Nathan

Sayup-sayup aku mendengar pintu rumahku terbuka, dengan keadaan yang setengah tidur dan setengah bangun, aku kemudian berdiri dan melangkah ke luar dari kamarku.

Aku berjalan ke arah ruang tamu sambil mengendap-endap layaknya seorang pencuri, aku meminimalkan langkah kakiku agar tidak bersuara

Dari balik dinding pembatas ruang tamu dan kamarku, aku kemudian mengintip ke arah pintu, mencoba melihat siapa yang datang.

"Bang Reza," ucapku lirih, masih dengan bersembunyi. Aku pun kemudian kembali ke kamarku, namun sebelum aku sampai di tempat tersebut, tiba-tiba aku mendengar seperti ada barang yang terjatuh.

Aku mengurungkan niatku dan segera kembali mengintip, tapi hal yang sangat mengejutkan terjadi, di sana di lantai ruang tamu itu aku melihat Bang Reza sudah tergeletak dalam posisi tengkurap. Rasa mengantuk yang tadi menyelimutiku, kini tiba-tiba sirna setelah aku melihat kejadian itu.

Aku kemudian berlari ke arahnya, dengan pikiran dan hati yang cemas.

"Bang, Bang Reza, Bang Reza bangun, Bang!" kataku sambil menggoyang-goyangkan badannya, namun ia tak kunjung membuka matanya.

Aku kemudian mengangkat tubuh Bang Reza dan sedikit menyeretnya ke arah kursi kayu yang letaknya tidak jauh dari tempat Bang Reza pingsan.

Kusandarkan badan Bang Reza di sana, dan aku pun berlari ke arah kamarku untuk mencari sesuatu, tak lama kemudian aku pun kembali sambil membawa minyak kayu putih yang akan aku gunakan untuk mencoba membangunkan Bang Reza. Aku melangkah ke kamarku, kemudian membuka loker lemari kayu yang berada di samping kasurku dan mengambil sesuatu.

"Bang Reza, bangun!" ucapku sambil mengoleskan minyak itu di pelipis dan juga hidung Bang Reza, sambil sesekali memijat kepalanya yang kini sudah dipenuhi oleh keringat. Tangan dan tubuhnya Bang Reza juga terasa semakin dingin, lebih dingin dibandingkan sebelum aku kembali dari kamarku.

Kekhawatiran dan kepanikan semakin memuncak setelah Bang Reza tak kunjung bangun. Aku menjadi takut dan juga bingung, harus mencari bantuan ke mana, sedangkan sekarang sudah tengah malam.

Aku pun berniat ke luar dan meminta bantuan kepada Mak Inah, tetangga rumah sebelah yang sudah lama tinggal di sana. Aku membuka kunci pintu rumahku. Namun, sebelum aku melangkah dan membuka pintu, aku mendengar ponsel Bang Reza berbunyi.

"Siapa sih, malam-malam begini, enggak tahu apa keadaan lagi darurat kayak begini!" aku sedikit kesal dan kemudian mendekat lagi ke arah Bang Reza.

Aku kemudian mengambil benda yang sedari tadi terus berbunyi itu di saku jaket yang malam ini Bang Reza pakai, jaket berwarna hitam yang berukuran jumbo.

"Nathan," aku membaca nama yang tertera di layar ponsel Bang Reza,

Tanpa berpikir panjang, aku kemudian mengangkat panggilan itu, siapa tahu dia bisa membantuku dalam keadaan darurat seperti ini.

"Assalamualaikum, bisa tolong bantu kami tidak, Bang Reza saat ini pingsan dan kami tidak tahu harus meminta tolong pada siapa!" ucapku dengan cepat dan kemudian mematikan panggilan itu sebelum dia menjawab semua kata-kataku.

Setelah panggilan itu terputus, aku kemudian kembali ke Bang Reza, mencoba membangunkannya kembali dengan mengoleskan minyak kayu putih yang aku ambil dari kamarku.

Sekitar lima menit kemudian, aku mendengar seseorang mengetuk pintu, aku memintanya untuk masuk karena pintu tidak di kunci.

Seseorang berjaket merah dan bercelana hitam kemudian masuk, aku kemudian memanggilnya dan dia mendekat ke arahku dan juga Bang Reza.

"Mr. J," ketika aku menyadari jika seseorang itu adalah Mr. J. Aku kemudian berpikir, kenapa dia datang malam-malam begini. Atau, Nathan yang tadi menghubungi Bang Reza adalah Jonathan alias Mr. J. Entah, siapa pun dia yang pasti sekarang bukan waktu untuk memikirkannya karena hal yang penting adalah membawa Bang Reza ke rumah sakit terdekat.

