Ibu Asih menatap Ara gamang, ia melihat kesedihan mendalam di matanya, betapa anak kecil itu iri melihat pelukan hangat seorang ibu dan ayah pada putranya.
Bu asih mendekati Ara, merangkulnya memasuki tubuh sintal perempuan paru baya itu.
"Ara anak ibu, anak kuat anak hebat," bisiknya pelan seraya mendaratkan ciuman di puncuk kepalanya.
Adegan haru antara orang tua dan anak sudah berlalu, mereka sudah berada di ruangan bu Asih, Ara dibawa pergi bu Vita pengasuh lainnya yang berada di panti.
Khaidar dan Arini mencoba meminta pengertian pada Shaka untuk ikut pulang bersama mereka. Tapi usahanya gagal, Shaka bersikeras ingin tetap hidup di panti menemani Ara selamanya.
Arini hampir pasrah, tangis kekecewaan runtuh.
"Salah kita mas, dulu dia kita titipkan disini dengan janji akan datang bertemu dengannya. Tapi, inilah akibatnya 10tahun kita baru muncul lagi dihadapan anak kita," Arini memeluk erat suaminya, menumpahkan segala rasa berdosanya terdahulu.
Sebisa mungkin Khaidar menenangkan istrinya.
"Kita pasti akan bawa dia pulang sayang,"
Bu asih yang sedari tadi diam, merasa kasihan pada orang tua Shaka, dia tau persis masalahnya terdahulu.
"Shaka, panti ini khusus untuk anak-anak yang tak mempunyai orang tua, suatu saat nanti teman-temanmu yang lain dan mungkin juga Ara akan mendapat orang tua baru, seperti yang sering kamu lihat adik-adik mu banyak yang di adopsi, mereka bahagia dengan keluarga barunya. Tugasnya adik-adik kamu yang sudah punya orang tua angkat harus berbakti. Apalagi Shaka, mamah papah kandung. Shaka harus berbakti pada mereka, tuhan akan marah kalau Shaka terus menentang permintaan mamah papah, seorang anak harusnya memang tinggal bersama kedua orang tuanya, Shaka harus percaya Ara akan baik-baik aja disini, ibu, bu Vita, dan teman-teman kamu yang lain bakal jagain Ara, Ara itu anak pintar, ceria, dia akan baik-baik aja,"
Ucapan bu Asih yang berusaha membujuk Shaka. Dia diam mencoba memikirkan ucapan ibu panti yang sudah mengurusnya dengan baik.
"Tapi Shaka udah janji sama Ara bu, Shaka gak akan tinggalin Ara, kalau Shaka pergi, nanti Ara benci sama Shaka," ia menunduk.
"Ibu akan bicara nanti pada Ara, dia akan ngerti,"
"Mah, pah, Shaka akan ikut sama mamah dan papah, tapi Shaka punya permintaan," Arini dan Khaidar sumringah mendengar pernyataan anak semata wayangnya.
"Apa sayang? Papah akan berikan." Ucapan antusias Khaidar.
"Setiap tahun saat libur sekolah Shaka mau liburan kesini, Shaka mau main sama Ara, setidaknya dengan begitu Ara gak akan berpikir kalau Shaka gak sayang sama dia." Tatapan Shaka penuh harap pada kedua orang tuanya. Arini dan Khaidar mengusap rambutnya lalu memeluk erat tubuh malaikat kecilnya.
"Hanya itu? Dont worry, papah sama mamah pasti antar kamu kesini nanti, kita ajak Ara dan teman-teman yang lain ke mall, ke wahana permainan anak-anak, ketempat yang indah-indah, okey!"
"Papah janji," ia meminta Khaidar mengaitkan kelingking pada nya.
"Papah janji sayang," dia menyambut kelingking mungil anaknya.
"Baiklah kita beresin barang-barang yang mau kamu bawa, malam ini juga kita harus pulang ke Jakarta," Arini Khaidar bangkit di susul bu Asih tapi Shaka terkejut.
"Jakarta? Jadi papah sama mamah tinggal di Jakarta?" Tanya Shaka.
"Iya sayang, kamu sebenarnya asli Jakarta, karna masalah kita dulu sangat rumit, papah sama mamah datang ke Surabaya dan tinggal disini." Jawab Khaidar.
