Melangkah ragu, Binar memasuki ruangan di salah satu hotel bintang lima tempat diadakannya Reuni SMA angkatannya.
Dia bingung berdiri di tengah pintu itu dan sejenak menyesali keputusannya menoleh Hendra yang ingin menjemputnya. Semua teman semasa SMA-nya dulu baik yang dulu akrab dengannya atau yang sekadar kenal, sekarang ini nampak asing semua baginya.
Yang semakin membuat dia meragu untuk membaur dengan teman-teman satu angkatannya dan menjadi tidak percaya diri adalah, di saat dia melihat semua teman-temannya membawa suami, istri ataupun kekasih mereka, sedangkan dia masih belum menikah dan tidak memiliki seorang kekasih. Dia habiskan semua waktunya demi menunggu cinta pertamanya untuk Hendra Herlambang. Itu juga yang membuatnya belum pernah merasakan indahnya masa berpacaran dan manisnya ciuman pertama.
Binar mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan mencari sosok laki-laki idamannya, tampan, tinggi, memliki rahang menonjol, hidung mancung, putih, berambut lurus tebal berwarna hitam legam, dan berbadan atletis karena, semasa SMA, Hendra merupakan kapten tim sepak bola, idola para gadis.
Binar dulunya merasa bersyukur bisa menjadi dekat dengan Hendra Herlambang dan bisa membuat para gadis lainnya menatap iri padanya jika dia berjalan bergandengan tangan dengan Hendra Herlambang namun, sayang sungguh amat disayang, Hendra Herlambang tidak pernah menyatakan cinta kepadanya.
Hendra Herlambang cuma pernah mengucapkan janji kalau di usianya yang ketiga puluh lima, dia akan menikahi Binar.
Itulah alasan yang paling utama, janji dari seorang Hendra Herlambang yang membuat Binar rela menunggu dan setia menjaga cintanya hanya untuk Hendra Herlambang.
"Binar! kamu Binar kan? ya ampun kamu tidak berubah sedikitpun ya! masih imut dan sangat cantik" seorang wanita menyapanya dan Binar seketika menoleh dan tersenyum ke wanita itu.
Sial! aku lupa sama dia? dia siapa ya?" Batin Binar.
"Kamu nggak ingat aku? aku Mira" ucap wanita itu lalu memeluk Binar.
"Oh" Binar melepaskan diri dari pelukannya Mira, "apa kabar Mira?" Binar tersenyum canggung ke Mira yang berdiri di depannya dengan seorang laki-laki yang gagah dan lumayan tampan.
"Baik, kenalkan ini suamiku" ucap Mira.
Shit! dia sudah bersuami. Aku jawab apa kalau dia tanya aku datang dengan siapa. Batin Binar.
Binar menyambut uluran tangan laki-laki tersebut yang merupakan suaminya Mira.
"Kau datang sendirian? mana suami kamu?" tanya Mira dengan polosnya.
Binar tersenyum kaku di depannya Mira lalu berucap, "aku belum menikah dan iya, aku datang sendirian"
"Oh, maaf" ucap Mira, "aku tinggal dulu ke sana ya" Mira berucap sambil menggandeng tangan suaminya dan pergi meninggalkan Binar begitu saja.
"Huuuffttt!" Binar langsung meraih satu gelas minuman soda dan langsung menghabiskannya dalam sekali tenggak, "aku nampak menyedihkan pastinya di depan Mira tadi. Usiaku udah tiga puluh tahun dan aku belum menikah bahkan tidak membawa seorang kekasih" Binar kemudian tertawa lirih, menertawakan dirinya sendiri.
"Binar!" Ada suara wanita memekik hampir merusak gendang telinganya, memanggil namanya. Binar menaruh gelas yang dia pegang dan dia menoleh ke arah suara.
"Mawar!" Binar ikutan memekik senang dan langsung memeluk erat Mawar sahabatnya semasa SMA dulu.
Mereka kemudian saling melepaskan pelukan mereka lalu menggemakan tawa mereka ke udara secara lepas, "kau semakin cantik" ucap Mawar sambil menatap Binar penuh kekaguman.
"Ah, kamu berlebihan. Ini karena gaun yang aku kenakan" ucap Binar dengan senyum manisnya.
"Kamu tetaplah cantik meskipun mengenakan karung goni" sahut Mawar sambil bersedekap, "kau sudah melihat dia?"
