlangsung hingga beberapa jam. Tanpa Ara sadari, ia telah berada di tempat ini hingga memasuki jam istirahat yang kedua.
"Dorr ... ngapain senyum-senyum sendiri?"
ucap Siska yang tiba-tiba telah berada di samping ranjang yang Ara gunakan untuk istirahat tadi.
"Apaan sih, kalau aku jantungan gimana coba?"
Ara menyentuh dadanya yang tiba-tiba berdetak tak karuan karena terkejut dengan kedatangan kedua sahabatnya.
"Habisnya kamu kayak kesurupan. Senyum-senyum sendiri ..." kali ini Dina yang membuka suaranya.
"Iya, aku kesurupan gara-gara kalian ... Bantu aku bangun!" pinta Ara sambil mengangkat kedua tangannya meminta bantuan sahabat-sahabatnya untuk bangun dari tepat tidur.
Ck... menyebalkan sekali Ara itu.
Tapi Siska dan Dina teetap membantu sahabatnya untuk bangun.
Mereka berjalan beriringan menuju kembali ke kelasnya. Tertawa sambil melewati koridor-koridor di depan sana.
"Ara, kamu sudah enakan?"
Suara pertama yang Ara dengar saat kakinya melangkah memasuki ruangan kelas.
Dia adalah Raka, teman satu kelasnya.
Wajahnya saja terlihat sangat khawatir saat menatap Ara.
Apa-apaan dia itu? melihatku seperti aku dalam keadaan kritis saja...
Tuhan, bisa tidak sih jauhkan aku dari dia satu hari saja ...
Ara sangat lelah menghadapi pria di depannya itu.
Apalagi perhatiannya itu, sungguh Ara merasa sangat tidak nyaman.
"Aku baik-baik saja, menjauhlah!" usir Ara. Ia melangkah memasuki kelas dan duduk di bangku yang ada tasnya disana.
Bukannya menjauh, pria itu malah mengikutinya dan duduk tepat di bangku depan Ara bersebelahan dengan Dina.
Lihatlah ekspresi itu... Aku benar-benar frustasi melihatnya.
Ara menundukkan kepalanya dengan kedua tangan yang ditekuk.
Bukan karena pusing atau kantuknya yang tiba-tiba datang Tapi karena pria di depannya itu.
Pria yang selalu mengejarnya walaupun sudah ditolak beberapa kali.
"Apa kamu masih pusing? mau aku belikan minuman?"
Raka dengan jiwa keingintahuannya mulai memberondong Ara dengan banyak pertanyaan.
"Jawab Ra... kamu ingin apa?" tanyanya lagi.
Ara memejamkan matanya. Berfikir bagaimana caranya mengusir kecoa pengganggu di depannya itu.
"Gue pengen muntah! bisa aku muntah di wajah kamu!?" ucap Ara dengan kesabaran yang sudah habis.
Hal itu membuat Dina dan Siska tergelak kencang. Ini adalah pertama kalinya mereka mendengar Ara sangat marah. Apalagi dengan umpatannya yang sempat merekadengar tadi.
"Hahaha ... kamu denger kan Ka?" tanya Siska memastikan kepada Raka.
"Apaan sih lo!" jawab Raka sama sewotnya.
"Aku saranin cepetan pergi deh, daripada Ara benar-benar muntah diwajahmu ..." timpal Dina.
Tanpa berkata apapun, Raka bangkit dari duduknya dan berjalan meninggalkan Ara, Siska dan Dina.
Ia kembali duduk di kursi miliknya yang tidak jauh dari kursi Ara. Pandangannya terus mengamati gadis yang sangat ia sukai itu.
Aku tidak akan menyerah Ra ... Aku akan terus berusaha mendekatimu ...
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Yuni Setyawan
Raka sudahlah cari yg lain🤭🤭🤭
2022-01-13
0
Yukity
mampir di sini👍😍
2021-09-30
1
Mommy Gyo
3 like hadir thor
2021-08-17
1