***
Malam telah datang.
Hampir tidak ada suara kendaraan yang lalu lalang di depan sana. Apalagi angin malam ini berhembus sangat dingin hingga mampu menusuk sampai ke tulang-tulang setiap orang yang berada di luar rumah.
Sebagian besar orang yang tinggal di perumahan ini sudah mulai bersiap untuk tidur. Mengembalikan energinya untuk beraktifitas esok hari nanti.
Beda dengan dirinya.
Dengan diterangi cahaya dari sebuah lampu kecil di atas nakas samping tempat tidur, seorang gadis tiduran dengan selimut tebal yang membalut tubuhnya hingga sebatas dada.
Dia adalah Ara.
Jarinya sibuk menggeser-geser benda pipih yang tepat berada di depan wajahnya.
Entah kenapa malam ini ia sulit sekali untuk memejamkan matanya seperti malam-malam sebelumnya.
Biasanya Ara akan segera tidur setelah mengerjakan tugas-tugas sekolahnya yang lumayan banyak.
Tapi malam ini rasanya beda.
Lama ia berselancar ria di akun sosial medianya.
Dengan kepribadiannya yang sedikit tertutup dengan orang di sekitarnya, Ara cenderung lebih suka bermain dengan ponselnya.
Di dunia maya, Ara bersikap 180 derajat berbeda daripada dunia nyata.
Ia menjadi lebih terbuka, mudah tertawa dengan orang-orang yang tidak ia kenal di dunia nyata.
Bahkan jika Siska dan Dina tau, mereka akan menirukan nada bicara Ara,
Membosankan ... Apa gunanya coba ...
Kalimat itu sering terlontar dari mulut Ara ketika Siska dan Dina sedang meminta pendapatnya.
Tapi bukannya sakit hati, Siska dan Dina malah menanggapinya dengan tertawa.
Mereka sangat tau bagaimana sifat membosankannya Mutiara.
Ketik ... ketik terus ...
Entah sudah berapa kata yang ia tulis sebagai balasan di aplikasi berwarna biru.
Tapi Ara tidak terlihat bosan.
Ia menikmati dunia palsunya tersebut.
Hingga tanpa terasa jam sudah berputar ke angka 1 dini hari.
Dan ini adalah rekor pertamanya. Matanya masih terjaga.
Terkadang Aku ingin menjadi Ara yang menyenangkan. Ara yang selalu bisa membuat semua orang nyaman dekat denganku ...
Agghh ... sepertinya mustahil.
Ara menggelengkan kepalanya. Semua itu hanya khayalan saja. Siapa sih yang mau berteman dengannya? Melihatnya saja, mungkin mereka akan menghindar.
Cekreekkk ...
Suara pintu terbuka pelan diikuti oleh bayang-bayang seseorang yang masuk ke dalam kamar itu.
"Ara, kenapa belum tidur?"
Ara tau siapa pemilik suara itu.
Ya, Ibunya.
Wanita yang sangat Ara sayangi. Wanita yang rela berkerja keras diusianya yang sudah memasuki kepala lima demi menghidupi Ara agar bisa tetap sekolah.
Ara terperanjat kaget. Ia terduduk dari posisinya yang tadi berbaring.
Ibunya mendekati Ara dan duduk di tepi ranjang anaknya. Menyentuh pucuk kepala Ara dengan lembut dan penuh kasih sayang.
"Ada ada sesuatu yang mengganggumu nak?"
"Tidak Bu ... Ara memang belum mengantuk."
Ara balas meraih tangan yang terasa sedikit kasar yang menandakan bahwa sang pemilik tangan itu telah berkerja dengan sangat keras dimasa mudanya.
"Jangan tidur terlalu malam ... nanti kamu bisa sakit,"
Ara mengangguk.
Meletakkan ponselnya di atas nakas. Memperbaiki selimut dan mulai memejamkan matanya untuk tidur.
Ara masih merasakan sebuah tangan menepuk lembut pucuk kepalanya. Hingga suara pintu terdengar berdecit dan tertutup kembali setelahnya.
Sehat terus Bu, Ara sayang Ibu ...
Ucap Ara dalam hatinya.
Tapi baru ia benar-benar berniat untuk memejamkan matanya, Ponselnya tiba-tiba bergetar. Lampu di sudutnya menyala berwarna biru.
Dengan cepat di raihnya benda pipih itu. Menyalakannya untuk melihat notifikasi apa yang masuk di dini hari seperti ini.
Sebuah chat pribadi masuk dalam akun sosial medianya.
Ya, mungkin chat dari teman dunia mayanya.
Dilihatnya chat itu.
(Hai ... Sudah malam kenapa belum tidur?)
Ara menyerngitkan dahinya. Ia tidak segera membalas chat tersebut.
Dibukanya profil pria yang baru saja mengirimkan pesan pribadi tersebut.
Terlihat foto seorang pria yang berpose membelakangi karema. Ia melihat hamparan pantai yang mulai menggelap karena senja telah tiba.
Ara semakin penasaran dengan pria tersebut. Ia semakin penasaran dan terus mulai membuka foto-foto yang lain.
