part 4

#Cerbung

#Pengantin_kecil

#Romance

#part4

Ara kecil yang ceria sudah tidak ada, kepergian Shaka membawa separuh nyawanya terasa hilang, tawa kecil yang slalu menghiasi hari-harinya sirna seketika, dia jadi anak pendiam, menghabiskan waktunya sendiri di rumah pohon.

Keluarga di panti asuhan berusaha menghibur Ara, teringat pesan terakhir sebelum Shaka pergi. "Jaga Ara untuk Shaka."

Mereka sudah berusaha meskipun Ara tak seceria dulu.

"Bagai mana anak sekecil itu mengerti akan kehilangan ya bu, kasian saya liat Ara. Hari-harinya jadi murung, menyendiri, dan keliatan badannya jadi kurusan. Saya khawatir Ara sakit kalau dibiarkan berlarut-larut dalam kesedihan," ucap bu Vita pada bu Asih. mereka menatap Ara yang tengah duduk di dekat pohon yang biasa Shaka tempati saat ia tengah bermain.

"Bu Vita benar, jika di biarkan, jiwanya akan terguncang, kini pikirannya hanya Shaka, saya harus mengembalikan senyum anak itu," gumam bu Asih.

"Bu, ibu ko malah bengong? Ibu baik-baik aja kan?" Bu Vita membuyarkan lamunannya.

"Saya mau bicara sama anak itu, bu Vita tolong liat anak-anak lain yah," pintanya pada wanita yang baru berusia 30thun itu.

Bu Asih mendekati Ara duduk di sampingnya, Ara hanya menoleh tanpa melempar senyum.

Bu Asih membelai rambut kriting yang dibiarkan ter'urai di akhiri mencium puncuk kepalanya.

"Mau cerita sama ibu? Ibu bisa jadi pendengar yang baik. Rahasia aman. " bu Asih tersenyum. Tapi responnya tetap dingin. Ara hanya menggeleng pelan.

"Ara sayang, sudah 6bulan berlalu sejak kepergian Shaka kamu seperti ini, gak baik nak. Ara sayang sama kak Shaka, bukan berarti Ara harus jadi seperti ini. Ingat Ra, janji Shaka dia pasti akan nemuin Ara disini lagi, sekarang mending Ara belajar yang rajin, main-main lagi sama temen yang lain. Kalau Shaka nanti datang kesini liat Ara kaya gini pasti Shaka merasa bersalah. Ara harus mengerti Shaka punya orang tua mereka berhak atas Shaka nak," bu Asih merangkul anak itu menyandarkan kepalanya didada seraya membelai-belai rambutnya.

"Sayang, ibu sama temen-temen disini sedih ngeliat Ara jadi kaya gini, mana Ara yang ceria, bawel, suka bercanda sama temen-temen yang lain, ibu rindu Ara yang dulu. Hidup terus berjalan Ra, Shaka dengan kehidupan barunya dengan keluarga aslinya. Kamu pun begitu tetap menjalani kehidupan seperti biasa. Ikhlaskan apapun yang sudah allah gariskan pada kita. Kita sebagai manusia harus menjalaninya dengan sabar. Ara kan anak kuat." Tatapan Ara kosong.

"Ara kangen kak Shaka bu," jawaban Ara itu membuat bu Asih tersenyum.

"Ibu tau dan ibu juga yakin kak Shaka disana pasti rindu juga sama Ara, Ara harus sabar. Nanti kalau Allah berkehendak pasti bakal bertemu."

****

Sudah hampir satu tahun. Ara tetap jadi anak yang pendiam dan suka menyendiri. Hari ini tepatnya hari ulang tahun Ara yang ke 7. Ia berharap laki-laki yang sudah ia anggap kakaknya hadir seperti biasa membawakan satu donat dengan lilin angka ulang tahunnya. Rasa benci akibat di tinggalkan berperang dengan rasa rindu yang amat dalam.

Ia beranjak ke rumah pohon. Duduk tepat di depan ukiran nama yang dibuat Shaka seraya mengelusnya.

