"Apa kakak demam?" tanya Aksa.
"Hah? apa?" Binar terlonjak kaget dan memandangi wajah tampannya Aksa.
"Apa kak Binar sakit? apa demam? Kok wajah kakak memerah seperti itu?" tanya Aksa dengan wajah penuh kekhawatiran.
Binar langsung menepuk kedua pipinya dan tersenyum canggung ke arah Aksa, "aahhh, heeee, aku habis berjemur tadi jadi agak memerah wajahku"
"Berjemur di mana kak?" Aksa mulai mengulum bibir menahan senyumnya.
"Di........." Binar langsung menghentikan ucapannya saat melihat rintik hujan mengetuk-ngetuk jendela kantornya. Semakin merona malu lah dia dan dia langsung menundukkan wajahnya sambil berucap di dalam hatinya, shit! kenapa aku tidak menyadari kalau sedari pagi tadi mendung dan tidak ada matahari.
Aksa semakin dalam mengulum bibirnya melihat tingkah polosnya Binar yang menjadi salah tingkah di depan dia.
Alih-alih menatap Aksa, dia memilih menatap dokumennya lalu berucap, "ada apa kamu datang sepagi ini dan menemuiku?"
"Aksa mau minta ijin. Setelah melihat lokasi sama Boy nanti, apa boleh Aksa ke kampus sebentar?"
"Apa masih ada kuliah? bukankah kamu sudah masuk ke tahap akhir dan sebentar lagi nyusun skripsi?" tanya Binar sambil membubuhkan tanda tangan di beberapa dokumen penting yang ada di depannya.
"Sudah nggak ada kuliah tapi, saya mau minta tanda tangan pak Abimana untuk mengajukan judul skripsi saya, kak" Aksa tersenyum lebar saat menatap Binar yang masih belum berani mendongakkan wajah cantiknya ke arahnya.
"Oke! aku ijinkan. Sekarang kamu boleh keluar" ucap Binar dengan kepala yang masih tertunduk.
Aksa tersenyum lebar menahan tawa sambil bangkit, "terima kasih kak, saya permisi dan soal Bronzo........."
Binar langsung mendongakkan kepalanya dan menatap Aksa, "kenapa Bronzo?"
"Bronzo baik-baik saja, saya sudah ajak dia jalan-jalan tadi pagi di lapangan untuk buang air kecil dan air besar. Saya juga sudah kasih dia makan. Nanti siang sebelum ke kampus saya akan balik ke apartemen dulu untuk mengecek Bronzo" ucap Aksa.
"Oh. Terima kasih, ya" ucap Binar sambil melempar senyum cantiknya ke Aksa.
Aksa menganggukkan kepalanya sambil tersenyum dan di saat dia hendak melangkah keluar, Binar menghentikannya, "duduk lagi!"
Aksa memutar badan dan berdiri di depan mejanya Binar dalam kebingungan.
"Duduklah! ada yang ingin aku bahas denganmu mumpung kantor masih sepi dan belum ada yang datang" ucap Binar.
Aksa kembali duduk dan menatap tajam ke Binar.
"Emm, kemarin aku minum anggur di apartemenmu kan?"
Aksa tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
"Apa aku mengatakan sesuatu ke kamu? aku nggak berkata yang aneh-aneh kan? aku tidak melakukan hal yang memalukan kan?" tanya Binar serius.
"Kakak tidak ingat apa-apa?" Aksa menatap Binar dengan wajah datar.
Binar menggelengkan kepalanya, "aku tidak ingat apa-apa. Tetapi aku akan ganti rugi jika aku memecahkan sesuatu atau merusak sesuatu"
"Anda tidak memecahkan barang dan tidak merusak barang tapi........." Aksa nampak ragu untuk meneruskan ucapannya.
"Tapi apa?" Binar bertanya dengan was-was.
"Anda meminta saya untuk menjadi pacar anda dan anda mencium saya. Setelah mencium saya, anda berucap agar saya menjaga dan menghargai ciuman pertama anda itu"
"What?!" Binar memekik kaget dan langsung membenturkan dahinya dengan pelan di atas meja kerjanya.
"Anda juga bercerita soal Hendra Her......."
