"Ay, lu dari mana? Hei, kenapa terburu-buru gitu sih," Ola menahan langkah Alya yang berjalan melewati mejanya dengan tergesa-gesa.
"Ay, lu mau kemana sih? Itu helm kenapa masih nyantol di kepala? Ish, dicopot dulu nona. Astaga!" Ola memutar kedua bola matanya.
Pengen ketawa tapi takut dosa, Ola hanya bisa menahannya dalam hati. Melihat wajah Alya yang kemerahan dengan peluh membasahi leher dan keningnya, Alya tampak menyedihkan. Rambut panjangnya tampak lepek karena terlalu lama tertutup helm.
Berantakan lebih tepatnya kalau melihat penampilan Alya saat ini. Helm yang masih berada di kepalanya pun, belum juga dilepaskan. Tas ransel yang berada di bahunya, tampak dipenuhi kotoran dari serbuk sari bunga akasia.
Hadehh, Ola menggelengkan kepalanya sambil senyum tertahan. Alya itu sebenarnya cantik, tapi sayang nggak pernah sedikit pun memikirkan penampilannya. Hanya bedak tipis di wajahnya, itu pun juga bedak bayi yang selalu Alya bawa di dalam tas ranselnya.
"Please jangan halangi langkah Gue, ini urgent La. Gue harus secepatnya ketemu sama bu Dhes, ada hal penting yang harus Gue sampaiin ke dia."
Alya melepas helm dan memberikannya ke tangan sahabatnya itu yang menerimanya dengan tatapan yang sulit diartikan. "Titip helm, jangan sampai jatuh lagi. Gue belum punya duit buat beli yang baru."
Tanpa mengharapkan jawaban, apalagi pertanyaan yang terlihat jelas dari sorot mata tajam sahabatnya itu, Alya berlalu dari hadapan Ola dan mempercepat langkahnya menuju ruangan bu Dhes.
Tepat di depan pintu ruangan bu Dhes, Alya menoleh pada Ola yang masih terlihat berdiri menatap dari mejanya yang tak jauh dari tempat Alya berdiri saat ini. "Sabar ya friend, setelah ini Gue bakal ceritain semuanya sama Lu, semuanya. Oke!" Bisik Alya dalam hati.
Tok tok tok
Alya mengetuk daun pintu ruangan bu Dhesita, hening sesaat. Sedetik kemudian terdengar sahutan dari dalam.
"Masuk saja Alya, Saya lagi sibuk. Tidak bisa membukakan pintu buat Kamu!"
Astaga, dia tahu kalau aku yang ketok pintu. Lagian siapa juga yang minta dibukain pintu coba. Heran? Lembut dikit bisa nggak sih, jadi pimpinan.
Alya memegang gagang pintu dan mendorongnya ke dalam, tampak bu Dhes tengah sibuk dengan berkas di mejanya.
Sesekali matanya menatap layar komputer di depannya, fokus tanpa sedikit pun terusik dengan kehadiran Alya yang tengah berdiri menunggu perintahnya.
"Maaf, Bu. Saya mau kasih laporan soal tugas yang Ibu kasih tadi siang."
"Kamu taruh saja di meja Saya, nanti Saya periksa."
"Tapi, Bu. Ini tentang ..."
"Kamu dengar omongan Saya tidak, Alya! Saya sibuk, taruh saja di meja ..."
"Dugaan Ibu benar, mereka memanipulasi jumlah barang yang dikirim ke konsumen kita di sebrang. Saya punya buktinya, pak Yanto dan mas Agung. Mereka menurunkan barang yang tadi dimuat di mobil, di tanah kosong dekat dengan toko pak Anwar langganan kantor kita. Barang itu mereka bawa kesana, dijual dengan harga murah, di bawah harga pasaran," jelas Alya panjang lebar memotong ucapan bu Dhes.
Alya lalu menyerahkan ponsel di tangannya, menunjukkan pada bu Dhes foto yang berhasil diabadikannya siang tadi. Tampak wajah pimpinannya itu berubah, tapi seolah tak terjadi apa-apa, sikapnya masih tetap tenang.
"Terima kasih Ay. Saya tidak salah memilih Kamu untuk menyelesaikan tugas ini. Sikap Kamu yang selalu ingin tahu, telah banyak membantu."
"Maaf Bu, apa Saya boleh kasih saran? Maksud Saya bukan untuk menggurui, hanya sedikit masukan saja."
"Silahkan Alya."
"Kantor ini perlu CCTV, biar Ibu bisa memantau semua kegiatan karyawan, dan juga keluar masuknya barang. Tanpa harus melihat secara langsung, jadi Ibu nggak perlu repot tiap hari harus cek langsung ke gudang." Alya mengentikan bicaranya sesaat, menunggu reaksi dari atasannya itu. Tapi, bu Dhes hanya diam menatapnya, menunggu Alya menyelesaikan bicaranya.
"Dan satu lagi, Bu. Lampu di gudang banyak yang mati, tolong diganti semua. Suka serem sendiri, merinding Saya kalau harus disuruh cek barang sendirian."
Bu Dhes tersenyum lebar mendengar penuturan Alya, bukan sekali ini saja dia mendengar ucapan karyawannya tentang gudang barang yang ada di bagian bawah kantornya itu.
"Bulan depan kita pindah kantor Alya. Saya harap Kamu bisa menyelesaikan cek stok barang yang ada di gudang dalam waktu dua minggu. Saya suruh orang buat bantu nanti."
"Pindah kantor, Bu? Terus, pak Yanto sama mas Agung gimana?"
"Iya, kita pindah Alya. Bukannya Kamu mau kantor yang full AC, terus ada CCTV dimana-mana buat memantau kerja karyawan? Kalau untuk mereka berdua, biar Saya yang urus nanti."
"Kalau boleh tahu, pindah kemana ya Bu?"
"Gabung sama Daffa, dia yang akan menggantikan tugas Saya nantinya. Saya mau rehat Alya."
🌹🌹🌹
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 85 Episodes
Comments
RINDU ⭕
Like 👍👍👍👍👍👍
2022-01-03
0
jihan
wah pasti Alya syok tuh kerja brg dhafa
2021-11-05
0
Adinda
Pasukan Era Berdarah Manusia datang ⭐⭐⭐⭐⭐
❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️❤️
2021-10-22
0