"Ara masih inget janji kakak, setelah Ara jadi pengantin kecil kakak, kakak akan menjaga Ara, kakak bohong." Air matanya tumpah.

"Hari ini Ara ulang tahun, biasanya kakak yang pertama mengucapkan selamat. Ara benci kakak!" Ia memukuli pohon besar itu menangis sejadi-jadinya.

Detik, menit bahkan jam berlalu, siang berganti malam. Matahari berganti bulan, namun masih tak nampak batang hidung Shaka. Harapannya sirna.

"Ara," suara bu Asih dari bawah pohon mengejutkannya.

"Apa kak Shaka datang?" Gumamnya. Ia bangkit dengan semangat keluar mentap wanita paru baya itu dengan bu Vita di sebelahnya.

"Ibu, kak Shaka datang yah?" Mata anak kecil itu berbinar di sertai senyum penuh pengharapan. Senyum yang hilang beberapa bulan setelah kepergian Shaka.

Dua wanita itu saling menatap, mereka bingung untuk menjawab pertanyaan Ara.

"Sayang, turun yuk. Udah malam, masa mau bobo disini, Ara juga kan harus belajar." Ucap bu Asih.

"Kak Shaka gak datang di hari ulang tahun Ara?" Ucapannya di balas dengan wajah datar kedua perempuan penjaga panti.

Senyumnya mulai memudar. Harapan tinggal harapan. Ia sadar Shaka hanya masa lalu yang akan pergi dengan waktu yang terus berjalan.

*****

Senyum Ara kembali hadir sejak kedatangan anak kecil 5bulan yang lalu yang ditemukan di depan pintu panti asuhan tepat bulan suci ramadhan. Meskipun tak seceria dulu bu Asih sudah lebih tenang.

4tahun berlalu sejak kepergian Shaka, bu Asih melihat senyum Ara kembali dengan hadirnya Shaki ramadhan. Nama yang di sematkan atas permintaan Ara.

"Ibu, apa boleh Ara kasih nama anak ini?" Pintanya penuh harap saat anak bayi itu baru di temukan.

Bu Asih tak ingin membuat hati Ara sedih kembali, apapun pintanya akan slalu ia kabulkan.

"Tentu, Ara mau kasih nama apa?" Ia membelai punggung anak perempuan yang akan menginjak usia 10tahun.

"Shaki ramadhan." Jawabnya singkat. Tatapan penuh cinta untuk anak bayi yang masih merah.

Bu Asih dan penjaga panti saling berpandangan, mereka sadar betul dengan apa yang di dengar. "Shaki" nama yang tak jauh dari Shaka, anak itu masih menyimpan rindu pada laki-laki yang tak pernah muncul di panti asuhan itu lagi.

Bu asih tersenyum mengelus pipi Ara. "Tentu. Nama yang bagus,"

"Kakak gak akan janji sama Shaki tapi kakak akan buktikan kalau kakak bisa jadi pelindung buat Shaki, jaga Shaki selamanya." Ucapan Ara di sertai kecupan manis di kening bayi merah itu sukses mengiris ulu hati para penjaga panti. Ada luka mendalam yang di torehkan Shaka di hati anak perempuan manis itu.

***

Shaki menjadi magnet untuk Ara, senyumannya slalu mengembang saat ia bersama Shaki, dia begitu telaten menjaga Shaki, dari menyiapkan susu, menidurkannya hingga terlelap.

Pagi itu Ara bangun dan terkejut mendapat kejutan ulang tahun dari kakak-kakak dan adik-adiknya di panti, kue ulang tahun dengan lilin angka 10 yang sudah menyala.

"Selamat ulang tahun sayang," ucap bu Asih di susul teman-teman yang lain.

Ara tersenyum. "Terima kasih,"

"Tiup lilinnya sayang, eh tapi make a wish dulu seperti biasa," sela bu Vita.

Ara menadahkan kedua tangannya. "Ara hanya ingin bahagia dan melupakan masa lalu yang pernah hadir sebagai mimpi buruk." Ucapnya pelan tapi bisa di dengar orang-orang disana.