"Ayo cepat kita bawa Reza ke rumah sakit" ucapnya setelah sampai di depanku yang masih terus mencoba membangunkan Bang Reza. Mr. J segera memapah tubuh Bang Reza dan membawanya masuk ke dalam mobil berwarna merah yang kini terparkir di depan rumahku. Aku pun mengikuti mereka.

Aku pun kemudian duduk di bangku belakang sambil terus mencoba membangunkan Bang Reza yang kini tubuhnya semakin dingin dan berkeringat.

Sepanjang perjalanan ke rumah sakit, tidak ada percakapan di antara aku dan Mr. J. Dia masih terus fokus ke kendali setirnya dan melajukan mobilnya dengan laju yang cukup cepat.

Tiga puluh menit kemudian kami sampai di sebuah rumah sakit. Rumah sakit yang cukup besar karena berada di pusat kota.

Mr. J kemudian segera memapah Bang Reza yang kemudian dibantu oleh beberapa Suster yang sudah membawa sebuah peralatan medis dan membawanya langsung ke UGD.

Mr. J dan aku tidak diperbolehkan masuk ke sana dan kami diminta untuk menunggu di luar ruangan itu.

"Terima kasih, Mr. J" aku kemudian duduk di sebuah kursi tunggu yang berjejer rapi di sepanjang ruang tersebut.

"Sama-sama, apa yang sebenarnya terjadi, kenapa Reza bisa tiba-tiba pingsan?" Mr. J ikut duduk dan kini berada di sebelahku.

Aku kemudian menceritakan kejadian yang terjadi malam ini, ia hanya diam dan mengangguk sambil terus mendengarkan ceritaku. Aku kemudian menyandarkan tubuhku di kursi besi itu, sambil sesekali menghapus keringat yang kini membasahi wajahku, akibat kepanikan dan juga kekhawatiran yang aku alami.

"Jangan menangis, Reza sudah mendapat penanganan dari Dokter" Mr. J mengucapkan hal itu sambil mengusap pucuk kepalaku, aku kemudian beralih menatapnya.

"Air mata saya sudah kering, kami berdua sudah cukup sering mengalami kesulitan seperti ini, ini bukan hal yang baru!"

Mr. J menatapku bingung, ia tidak tahu apa maksud dari kata-kataku.

"Kami berdua sudah sering mengalami kesulitan semenjak kedua orang tua kami meninggal, Bang Reza harus bekerja keras untuk kehidupan kami berdua. Aku pun harus terus menjaga jarak dari semua orang karena semenjak saat itu, Bang Reza tidak pernah mengizinkan aku berinteraksi dengan siapa pun juga!" jelasku panjang lebar pada Mr. J.

Aku sendiri juga tidak tahu, kenapa aku bercerita padanya, sedangkan aku baru saja mengenalnya. Aku selama ini tidak pernah berbicara pada orang asing, karena lagi-lagi alasan utamanya adalah Bang Reza. Dan ini pertama kalinya setelah hampir lima tahun lamanya.

"Aku tidak tahu jika selama ini Reza memiliki kisah hidup yang sulit, karena selama aku mengenalnya, aku tidak pernah mendengar ia mengeluh atau apa pun itu, dia hanya bekerja dan belajar dengan giat" Mr. J ikut menyadarkan tubuhnya di kursi itu sambil menatap langit-langit tempat tersebut.

"Sejak kapan Mr. J mengenalnya?" lanjutku

"Sudah hampir lima tahun terakhir ini, aku mengenalnya ketika dia membantuku kabur dari kejaran para penjahat yang akan menangkapku, dia membawaku kabur dengan motornya dan mengantarkan aku bersembunyi di suatu tempat dan setelahnya aku memintanya untuk bekerja di restoran milikku, karena waktu itu ia bilang jika ia sedang mencari pekerjaan." jelas Mr. J panjang lebar

"Oh, jadi Bang Reza bekerja di tempat Anda"

"Iya, dia sangat giat dan juga rajin. Kinerjanya tidak mengganggu nilai kuliahnya, aku sungguh sangat kagum"

"Dia memang pandai dalam segala hal, tapi aku tidak. Aku selama ini hanya menjadi beban hidupnya, sehingga dia harus seperti ini dan mengalami kesulitan!" ucapku sambil menghela nafas yang kasar.

.

.

.

.

Jangan lupa vote like dan komennya

🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡

Terpopuler

Comments

Nendah Wenda

Nendah Wenda

apa yang akan terjadi kalau Aulia tau penyakit reza

2023-11-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!