Binar membasahi bibirnya dan mengalihkan pandangannya, "siapa?"
"Ah, jangan pura-pura, kau tahu benar siapa yang aku maksud. Hendra Herlambang" ucap Mawar dengan senyum lebarnya.
Saat mendengar nama Hendra Herlambang organ-organ vitalnya sempat bergetar hebat tetapi dia masih bisa berdiri tegak di depannya Mawar dan masih bernapas. Walaupun dia akui napasnya menjadi tidak teratur, tetapi ia masih bernapas.
Mawar menjentikkan jari di depannya Binar, "oiii! kok malah melamun?"
"Aaah, emm, Hendra Herlambang ya, aku belum melihatnya, sudah sekitar sepuluh tahun aku tidak bertemu secara langsung dengannya, dan kamu masih mengingatnya?" tanya Binar dengan tingkah kikuk.
"Ketua kelas kita? bintang tim olahraga? tentu saja aku masih mengingatnya dan terlebih lagi dia adalah cinta pertamamu, kan?" Mawar tersenyum penuh arti ke Binar dan Binar langsung melotot ke Mawar, "jangan bicara terlalu keras, nanti ada yang dengar aku bisa malu!"
Mawar mengusap pundaknya Binar, "tenanglah! musiknya cukup keras aku yakin nggak akan ada yang mendengar ucapanku tadi. Emm, aku tinggal dulu sebentar ya" ucap Mawar dan Binar menganggukkan kepalanya ke Mawar sambil tersenyum.
Beberapa detik kemudian Binar merasakan pundaknya ditepuk oleh seseorang dan dia pun menoleh, Hendra Herlambang tersenyum lebar ke arahnya dan secara spontan Binar melompat untuk mengalungkan kedua lengannya di leher Hendra Herlambang dan dia memeluk erat tubuh laki-laki idamannya itu.
Hendra terkekeh senang, "kau begitu merindukanku ya?" Hendra berucap sambil membalas erat pelukannya Binar.
Binar melepaskan pelukannya dan menatap Hendra Herlambang, "iya aku merindukanmu, sangat" ucap Binar tanpa ragu.
Hendra Herlambang tersenyum lebar dan terus menatap Binar, "kau nampak matang sekaligus imut. Perpaduan yang unik dari seorang wanita yang sangat cantik. Kau sangat cantik malam ini, Binar" ucap Hendra Herlambang.
Blush
Wajah Binar langsung merona malu dan tersenyum lebar ke Hendra Herlambang, "emm, tepatnya tiga tahun lamanya kita tidak bertemu dan kau tidak berubah sama sekali, kau masih gagah dan tampan"
"Terima kasih cantik, untuk pujiannya" Hendra tersenyum ke Binar dan menengadahkan tangannya, meminta Binar menaruh tangan Binar di atas tangannya itu, "aku ingin berdansa denganmu"
"Oke! siapa yang bisa menolak diajak berdansa dengan cowok setampan kamu" ucap Binar sambil menaruh tangannya di atas tangannya Hendra Herlambang.
Hendra tertawa lirih menerima pujian yang bertubi-tubi dari seorang wanita yang sangat cantik sembari menarik Binar ke lantai dansa. Mereka berdansa dan sesekali bersitatap dengan sorot mata ambigu.
"Kamu sangat cantik dilihat dari dekat seperti ini, Binar. Kenapa aku tidak menyadarinya dari dulu, ya" ucap Hendra di sela-sela dansanya dengan Binar.
Binar menepuk pelan dadanya Hendra, "berarti dulu waktu SMA, aku jelek ya?"
"Kamu cantik dari dulu cantik cuma, sekarang beda, kamu menjadi sangat matang dan menarik" ucap Hendra dengan polosnya sambil bergoyang dan semakin menarik tubuh rampingnya Binar lekat ke tubuhnya di sela-sela gerakannya Binar mengikuti irama dansanya.
Apa dia akan menembak aku saat ini. Dia akan menyatakan rasa cintanya untukku? Batin Binar penuh harap.
Musik tiba-tiba berhenti dan semuanya menghentikan tarian mereka dan melepaskan pasangan mereka dari pelukan mereka masih-masing.
Binar merasa sedikit kecewa saat musik berhenti dan Hendra melepaskan pelukannya. Dia masih menunggu pernyataan cinta dari Hendra Herlambang.