Ara meniup lilin di ikuti tepuk tangan dari adik-adiknya, kakak-kakak dan ibu-ibu panti tepuk tangan pelan seraya saling bertatapan.

"Kak Ara, potong kuenya. Aku mau!" Salah satu anak panti berteriak

Ara tersenyum. "Iya nanti kakak potong, sebentar yah, kakak mau minta sesuatu dulu sama ibu," balasnya.

"Ara mau apa dari ibu?" Sela bu Asih.

"Ara mau, ibu gak ngijinin orang buat adopsi Shaki, Ara mau Shaki selamanya sama Ara, jaga Shaki, hanya itu, Ara mohon."

"Tentu, apapun untuk kebaikan Ara, ibu setuju. Asal, Ara sekolah yang rajin, kembali jadi Ara yang periang. Ibu rindu Zahra khumairah yang dulu," senyuman bu Asih pada Ara.

"Iya Ra, kami juga rindu kamu yang dulu," beberapa temannya saling bersautan menyetujui ucapan bu Asih.

"Iya pasti demi Shaki."

Tak pernah lagi Ara bermimpi untuk kedatangan Shaka di hari ulang tahunnya, kekecewaan yang sudah pasti akan ia dapat, 3kali ulang tahunnya di lewati tanpa Shaka, ia sudah mulai terbiasa, begitupun ulang tahun hari kali ini, Ara tak peduli lagi, kini ada Shaki yang menemani hari-harinya. Ia meminta ijin pada bu Asih untuk membawanya bermain didekat rumah pohon, Shaki baru bisa duduk, belajar merangkak, Ara slalu sigap memperhatikan Shaki, senyuman Shaki slalu membuat gemas dirinya.

"Shaki, kakak bawa pesawat terbang," ia memberikannya pada bocah kecil yang tengah anteng duduk beralaskan rumput hijau.

Pesawat terbang dari kertas, tentu Shaki langsung merusaknya dengan bahasa yang tak di mengerti.

"Aaah, Shaki! Ko di rusak? Tau gak, pesawat itu nanti akan bawa kita pergi jalan-jalan, ke luar negri, yang jauhhhh, tapi nanti setelah kakak punya uang." Ucap Ara. Shaki tak memperdulikan ia hanya berceloteh dengan bahasanya sendiri.

"Ara!" Teriak seorang laki-laki.

Ara menoleh, begitupun dengan Shaki, matanya saling berpandangan, anak laki-laki itu mendekat seraya tersenyum.

Ara menatap ke arah kue ulang tahun yang di bawa anak laki-laki itu, dengan bertuliskan "Selamat ulang tahun pengantin kecilku."

Ara terperanga, terdiam menatap kembali wajah Shaka yang sudah jauh berbeda.

"Ara, kakak datang. Maaf, kakak gak nepatin janji," Shaka menunduk, matanya buram menahan buliran bening yang hendak jatuh.

"Ara gak pernah berharap kakak datang lagi, Ara bahagia dengan kehidupan sekarang bersama Shaki." Ia memangku Shaki pergi menjauhi Shaka yang terpaku menatap kepergian Ara.

Air matanya tak dapat di bendung lagi. Lilin yang menyala pun mati tertiup angin.

"Jangan seperti ini Ra, kakak sungguh tersiksa selama ini. Kakak rindu kamu,"

****

Ara dan Shaka

Part ini gimana?

Apa Ara bakal maafin Shaka? Apa alasan Shaka melupakan janjinya pada Ara

👍👍❤❤🇮🇩🇮🇩

🙏🙏🙏

Terpopuler

Comments

Reena Azza

Reena Azza

critax pnuh dgn bawang 😭😭🥺😥

2021-07-04

0

Maryana Fiqa

Maryana Fiqa

kok aku jd sedih 😭😭😭😭

2021-05-10

3

Rini Elsafitri

Rini Elsafitri

menarik

2021-04-27

4

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!