Chapter 5

Mengingat ucapan Tania tadi pagi membuat Rara merasa bersalah karna telah membuat orang-orang disekitarnya khawatir. Dan mulai saat ini Rara berjanji untuk melupakan masa lalunya, meski ini sulit tapi Rara yakin dengan perlahan kesedihan yang saat ini ia rasakan akan tergantikan dengan kebahagian yang telah Allah siapkan didepan sana.

Jam sudah menunjukan pukul 12:00 itu artinya café saat ini sedang ramai karena sudah memasuki jam makan siang. Tadinya Rara ingin turun kebawah untuk membantu karyawannya, namun Tania melarang dengan alasan bahwa Rara baru saja sembuh dan tidak boleh kecapean dulu, itu membuat Rara mau tidak mau menurut pada larangan sahabatnya itu. Karena Rara sadar bahwa ini juga untuk kebaikan dirinya sendiri.

“Ra, apa boleh aku pulang duluan?” Tanya Tania merasa tidak enak hati.

“Gak apa-apa Tan, kamu pulang aja. Kasihan anak dan suami kamu seminggu ini terlantarkan gara-gara harus menghandle pekerjaanku.” Rara juga merasa tidak enak hati karena sudah merepotkan Tania selama beberapa hari ini.

“Gak apa-apa, Ra, itu bukan salah kamu. Lagian suami dan anakku juga tidak terlantar, aku masih menyempatkan mengurusi mereka terlebih dahulu sebelum berangkat ke café.” Yakin Tania untuk menghilangkan ketidak enakan pada diri Rara.

“Terima kasih Tania. Ya, sudah sekarang kamu pulang, anak dan suami kamu pasti merindukan kamu,” ucap Rara di setai senyum tulus.

“Ok! Ingat kamu jangan terlalu kecapean, dan kalau keadaan café sepi lebih baik kamu tutup aja lebih awal biar kamu bisa pulang dan istirahat.” Pesan Tania yang di balas anggukan oleh Rara.

Setelah mobil Tania melaju meninggalkan parkiran akhirnya Rara kembali masuk kedalam cafe, namun baru juga ingin membuka pintu panggilan seseorang yang sangat ia hapal menghentikan langkahnya, Rara berbalik kearah sumber suara yang baru saja memanggil namanya.

“Abis periksa kandungan, ya?” Tanya Rara. Orang yang tak lain adalah, Riri itu mengangguk sebagi jawaban dari pertanyaan Adiknya.

“Sendiri?” Tanya Rara lagi, saat menyadari tidak ada siapapun disamping maupun di belakang Kakaknya itu.

“Sama Kakak ipar kamulah, gak bakal dia izinin Kakak pergi sendiri.” jawab Riri, membuat Rara celingak celinguk mencari keberadaan Kakak iparnya itu, namun nihil Rara tidak juga menemukannya keberadaannya.

“Mana? Gak ada kok, apa udah pulang duluan?” Tanya Rara lagi karna tidak juga memlihat keberadaan sang Kakak ipar.

“Masih dirumah sakit, lagi ngobrol sama temennya. Mungkin sebentar lagi juga mereka nyusul,” ucap Riri yang hanya di ‘oh’ kan oleh Adiknya itu.

“Ya udah, kakak duduk dulu aja disana, aku kedapur dulu sekalian bikinin makanan buat Kakak,” ucap Rara seraya menunjukan meja kosong di sudut kanan, setelah itu pergi meninggalkan Riri menuju dapur.

Tidak lama Rara pergi kedua laki-laki yang sedang tertawa bersama itu masuk menghampiri meja dimana Riri berada.

“Lama banget sih kalian!” Omel Riri kepada suami dan sahabatnya itu.

“Hehe maaf ya, tadi keasikan ngobrol sama sekalian nganterin si Angga keruangannya buat ngambil barang-barang dia.” sesal Ferdi-suami Riri.

“Manja kamu, Ga harus dianter-anter segala.” Cibir Riri pada sahabatnya itu.

“Ya elah gitu aja ngambek, kan sekalian Ri, aku juga mau pulang.” Bela Angga.

Ditengah asiknya mengobrol Rara menghampiri meja Riri sekaligus mengantarkan makanan yang sudah ia buat khusus untuk ibu hamil itu.

“Nih, Kak makanannya. Habisin!” Titah Rara kepada sang Kakak.

“Buat kita gak ada Ra?” Tanya Ferdi pada Adik iparnya itu.

“Oh iya, sebentar aku buatin dulu ya. Mau apa?” Tanya Rara menatap Ferdi yang tengah mencomoti Ayam tepung milik sang istri.

“Udah-udah nanti aja Ra, kamu duduk aja sini temenin kita. Tuh ada Dokter Angga juga. Kangen kamu katanya.” Goda Ferdi kepada Adik dari istrinya itu. Sedangkan Riri sudah sibuk dengan makanannya.

“Kak Ferdi apaan sih! Kakak kenal juga sama Dokter Angga?” Wajah Rara memerah menahan malu.

“Kenal lah dek, dia mah dulu temen deket kita.” Jawab Ferdi. Rara mengangguk paham. Setelahnya mereka terdiam. Rara bingung untuk berbasa-basi.

“Sani kesini sebentar!” Panggil Rara kepada salah satu karyawannya.

“Kak Ferdi sama Dokter Angga mau minum apa?” Tanya Rara menawarkan.

“Capucino aja deh, Dek.” Namun pesanannya itu dengan cepat di tentang oleh sang istri.

