Jatuh hati

Aku sudah sampai di depan rumahku, aku kemudian turun dari atas motor Mr. J, setelah melepaskan helm yang aku kenakan, aku mengembalikan pada Mr. J.

"Terima kasih, Mr. J" ucapku kemudian

"Sama-sama, ini bukan sekolah, jadi kamu tidak perlu memanggil dengan nama itu, cukup panggil aku Kak Jo!" tegasnya sambil tersenyum, aku bisa melihat senyumnya dengan jelas karena dia membuka helmnya, membuatku semakin jatuh hati pada laki-laki tampan ini.

Tapi ada satu hal yang aku tidak mengerti, kita baru bertemu pagi ini, dan sekarang dia memintaku untuk memanggilnya dengan sebutan itu. Apa dia mencoba lebih akrab denganku atau memang pada dasarnya dia laki-laki yang baik.

Aku tidak tahu, yang pasti aku sekarang merasa senang, bisa melihat senyum Mr. J dari jarak yang lebih dekat lagi. Karena jujur, sejak pertama kali aku melihatnya pagi ini, aku merasa jika aku tertarik padanya.

Meski aku menyadari, jika ini buka hal yang benar.

Aku hanya mengangguk dan kemudian berlalu pergi meninggalkannya, dia pun kemudian segera pergi dan melajukan motornya entah ke mana.

Sampai di dalam rumah, aku masih saja senyum-senyum sendiri ketika mengingat senyum Mr. J, sungguh berhasil membuatku jatuh hati. Dan satu hal lagi, aku pun masih tidak mengerti kenapa Bang Reza bisa mempercayai orang lain untuk menjemputku. Padahal biasanya dia akan sangat menjaga jarak dengan orang lain, lebih-lebih jika hal itu berkaitan denganku.

Aku sudah berganti pakaian, dari yang semula pakaian sekolah kini berganti pakaian santai yang biasa aku kenakan di rumah. Kaos oblong sebatas siku dan juga celana kain sebatas lutut, warna hitam sesuai dengan warna kesukaanku.

Setelahnya aku kemudian duduk di ruang tamu sambil menikmati acara televisi yang biasa menemani kesendirianku setiap hari. Ruang tamu sederhana dengan kursi dan meja yang terbuat dari kayu, dan juga lantai keramik yang warnanya sudah kusam dan juga pudar.

Meja kecil yang sudah agak rapuh, sebagai tempat meletakkan televisi 14 inci milikku, aku menyalakannya dan kemudian memilih acara yang biasa menemaniku, acara kartun anak-anak, itulah saluran kesukaanku.

Kemudian aku segera duduk di atas kursi kayu itu sambil menikmati acara yang sedang di tayangkan.

Tak berselang lama, ponselku berbunyi. Aku pun segera meraihnya dan di sana sudah terdapat panggilan telepon dari Bang Reza.

"Iya, Bang" jawabku

"Iya, baiklah. Hati-hati ya, Bang!" lanjutku kemudian dan panggilan telepon itu terputus. Aku kemudian kembali merasa tidak bersemangat karena baru saja Bang Reza memberitahukan jika hari ini ia dapat jatah lembur dan kemungkinan akan pulang larut malam.

Kebahagiaan yang baru saja aku dapat, kini sudah berganti kesedihan. Lagi-lagi aku sendirian di rumah ini, rumah penuh kenangan dan kini menjadi tempat hunian paling menyedihkan, karena untuk yang ke sekian kalinya, aku sendiri sampai Bang Reza pulang, entah jam berapa.

Waktu berlalu begitu cepat, adzan magrib berkumandang. Bang Reza masih belum pulang. Aku yang baru selesai mandi akhirnya memutuskan untuk makan setelah melaksanakan ibadah.

"Andai saja, ada yang datang dan menemani aku makan" ucapku sambil menyeret kursi kayu itu. Baru saja aku akan mengambil piring dan juga sendok yang berjajar di atas meja itu, aku mendengar jika seseorang datang dan kini mengetuk pintu rumahku.

Aku pun beranjak, dan kemudian berjalan ke arah pintu depan. Tapi sebelum aku membuka pintu, aku terlebih dahulu mengintip dari celah jendela yang tertutup tirai.

Aku melakukannya karena aku takut jika nanti ada orang asing yang datang atau orang yang berniat jahat kepadaku.

Aku melihatnya, dan tidak aku sangka jika yang datang adalah Mr. J.

"Dia, datang ke sini, mau apa?" aku bermonolog masih di posisi mengintip. Pikiranku mulai menerawang hal yang tidak menentu. Lalu setelah aku tahu siapa yang datang, aku kemudian membukakan pintu dan tampaklah Mr. J yang sangat tampan itu.