"Stop!" Binar langsung mengangkat wajah cantiknya dan menatap Aksa, "dengar! jangan anggap serius apa yang aku lakukan dan aku katakan oke?! itu aku lakukan di bawah kesadaranku karena pengaruh anggur. Jangan sebut nama Hendra Herlambang pada siapa saja, please!"
"Saya ingin mengabaikannya kak tapi, kata bu Mika, jika kakak di dalam pengaruh anggur maka kakak akan jujur tentang apa yang ada di benak dan hatinya kakak. Apa kakak benar-benar ingin saya menjadi pacarnya kakak?" keseriusan terdengar di nada bicaranya Aksa.
"Hah!?" Binar langsung ternganga, "hahaha kamu jangan bercanda! kamu masih dua puluh tahun dan aku sudah berumur tiga puluh tahun, usia kita terpaut sepuluh tahun. Mana mungkin aku berniat menjadikanmu pacarku" Binar kemudian bangkit dan berjalan menuju ke jendela lalu memunggungi Aksa untuk menutupi kegugupannya.
Kedua bola mata indah miliknya Aksa langsung mengikuti arah perginya Binar, "tetapi kata bu Mika, anggur dan minuman beralkohol lainnya merupakan serum kejujuran bagi kak Binar. Kalau memang kakak ingin saya menjadi pacar kakak, saya mau kok" ucap Aksa dengan polosnya.
Binar berbicara dengan masih memunggungi Aksa dan bersedekap menatap teras belakang kantornya yang nampak basah tersiram air hujan di pagi hari itu, "kamu jangan bercanda soal ini! kamu juga bilang kan kemarin, kalau kamu sudah punya pacar dan juga aku ingatkan kembali peraturan di kantor ini tidak memperbolehkan berpacaran dengan kolega"
"Anda sepertinya tidak peduli soal peraturan. Buktinya anda melanggar peraturan kan kemarin, dengan membawa Bronzo ke kantor. Apa salahnya jika anda melanggar tentang aturan berpacaran di kantor ini?" tanya Aksa dengan ringannya.
Binar langsung berbalik badan dan menatap tajam ke Aksa, "kau berani mengkritik aku lagi?"
Aksa hanya tersenyum tipis ke arah Binar.
"Kau masih kecil bahkan kau belum lulus kuliah. Jangan berharap aku akan menjadikanmu pacarku! Kamu juga harus ingat dengan pacar kamu" ucap Binar tegas.
"Saya dalam masa hening dengan pacar saya. Pacar saya ketahuan selingkuh sebulan yang lalu namun dia tidak ingin putus dengan saya. Dia bersumpah akan berubah dan saya masih belum mengambil keputusan atas hubungan kami. Saya akan memberikan kesempatan kedua atau putus dengan pacar saya setelah saya mendapatkan kepastian dari kak Binar" Aksa bangkit dan pergi begitu saja meninggalkan Binar.
"Tunggu! aku belum selesai bica.........."
"Kak? ada apa? kenapa Aksa keluar dari ruangannya kakak dengan muka masam?" tanya Lela yang secara tiba-tiba menerobos masuk ke ruangannya Binar dan hampir bertubrukan dengan Aksa yang membuka pintu itu dan hendak keluar dari ruangannya Binar.
"Aaah, tidak apa-apa. Ada apa kau menemuiku sepagi ini?" tanya Binar.
"Kita harus menemui klien kita pagi ini untuk proyek pembangunan hotel klien kita yang berada di Bali" ucap Lela.
"Jam berapa?" tanya Binar, "kenapa baru kau kasih tahu aku sekarang?"
"Lela udah kasih tahu ke kak Binar seminggu yang lalu" Lela kemudian mengambil jadwal Binar di atas meja kerjanya Binar, "nih, buktinya"
Binar meringis ke Lela sembari meraih tas kerjanya, "heeee, sori aku lupa"
"Gara-gara reuni pastinya jadi lupa deh akan semuanya" gumam Lela lirih.
"Jangan kau sebut soal reuni lagi atau aku pecat kau!" Binar melotot ke Lela dan Lela langsung mengatupkan kedua mulutnya dan diam membisu.
"Kau jaga di kantor! hari ini semua keluar meninjau lokasi klien mereka masing-masing dan kantor kosong, jadi kau harus diam di kantor" ucap Binar ke Lela sambil membuka pintu ruangannya.
"Tapi kak, kakak yakin bisa menangani klien ini sendirian?" tanya Lela.