"Sudah sayang, kamu gak usah khawatir, Jakarta atau pun Surabaya sama saja, yang penting bagi mamah sekarang Shaka akan tinggal sama mamah. Mamah bahagia sayang." Arini menyela seraya merangkul bahu sang anak.
"Apa jarak akan mempertemukan aku sama Ara nanti setiap tahun?" Gumamnya seraya berjalan ke kamarnya.
Semua mengantar Shaka untuk pergi, ia berpamitan pada semua anak-anak di panti di akhiri dengan ucapan yang mengiris hatinya. "Tolong jaga Ara untuk Shaka."
Mobil sudah menunggu, barang-barang sudah masuk kebagasi, Shaka mencari keberadaan Ara. "Bu Vita ada disini, lantas kemana Ara? Segitu marah kah Ara padaku, sampai dia gak mau bertemu dan mengantarku pergi?" Arini menatap anaknya yang terlihat berat meninggalkan panti asuhan ini.
"Bagaimana pun Shaka hidup disini, dia pasti berat ninggalin semua ini, apalagi dia harus meninggalkan anak manis itu, apa kita egois mas?" Bisik Arini pada suaminya.
"Kita berhak atas Shaka sayang, ini hanya awal, dia akan menikmati kehidupan barunya nanti, anak kecil akan gampang berbaur dengan teman barunya. Kesibukan nanti di sekolah akan membuat dia bisa melupakan kesedihannya. Lagian kita akan antar dia kesini sesuai perjanjian," jawab Khaidar.
"Jangan bohongi anak kecil itu ya mas, kita harus datang lagi kesini." Arini khawatir dengan perjanjian suami dengan anaknya, teringat saat dia menitipkan Shaka dan berjanji akan sering menjenguk. Nyatanya mereka ingkar.
"Ayo sayang, kita harus pergi, nanti telat sampai bandara." Khai merangkul bahu anaknya untuk masuk mobil.
Shaka menepis tangan Khaidar pelan. "Pah, hanya lima menit, Shaka akan kembali, Shaka harus bicara pada Ara, Shaka gak mau pengantin kecil Shaka marah sama Shaka," ucapnya seraya berlari kecil.
"Sudah mas, beri dia waktu sebentar." Arini meraih tangan suaminya yang hendak menahan.
Shaka mencari-cari keberadaan Ara dari rumah pohon sampai kebeberapa tempat yang paling sering di datangi mereka berdua.
"Ara! Kamu dimana? Kakak harus bicara dulu sama Ara?" Anak laki-laki itu berteriak seraya memutar mencari keberadaan Ara. Tak ada jawaban.
Isak tangis di dekat pohon besar terdengar jelas. Shaka menghampirinya. Ia duduk menyandarkan kepalanya pada sisi pohon besar itu, begitupun Ara yang menangis sesegukan menyandarkan tubuh mungilnya di sisi satunya.
"Kakak salah, maaf! Tapi kakak janji akan datang menemui Ara setiap libur sekolah. Papah mamah kakak udah janji sama kakak, mereka akan antar kakak kesini lagi," tak ada jawaban air mata Ara jatuh semakin deras.
"Kakak sayang sama Ara, tapi kata ibu, kalau kakak gak nurut sama papah mamah, kakak jadi anak durhaka, kakak gak mau berdosa Ra," sambungnya lagi. Tapi Ara tetap tak menjawab.
"Ara, kakak akan datang lagi kesini dan kakak akan bujuk mamah papah buat bawa Ara ke Jakarta tinggal bereng disana."
"Jangan pernah janji apapun lagi sama Ara, Ara benci sama kakak." Jawaban Ara singkat tapi sukses membuat Shaka merasa bersalah. Ia bangkit menghampiri Ara duduk berhadapan meraih tangan mungil pengantin kecilnya.
"Jangan benci kakak! jika kakak bisa memilih untuk tetap disini kakak akan tetap disini, Ara akan mengerti nanti, kakak bingung. Tapi kakak juga gak mau berdosa." Ara menepis tangan Shaka yang menggenggamnya erat.