Tiba-tiba datang seorang gadis cantik dan masih sangat muda mendekati dia dan Hendra Herlambang. Gadis itu bahkan tanpa ragu menggelungkan lengannya di lengannya Hendra Herlambang. Binar menatapnya dengan penuh kecemburuan.
"Maaf aku telat, sayang" ucap wanita muda itu, lalu wanita itu tersenyum ke Binar, "terima kasih Tante, sudah menjaga tunangan saya"
Dhuuuuaaarrrrr!!!!!
Binar seolah tersambar petir di siang bolong saat mendengar kata tunangan meluncur dari mulut wanita itu. Binar tertegun dan langsung mematung melihat Hendra dan wanita itu.
Hendra hanya diam menatap canggung ke Binar.
"Kenalkan nama saya Aulia Revano, saya dan mas Hendra terpaut tujuh tahun. Saya jauh lebih muda dari mas Hendra namun, saya bersyukur, saya bisa mengimbangi mas Hendra dan hubungan kami pun lancar dan selalu hangat penuh cinta, benar kan, mas?"
Hendra menoleh ke Aulia dan tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun.
Binar merasakan panas di kedua pelupuk matanya. Air matanya hampir terjatuh dan dengan cepat dia tahan sambil berucap, "selamat untuk kalian berdua. Maaf, saya harus pulang" Binar kemudian melangkah pergi begitu saja meninggalkan Hendra Herlambang dan Aulia Revano.
Binar Adelard melangkah lebar menuju ke parkiran mobilnya dengan berderai air mata. Laki-laki yang dia tunggu selama ini, laki-laki yang merupakan cinta pertamanya, dan laki-laki yang memberikan kepadanya harapan yang begitu indah, janji yang begitu manis, telah bertunangan dengan seorang gadis yang masih muda belia dan sangat cantik.
Binar masuk ke dalam mobilnya, memasang sabuk pengamannya namun, belum menyalakan mesin mobil mewahnya itu. Dia menjatuhkan wajah cantiknya di atas kemudian mobilnya dan mengais sejadi-jadinya sampai dia merasa puas.
Setelah mampu mengendalikan dirinya, dia pun menelepon kakak perempuannya, "kak, tolong kirimkan alamatnya Aksa!"
Mika langsung bertanya heran ke Binar, "untuk apa kamu tanya alamatnya Aksa?"
"Bronzo aku titipkan ke Aksa dan aku mau mengambilnya sekarang" ucap Binar.
"Sudah selesai acara reuninya? ini bahkan belum jam sembilan malam? kenapa cepat sekali selesai acara reuninya?" tanya Mika.
Binar menghela napas panjang, "besok sore aku ke rumah kakak, aku akan ceritakan semuanya dan tolong kirimkan alamatnya Aksa ke ponselku" ucap Binar.
"Baiklah" Klik....Mika menutup sambungan ponselnya Binar lalu mengirimkan alamatnya Aksa ke ponselnya Binar.
Ting......Sebuah pesan text masuk ke ponselnya. Binar menatap layar ponselnya untuk beberapa saat, kemudian ia mulai menyalakan mesin mobilnya dan meluncur ke apartemennya Aksa.
Binar mampir sebentar ke sebuah supermarket untuk membeli beberapa bir dan minuman anggur. Dia berencana akan berpesta alkohol sendirian di rumahnya untuk meratapi nasib sialnya sejak dia bertemu dengan seorang Hendra Herlambang.
Kemudian dia kembali meluncurkan mobilnya ke apartemennya Aksa setelah menaruh botol minuman anggur dan beberapa bir di jok depan mobilnya.
Setelah sampai di area parkir apartemen tempat tinggalnya Aksa, Binar menoleh ke botol anggur sambil menggerak-nggerakkan bibirnya ke kanan dan ke kiri, "apa aku ajak Aksa minum aja ya? minum sendirian di rumah juga tidak menyenangkan malah akan membuatku semakin frustasi mengingat semua kebodohanku demi Hendra"
Akhirnya Binar turun dari dalam mobilnya sambil menjinjing botol anggurnya lalu menuju ke lantai lima dari apartemen tersebut menuju ke kediamannya Aksa.
Ting tong
Binar membunyikan bel di depan pintu apartemennya Aksa. Aksa nampak di depan layar TV mungil yang ada di depannya Binar.