"Lumayan juga ... heheh"
Dengan tidak tau dirinya Ara mengagumi foto pria yang sama sekali tidak dikenalnya.
Buat iseng-isengan ah ... toh dia juga tidak kenal diriku di dunia nyata kan? ...
Dengan niat hanya bermain-main, Ara mulai membalas chat pribadi pria tersebut.
Apalagi memang foto yang diperlihatkan pria itu sangat tampan. Siapa sih yang tidak mau kenal dengan pria tampan? Bahkan banyak dari teman sekelasnya juga seringkali mengelu-elukan pria tampan yang tak sengaja mereka temui.
Tak sedikit dari mereka yang berteriak histeris seperti melihat bintang film saja saat melihat salah satu kakak kelasnya yang sedikit terlihat keren.
Ya walaupun Ara tidak seheboh seperti mereka, tapi ia juga sedikit memiliki ketertarikan dengan pria tampan. Normal bukan? ...
(Siapa namamu?)
Ara mulai berpikir sedikit nakal. Ia ingin memalsukan namanya karena dunia yang ia masuki saat ini adalah dunia tipu-tipu.
Kenapa tipu-tipu?
Ya karena Dunia maya memang penuh dengan sandiwara.
Apapun yang ada di dalamnya tidak sesuai dengan kenyataannya saat ini. Tidak semuanya sih, tapi sebagian besar memang begitu.
Apa nama yang bagus ya? ...
Batin Ara mulai berpikir.
(Namaku Tamara, kamu?)
Ara cekikikan dengan kebohongannya sendiri.
(Panggil saja Bayu ... jadi mau dipanggil siapa? Tama? Ama atau Ara?)
Ara malah kebingungan.
Kalau Aku bilang Ara? apa dia akan mencari tau di dunia nyata?
Ahh, tidak mungkin. Memang siapa yang akan mencari nama Ara di seluruh kota ini.
Apalagi nama Ara kan bukan hanya diriku.
Dan namaku sebenarnya MUTIARA bukan TAMARA ... heheh,
Dengan bangganya Ara menjawab,
(Panggil saja ARA ...)
Entah sudah berapa kali mereka sibuk dengan balas-membalas pesan.
Usia juga tak luput mereka tanyakan. Bahkan hal pribadi sekalipun.
(Aku suka sekali coklat lho... coklat panas dengan sedikit gula, biar tidak terlalu pahit.)
"Apa-apaan dia itu ... memangaku harus tau gitu?" oceh Ara dengan sendirinya.
Lagian pria itu kenapa terlalu terbuka pada orang yang baru ia kenal.
Apalagi mereka tidak terlalu dekat bukan.
(Aku nggak tanya tuh ...)
Mungkin pria di sebrang sana terkekeh geli dengan jawaban Ara. Karena memang begitu bukan? Apa hubungan mereka hingga Ara harus tau kesukaan pria bernama Bayu tersebut.
Dan baru kali ini Ara menanggapi pesan seseorang lebih dari sebuah kenalan biasa.
Rasanya semakin ia membalas chat pria itu, Ara seolah lupa diri. Ia semakin terhanyut dan ingin lebih mengenal pria itu.
Hingga tak terasa jam berlalu begitu cepat.
Rasa kantuk mulai merayapi diri Ara. Ia pun terdengar menguap beberapa kali.
(Aku mengantuk ... sudah dulu ya ...)
Tak lupa Ara menambahkan sebuah emoji berbentuk senyum.
Tidak menunggu lama, pria itu pun membalas pesan Ara.
(Tunggu! Apa aku boleh meminta nomormu? hehe)
Ara tidak berprasangka buruk atau karena ia sangat mengantuk hingga ia mengetikkan nomor ponselnya tanpa berpikir jauh dan ia bisa segera tidur, pikirnya.
( 628************ Bye, selamat malam...)
Pesan terakhir Ara pun terkirim. Tanpa menunggu balasannya, ia segera meletakkan kembali ponsel miliknya ke atas nakas dan berbaring untuk segera tidur.
Entah pesannya dibalas atau tidak, Ara tidak peduli. Rasa kantuknya sungguh sudah menggantung di pelupuk matanya.
Dan dalam sekejam mata, nafasnya mulai teratur menandakan bahwa Ara sudah memasuki alam mimpi.
---
Ditempat lain, seorang pria duduk di atas ranjang tempat tidurnya.
Ia bergumam pelan tersenyum sambil melihat layar ponselnya.
"Ara ... Manis juga..." ucapnya setelah menyimpan nomor ponsel yang ia dapatkan tadi.
Pria itu tersenyum lagi.
Entah niat apa yang dalam kepalanya saat ini. Yang pasti hanya dirinya dan tuhan yang tau.
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 166 Episodes
Comments
Quora_youtixs🖋️
like ❤️❤️❤️❤️
2021-07-15
2
Mamie kembar
lanjut, semangat up
2021-07-12
4
Ika Sartika
Oky lanjuuuuut...
2021-03-11
2