"Bisa dong! selama ini aku juga kan yang sering mengeksekusi sebuah tender dengan sangat mulus" ucap Binar dengan sorot mata sombongnya.
"Oke deh! hati-hati di jalan" ucap Lela.
Binar tersenyum ke Lela dan saat dia melangkah keluar dari ruangannya, pandangannya beradu dengan sorot mata tajamnya Aksa. Binar langsung mengalihkan pandangannya dan melangkah pergi.
Aksa bangkit dan menemui Lela, "kak Lela, emm, bos kita mau ke mana pagi-pagi begini?"
"Mau menemui klien besar" ucap Lela.
"Cowok apa cewek?" tanya Aksa.
Lela.menyipitkan matanya ke Aksa, "kenapa kau peduli soal itu?"
"Kalau cowok kan kasihan kak Binar. Apa tidak berbahaya kak Binar sendirian saja menemui kliennya?" Entah kenapa, Aksa tiba-tiba menjadi sangat peduli dengan bos cantiknya.
"Dengar anak muda! bos kita itu wanita tangguh dan cerdas, dia juga sudah sering menemui klien seorang diri dan tidak terjadi apa-apa jadi berhentilah mengkhawatirkannya" ucap Lela.
Aksa hendak berucap lagi namun pundaknya ditepuk oleh Boy, "kita ke lokasi sekarang, yuk!"
Aksa menoleh ke Boy dan tersenyum lalu mengambil tas selempangnya dan berjalan beriringan dengan Boy untuk meninggalkan kantor dan pergi menuju ke lokasi untuk mengeksekusi desainnya Boy di sana.
"Tunggu! kau sudah dapat surat ijin dari lak Binar? kata kak Binar kita nggak akan bisa keluar kantor kalau nggak ada surat ijin dari dia" kata Aksa.
"Udah dong" Boy melambaikan surat ijinnya lalu meletakkannya di meja satpam. Kedua laki-laki muda itu pun langsung masuk ke mobil dinas kantor dan Boy mengemudikannya ke sebuah lokasi untuk menemui klien mereka.
Binar sampai di sebuah restoran dan dia langsung duduk di meja yang sudah dipesan oleh kliennya yang bernama David Revano. Binar duduk sambil menyesap cangkir kopinya sambil menunggu kedatangannya bapak David Revano.
Binar hampir menjatuhkan cangkir kopinya saat melihat Hendra Herlambang berdiri di depan mejanya dan menatapnya,
"Kau? apa yang kau lakukan di sini dan kenapa kau berdiri di depanku?" Binar meletakkan cangkir kopinya di atas meja dengan kasar lalu bersandar di kursinya sambil bersedekap menatap tajam ke Hendra Herlambang.
Hendra Herlambang tersenyum dan menatap Binar, "kamu menunggu bapak David Revano, kan?"
"Iya. Kok kamu bisa tahu?" Binar langsung mengerutkan dahinya.
"Bapak David Revano adalah papanya Aulia Revano, tunanganku dan yang akan kamu kerjakan nanti adalah hotel kami" ucap Hendra sambil tersenyum tipis ke Binar.
"What?! kalau begitu aku batalkan saja kerja sama kita" Binar berdiri dan melangkah pergi meninggalkan Hendra namun dengan cekatan, tangan Hendra berhasil memegang pergelangan tangannya Binar, "jangan pergi dulu! ada yang ingin aku katakan?" ucap Hendra kemudian.
Binar menepis tangannya Hendra dengan kasar dan melotot ke Hendra, "aku tidak ingin dengar apa-apa dari mulut kamu"
"Please! demi perasaan kita" ucap Hendra.
"Pe....perasaan?" Binar kemudian melangkah mundur dan duduk kembali di kursinya semula.
"Iya. Aku tahu kamu mencintaiku sejak SMA. Aku juga memiliki rasa yang sama" ucap Hendra Herlambang.
Binar tersenyum sinis ke Hendra, "omong kosong! kau seorang pembohong!"
"Aku mengatakan yang sejujurnya. Maaf jika aku baru bisa jujur soal perasaanku ke kamu sekarang ini karena, sejak SMA, aku sudah dijodohkan dengan Aulia Revano" ucap Hendra Herlambang.