Mr. J sore ini memakai jaket berwarna hitam, tapi bukan jaket yang tadi siang ia pakai, memakai celana panjang, topi warna putih dan juga kacamata hitam.

Benar-benar makan malam yang sangat mengenyangkan, melihat Mr. J tersenyum sudah membuatku kenyang dan tidak lagi butuh makan. Untuk beberapa saat aku mengagumi ketampanannya, namun kemudian aku segera tersadar ketika Mr. J memanggil namaku.

"Aulia, " ucapnya lagi sambil menyerahkan sebuah kantong berwarna putih, yang dari baunya saja aku sudah bisa kutebak jika isi kantong itu adalah makanan. Aku menerimanya tapi masih dengan menatap wajahnya yang sungguh tidak ada bandingannya.

"Apa aku boleh masuk?" lanjutnya lagi, dan aku pun kembali tersadar.

"Ah, i-iya, silakan" ucapku ter bata, kemudian memberi jalan pada Mr. J yang ingin masuk. Aku segera mengikutinya.

"Maaf ya, kedatanganku membuatmu terkejut" ucapnya yang kini duduk di kursi kayu yang berada di ruang tamu.

"Tidak, " jawabku singkat, entah itu jawaban yang benar atau tidak. Sampai saat ini aku masih merasa deg-degan dan juga gugup ketika melihat Mr. J

"Kenapa kamu gugup, apa kamu takut padaku, tenanglah, aku datang ke sini tidak bermaksud apa-apa, aku hanya membelikannya makanan seperti yang dikatakan oleh Reza." jelasnya panjang lebar, aku pun kemudian mengerti jika ia datang ke mari karena permintaan dari Bang Reza.

Aku hampir saja salah paham, jika dia kemari karena memang ingin bertemu dan dekat denganku. Ha, rasanya malu sekali, kenapa juga aku bisa berpikiran seperti itu.

"Ah, iya, Bang Reza. Terima kasih" jawabku lagi dan dia pun kembali tersenyum.

"Aduh, Mr. J. Jangan senyum-senyum terus, lama-lama aku bisa pingsan" batinku

"Apa kamu sudah makan?" lanjutnya dan aku pun menggeleng, ia kemudian memintaku untuk membuka plastik yang sedari tadi aku pegang.

Aku pun membukanya, dan ternyata di dalam plastik itu ada sebuah makan yang aku pun sudah bisa menebaknya.

Sate ayam, itulah makanan yang ada di dalamnya. Makanan kesukaanku dan juga kesukaan Bang Reza.

"Terima kasih" ucapku lagi

"Sama-sama!" jawabnya singkat masih dengan senyuman. Benar-benar merasa kenyang sebelum makan, sore ini aku tidak hanya disuguhi dengan sate ayam tetapi juga dengan senyum manis dari seorang guru matematika yang membuatku benar-benar merasa jatuh hati.

"Apa Kak Jo sudah makan, jika belum mari kita makan bersama. Aku tidak sanggup jika harus menghabiskan sate ini sendiri" Dan dia pun mengangguk, hal yang tidak pernah aku duga sebelumnya. Benar-benar menyenangkan.

Aku kemudian mengajaknya ke ruang makan, setelah memindahkan sate ayam itu ke dalam piring, aku kemudian mengambilkan nasi dan juga lauk itu ke atas piring Mr. J, dia duduk di kursi yang letaknya berseberangan dengan kursi yang aku duduki.

Setelahnya, aku kemudian mengambil makanan yang akan aku makan. Kami pun kemudian memulai aktivitas makan malam kami.

Dan tiba-tiba, Di sela-sela aktivitas makan, Mr. J berpindah tempat duduk dari yang semula berada di seberang, kini berada tepat di sampingku.

"Makan yang banyak ya," ucapnya sambil mengusap pucuk kepalaku.

Aku yang menerima perlakuan itu, sontak menghentikan aktivitasku dan kemudian melihat ke arahnya. Dia pun tersenyum, dan aku membalasnya. Malam ini benar-benar malam yang membahagiakan, kesedihanku karena Bang Reza kini sudah berganti dengan kedatangan dari Mr. J

Sial, kenapa jantungku berdetak tidak karuan seperti ini. Lama-lama aku bisa benar-benar pingsan jika dia memperlakukan aku sepeti ini.

.

.

.

jangan lupa vote like dan komennya

🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡

Terpopuler

Comments

Nendah Wenda

Nendah Wenda

jadi penasaran Sama Mr j ko bisa begitu

2023-11-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!