Aksa langsung membuka pintu apartemennya saat dia mengetahui yang datang bertamu adalah Binar, bos cantiknya.
"Kak Binar? apa kakak mau ambil Bronzo sekarang? tapi Bronzo sudah tidur" Aksa berucap sambil membuka lebar-lebar pintunya.
"Aku boleh masuk?" tanya Binar.
"Tentu saja boleh, silakan masuk" kata Aksa.
Setelah Binar melangkah masuk, Aksa langsung menutup pintunya dan mempersilakan Binar duduk di ruang tamu setelah Binar melepas sepatu hak tingginya.
"Tolong ambilkan dua gelas ya, aku ingin minum anggur ini bersama denganmu" ucap Binar dengan polosnya.
"Hah?!" Aksa membuka lebar-lebar mulutnya dan tertegun menatap bos cantiknya.
"Aaahh, bukan apa-apa aku cuma merasa enggan untuk pulang karena, aku hanya sendirian di rumahku dan aku butuh teman saat ini. Kalau aku minum anggur ini di rumahnya kak Mika aku takut memberikan contoh yang tidak baik untuk Arga keponakanku. Apa kamu keberatan aku minum di sini? oke aku akan pulang saja kalau begitu" Binar hendak berdiri dan langsung dicegah oleh Aksa, "oke kak Binar, saya akan ambilkan gelasnya"
Aksa kembali duduk di dekatnya Binar dan menjaga jarak beberapa centimeter dari bosnya itu lalu meletakkan dua gelas di atas meja.
Binar menuangkan anggur ke kedua gelas itu lalu menyerahkan gelas yang satunya ke Aksa.
Aksa meletakkan gelas yang disodorkan Binar ke atas meja, "maaf saya tidak minum anggur ataupun minuman beralkohol lainnya"
Binar tersenyum, "kamu anak baik-baik ternyata" Binar tersenyum lalu menenggak habis anggurnya dan dia pun mengambil gelas yang diletakkan Aksa dan meminum sampai tandas anggur yang ada di dalam gelas itu.
Binar melihat Bronzo tidur meringkuk di atas sofa, "hanya Bronzo, makhluk berkelamin jantan yang mencintaiku" Binar berucap lalu menuang kembali anggur ke dalam gelasnya dan meminumnya sampai habis.
Aksa mengulum bibir menahan geli mendengar ucapannya Binar, "kak, jangan minum terus nanti kakak bisa tepar"
"Aku wanita yang menyedihkan, bagaimana bisa aku begitu percaya diri menunggu seorang laki-laki yang tidak pernah menyatakan cinta ke aku, hiks hiks hiks" ucap Binar mulai menangis dan meracau karena, pikirannya sudah mulai dikuasai anggur yang dia minum.
"Kak, berhenti minum! kakak curhat aja ke saya, apa yang terjadi?" kata Aksa.
Binar menenggak satu gelas lagi anggur yang baru saja dia tuang lalu dia merangkul Aksa begitu saja, "aku belum pernah berpacaran, apa kamu mau memacariku?" Binar berucap sembari mendekatkan wajah cantiknya ke wajah tampannya Aksa. Aksa langsung mencengkeram paha kaki kanannya dengan tangan kanannya untuk menahan gairah di dalam dirinya yang tiba-tiba muncul karena, wajah cantik bosnya itu semakin mendekat ke wajahnya.
Mmuuuaah
Binar mendaratkan ciuman di bibirnya Aksa lalu berucap, "ini adalah ciuman pertama bagiku tolong kamu jaga dan kamu hargai ya!?"
Oooooo, Tuhan tolong! Aksa menjerit frustasi di dalam hatinya saat bos cantiknya menembaknya dan bahkan menciumnya. Apa yang harus aku lakukan saat ini. Batin Aksa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments
Yeni Eka
Aduh kasian Binar
2021-07-14
0
Puan Harahap
cinta pertama sulit dilupakan
🌹🌹Salam Pria Idola
Menikahi pria Urakan
Bos arrogan jatuh cinta pada mm muda🌹🌹
2021-06-06
0
Embun Kesiangan
sukaaaa...😍
cinta pertama terbakar api menjadi abu, apakah cinta pada pemuda yang baru dikenal bisa disebut pelarian?
lagi mabuk ya thor..
lanjut baca😍
2021-04-14
0