“Gak ada! Kasih air putih aja udah, Dek,” Tukas Riri galak, membuat Ferdi membulatkan matanya, siap melayangkan protes, namun Riri dengan cepat memelototinya, hingga akhirnya Ferdi pasrah dengan yang dipesankan istrinya itu.

“Kalau, Dokter?” Tanya Rara beralih pada Dokter Angga.

“Hot Chocolate, aja.” Jawabnya.

“Ya udah, San kamu buatin Hot Chocolat sama air putih dan juga buatin saya jus Manga ya. Emm.. Sekalian ambilin Chessecake yang ada di dapur juga kesini,” Ucap Rara kepada karyawannya itu.

“Baik, Bu kalau begitu saya permisi.” Pamit Sani yang diangguki oleh keempat orang itu.

Sambil menunggu minumannya datang, Angga beserta Ferdi asyik membahas kisahnya dulu saat berada di bangku SMA. Dan Riri masih asik dengan makanannya meski sesekali ikut menimpali obrolan kedua laki-laki dihadapannyaitu, sedangkan Rara hanya diam menyimak obrolan ketiga sahabat lama yang kini sedang reuni.

“Oh iya Ra, Tania kemana?” Tanya Riri kepada Adiknya.

“Tania udah pulang duluan, Kak.” Jawab Rara seadanya.

“Kamu mau tutup jam berapa?” Kali ini Ferdi yang bertanya. Mendapat pertanyaan itu membuat Rara menengok kanan kiri, melihat situasi cafenya yang ternyata sudah sepi, hanya ada beberapa orang saja yang tersisa.

“Sebentar lagi kayaknya, emang kenapa?” Tanya Rara pada Kakak iparnya itu.

“Kalau gitu kamu ambil barang-barang kamu, gih nanti kita pulang bareng aja, kamu juga gak bawa mobilkan?” Tanya Ferdi, yang diangguki oleh Rara.

“Ok deh, Rara beres-beres dulu ya.” pamit Rara meninggalkan ketiganya.

Sepeninggalnya Rara, kini Riri mulai melanjutkan rencananya bersama sang suami untuk mendekatkan Angga dengan Adiknya itu. Riri sedari kepulang Rara dari rumah sakit memang sudah membahas mengenai Angga dan juga Rara bersama suaminya itu, dan untungnya saja sang suami mendukung penuh rencana Riri.

Ferdi juga tahu betul betapa sayangnya Riri kepada Adiknya itu apalagi saat gagalnya rencana pernikahan yang menimpa Adiknya. Membuat kondisi Riri juga ikut drop, bahkan sempat masuk rumah sakit karena terlalu memikirkan Rara.

Maka dari itu Ferdi menyetujui rencana Riri untuk menjodohkan Rara dengan Angga, karna sebagai kakak ipar, Ferdi juga ingin melihat Adik iparnya itu bahagia. Ferdi merasa iba saat menyaksikan bagaimana sedihnya Rara saat dengan terpaksa pernikahannya dengan Devan harus dibatalkan. Tidak ada lagi binar kebahagian di matanya, tidak ada lagi senyum ceria yang selalu ia tunjukan, dan tidak ada lagi celotehan yang meramaikan suasana rumah, yang ada hanya Rara yang pendiam dan tanpa semangat.

Sering kali Ferdi memergoki Rara yang sedang melamun bahkan menangis, dan itu membuat hati kecil Ferdi perih mendapati Adik iparnya yang sangat terluka. Melihat keadaan Rara saat itu, ingin sekali Ferdi menghajar Devan karna telah membuat adik iparnya seperti mayat hidup. Tapi Ferdi urungkan karna Ferdi paham, itu bukan sepenuhnya kesalahan Devan.

“Ga, gimana tawaranku waktu itu?” Tanya Riri membuka kembali percakapan setelah beberapa menit hening.

“Tawaran? Tawaran yang mana?” bingung Angga.

“Tawaran tentang perjodohan antara lo sama Rara.” jelas Ferdi menjawab kebingungan Angga. Angga mengangguk-angguk paham.

“Gimana?” Tanya Riri tidak sabar.

“Hm, sebenernya saat empat bulan lalu aku lihat Rara disini, jujur aku tertarik sama dia, aku selalu diam-diam memperhatikan dia. Tapi aku belum tahu ketertarikanku ini adalah rasa suka atau hanya sekedar kagum aja, tapi saat aku tahu dia adalah Adik kamu dan berniat dijodohkan, Aku ngerasa senang. Tapi aku merasa belum yakin sama perasaanku, aku takut jika ini hanya perasaan kagum semata.” jelas Angga panjang lebar mencurahkan isi hatinya membuat pasangan suami istri itu tersenyum penuh Arti.

“Sudahku duga, kamu pasti tertarik sama Rara. Secara Adikku itu cantik, manis sampai-sampai pangeran es kayak kamu saja terpesona,” ucap Riri bangga.

“Iya, Rara memang cantik dan manis, dia anggun dan tidak banyak bicara malah aku lihat dia terkesan pendiam,” Puji Angga, membuat pasangan suami istri itu tertawa.

Sedangkan Angga menatap bingung kedua orang itu.

Terpopuler

Comments

Miss Typo

Miss Typo

Rara gk pendiam dia gitu karna hatinya terluka

2023-04-21

0

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕

Rara pendiam karna patah hati

2021-03-18

0

Bunga Tarigan

Bunga Tarigan

gmn sich oretu ydevan emng g tau klu ank y dah tunangan main jodoh hin aj wktu runangan ortu gd ajak x hamsyong

2020-10-04

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!