"Kakak janji, kakak akan datang jenguk Ara disini, Ara udah jadi pengantin kecil kakak, Ara gak boleh benci kakak. Kakak akan bawa Ara suatu saat nanti."
Sebelumnya Arini khawatir, ia menyusul anaknya mengikuti dan mendengarkan setiap ucapannya pada gadis manis itu, ia merasa bersalah akan memisahkan anak yang saling menyayangi ini.
"Sayang, maafin tante. Tante gak bermaksud memisahkan kalian, tante mengerti Ara sayang sama kak Shaka, Shaka akan menjaga Ara disana dari kejauhan lewat doa, kekuatan doa lebih besar dari apapun." Ucap Arini yang merangkul kedua bocah itu.
"Tante sama om dulu sebelum menikah dan jadi istri om, banyaaak banget cobaannya. dipisahkan, di larang bertemu, tapi om sama tante berdoa sama Allah, dan akhirnya kami bisa menikah, itu semua karna kekuatan doa. Jodoh gak akan kemana, kalian punya perjanjian, suatu hari nanti jika kalian dewasa dan berjodoh allah akan mempertemukan dengan cara yang manis. Lagian Shaka akan tetap datang kesini." Arini meraih dagu Ara menatapnya dalam.
"Kalau nangis terus, wajah cantiknya hilang." Ia mengusap air mata yang terus mengalir di pipi anak kecil itu.
"Tante, Ara sayang sama kak Shaka, kak Shaka yang slalu jagain Ara," tatapan Ara dalam.
"Tante tau sayang, kalian saling menyayangi. Seiring berjalannya waktu Ara dan Shaka akan terbiasa, Ara akan mengerti."
"Tante janji akan datang kesini lagi kan?"
"Tentu, kalau bisa tante mau ajak Ara tinggal di Jakarta." Ara tersenyum begitupun dengan Shaka. Sepemikiran.
"Nah gitu dong, senyum. Cantik. Pantes aja banyak yang sayang sama Ara, mmm tante juga sayang sama Ara deh sekarang." Pelukan hangat Arini untuk kedua bocah itu menenangkan. Shaka mengusap pipi tembem Ara di pelukan Arini seraya tersenyum.
"Kalau gitu Shaka sama tante harus berangkat. Yuk, anterin kita," Arini berdiri di susul dua anak itu. Mereka berjalan sambil bergandengan tangan.
Melihat keadaannya membaik, bu Asih yang tadinya cemas berubah tersenyum saat melihat tawa kecil dari kedua anak itu, begitu pun dengan yang lainnya.
"Bu Arini bisa membujuk Ara ya bu," bisik bu Vita.
"Alhamdulillah, semoga Ara bisa ikhlas," jawabnya.
Shaka melepaskan pegangan tangan Ara pelan, jari jemari yang saling mengait terurai satu persatu, seakan berat untuk berpisah. Wajahnya kembali sendu. "Ayo sayang," Khaidar menarik pelan Shaka membawanya masuk dalam mobil.
Pintu mobil tertutup, suara mesin menyala, itu tandanya mereka harus pergi, Ara masih berdiri di sampingnya.
"Kakak akan slalu inget Ara, kakak sayang Ara," ucap Shaka yang membuka kaca mobilnya, mengulurkan tangannya meraih tangan Ara.
"Ara juga sayang kakak," mobil itu melaju pelan sampai genggaman merek terlepas kembali.
Ara melambai, sampai mobil itu perlahan menghilang dari pandangannya.
"Ayo sayang kita masuk," bu Asih merangkul membawanya kedalam panti. Tugasnya mengembalikan senyum Ara.
"Semoga perpisahan ini gak membuat anak cantik ini kehilangan semangatnya." Gumam bu Asih seraya menatap Ara yang kini tertidur di ranjangnya.
****
"Ara dan Shaka"
Apakah janjinya Shaka untuk menemui Ara di panti di tepati? Semoga🙇♀️
👍👍❤❤🇮🇩🇮🇩
🙏🙏🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 56 Episodes
Comments
Rista Baha
semoga ditepati
2021-07-22
0
Sugiyati Ugi
semoga
2021-05-22
0
Maryana Fiqa
😭😭😭😭
2021-05-10
2