"Cih! kau bahkan tidak menolak perjodohan itu dan bisa-bisanya kau bilang cinta ke aku saat ini" ucap Binar kesal.
"Mamaku punya penyakit jantung dan aku takut kalau mamaku kenapa-kenapa kalau aku menolak perjodohanku dengan Aulia dan........"
"Kau bahkan berani berjanji akan menikahiku di umur kita yang ketiga puluh lima nanti" Binar berucap sembari menyusur kasar rambut hitam indahnya dengan jari jemarinya.
"Itu karena aku yakin di umurku segitu, aku akan bisa lepas dari Aulia Revano selamanya dan aku akan menikahimu. Aku hanya ingin menikah denganmu Binar, sungguh!" ucap Hendra Herlambang.
"Bolehkah aku memintamu untuk berpacaran denganku secara sembunyi-sembunyi sampai kita menikah nanti. Aku janji akan terus berusaha melepaskan diri dari Aulia Revano" ucap Hendra kemudian dengan santainya.
"Hah!? Aku nggak mau jadi pelakor dan kau pikir aku masih menunggumu. Aku juga sudah memiliki pacar" Binar mengalihkan pandangan dan berbohong ke Hendra Herlambang.
"Kau bohong kan? aku mengawasimu selama ini dan kamu belum punya pacar" ucap Hendra Herlambang.
Tiba-tiba......Plak.
Pipi Binar terasa panas terkena tamparan. Binar langsung menoleh dan berdiri di depannya Aulia Revano, "kau berani menamparku?"
Plak
Binar membalas tamparannya Aulia Revano.
Aulia mendelik dan hendak melompat menyerang Binar namun dengan sigap, Hendra menarik tubuhnya Aulia.
"Lepaskan! aku akan hajar pelakor itu" jerit Aulia.
"Dia bukan pelakor dan jangan melawannya! dia pandai teknik bela diri" ucap Hendra sambil mendekap erat pinggangnya Aulia dari belakang dan terus menarik Aulia lalu keluar dari restoran tersebut meninggalkan Binar.
Binar terhenyak lemas.di kursinya dan menyisir kasar rambut indahnya, "dasar Hendra brengsek! kenapa dia harus bilang cinta ke aku? dasar gila! brengsek!" Binar memekik kesal.
Dengan hati yang panas penuh emosi dan kecemburuan, Binar melangkah keluar dari dalam restoran dan di saat dia hendak melangkah ke mobilnya tiba-tiba......Ceprot.
Ada sebuah mobil sport parkir di belakang mobilnya dan menciprati setelan baju kerja milik kakaknya, dengan air hujan di aspal yang menggenang dan terlindas ban mobil sport itu maka alhasil air kotor itu terciprat di bajunya.
Binar mendengus kesal dan menunggu si pemilik mobil sport itu keluar.
Pemilik mobil itu seorang laki-laki yang sangat gagah dan tampan dia lalu mendekati Binar yang tengah menatapnya dengan sangat tajam, "ada apa nona? apa kau salah satu dari penggemarku?" tanya cowok itu dengan santainya.
"Cih! penggemar kepalamu, aku bahkan belum pernah melihatmu. Ban mobilmu mencipratkan air kotor itu ke bajuku, nih lihat! tanggung jawab kau!" ucap Binar kesal.
"Cih! kau bahkan masih menggunakan trik lama untuk merayu laki-laki" ucap laki-laki tampan itu.
Binar langsung menarik tangan laki-laki itu dan membanting tubuh cowok itu di atas trotoar karena, kesal. Setelah itu dia menekan tubuh cowok itu dengan lututnya lalu berucap, "justru kau yang mengunakan trik lama untuk memikat cewek, cih!" Binar kemudian berdiri dan pergi begitu saja meninggalkan laki-laki itu.
Laki-laki itu kemudian bangun dan berdiri. Dia menatap Binar yang telah masuk ke dalam sebuah mobil dan menyeringai senang, "cantik dan liar aku suka. Sayangnya dia pergi sebelum aku sempat berkenalan dengannya"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
syafridawati
5 like mampir
2021-08-20
0
Puan Harahap
hendra bisakah dipercaya
🌹🌹Salam Pria Idola
Menikahi pria Urakan
Bos arrogan jatuh cinta pada mm muda🌹🌹
2021-06-06
0
Esther
aku juga mencintai mu
2021-06-02
1