Aku sudah sampai di dalam kelasku, kelas paling rusuh dan paling susah dikendalikan ( versi para guru dan juga murid-murid lain). Kelas bercat hijau serta dipenuhi dengan gambar-gambar yang merupakan karya dari semua siswa siswi di kelas ini.
Hampir tujuh puluh persen penghuni kelas ini adalah mereka yang selalu datang terlambat, tidak berpakaian rapi, tidak mengerjakan tugas dan juga banyak yang melanggar aturan
Aku juga tidak mengerti kenapa harus berakhir di sini. Padahal aku sendiri tidak pernah melanggar aturan atau pun terlambat datang ke sekolah.
Entah, aku membiarkan semuanya berjalan seperti yang seharusnya. Yang terpenting aku sekarang merasa nyaman dan juga tidak terancam meski kelas ini disebut kelas angker.
Meski kelas ini kelas angker dan juga rusuh, tapi kondisi kelasku tidak mencerminkan seperti yang menempati. Kelasku masih tertata rapi dan juga terlihat bersih seperti kelas-kelas yang lain.
Aku duduk di bangku urutan nomor dua dari depan, aku sengaja duduk di sana karena jika aku duduk di barisan paling depan maka mereka semua akan mengatakan jika aku adalah patung selamat datang dan jika aku duduk di barisan paling belakang maka aku tidak akan pernah bisa mendengar penjelasan dari pelajaran yang Bapak Ibu Guru ajarkan, karena mereka semua akan secara otomatis berbicara dan terus berbincang sesuka hati mereka seolah tidak ada Guru yang mengajar.
Aku pun hanya duduk sendiri dan tidak ingin berdampingan dengan siapa pun. Aku melakukan itu semua karena aku tidak ingin mengulang perselisihan yang terjadi beberapa minggu yang lalu.
Tragis bukan, di rumah aku sangat terkekang dengan Bang Reza, dan di sekolah aku sangat tidak bisa berkonsentrasi karena ulah dari teman-temanku.
Seorang laki-laki paruh baya, berkumis tebal dan berkepala botak baru saja masuk ke dalam kelasku. Secara spontan mereka semua tertawa dan yang di ditertawakan pun hanya diam karena sudah sangat paham dengan kondisi seperti ini.
Laki-laki itu adalah Mr. Emmanuel. Kepala sekolah SMA Dirgahayu tempatku belajar saat ini. Ia kemudian mengumumkan jika mulai hari ini akan ada Guru pengganti yang akan menggantikan Mr. Doris, Guru matematika yang menderita tekanan darah tinggi sehabis mengajar di kelasku.
Mr. Emmanuel kemudian mempersilakan masuk seorang laki-laki yang masih terlihat muda, mungkin usianya sama seperti Bang Reza. Laki-laki itu bertubuh tinggi, berkulit putih dan juga berambut lurus yang kini di cukur rapi dan membuatnya terlihat sangat menawan.
Kami semua akhirnya diam dan menatap ke arah Guru baru kami, ini merupakan hal langka yang pernah terjadi selama dua tahun ini. Tidak biasanya teman-temanku akan langsung fokus pada hal baru sepeti apa yang mereka lakukan saat ini. Memang tidak dipungkiri jika pesona Guru barunya mampu meluluhkan siapa pun yang menatapnya, termasuk diriku.
"Selamat pagi semuanya. Perkenalkan nama saya Jonathan Wibisono, kalian bisa memanggil saya Mr. J" terangnya kemudian dan kami semua hanya diam tanpa menjawab karena sejak tadi sudah terbius oleh pesonanya yang sangat menawan itu.
Setelah memperkenalkan diri, kemudian Mr. J pun duduk di kursinya dan Mr. Emmanuel pun pergi dari kelasku dan menyerahkan semuanya pada Mr. J.
Mr. J kemudian memulai pelajaran matematika dan kami pun sekali lagi terdiam dan memperhatikannya. Sungguh sangat tidak biasa, bukan.
Dua jam berlalu, Mr. J menyudahi pelajarannya dan mereka semua segera menghambur ke luar kelas karena sudah merasa lapar. Aku masih setia duduk di depan mejaku, belum ada keinginan untuk mengikuti mereka semua pergi.
"Kamu, Aulia" Mr. J mendekat ke arahku. Aku pun terkejut dan menatap ke arah laki-laki tampan yang sudah berhasil membius kami semua pagi ini.
"I-iya, kenapa, Mr. J?" tanyaku kemudian dengan nada sedikit tergagap karena di dekati oleh Mr. J. Dia begitu dekat kepadaku sampai-sampai aku bisa mencium aroma parfumnya yang begitu menenangkan itu
"Kamu adiknya Reza, bukan?" aku pun mengangguk
"Nanti Kamu pulang bareng saya ya, tidak perlu menunggu Reza karena Reza sudah memintaku untuk mengantarkanmu pulang!" jelasnya kemudian pergi sebelum aku bertanya lebih lanjut lagi.
Aku kemudian mencari ponselku dan berniat menghubungi Bang Reza, mencoba mencari kejelasan dengan apa yang baru saja dikatakan oleh Mr. J.
Belum lagi aku menghubunginya, aku sudah mendapat pesan dari Bang Reza yang mengatakan jika hari ini dia tidak bisa menjemputku dan sudah meminta temannya untuk mengantarkan aku pulang.
Agak mengejutkan memang, ini pertama kali dalam lima tahun terakhir dalam hidupku. Bang Reza yang begitu melindungiku tiba-tiba menyerahkan kewajibannya pada orang lain.
Aku kemudian membalas pesannya dan juga bertanya apa maksudnya, tapi sampai sepuluh menit berlalu tidak ada balasan dari Bang Reza, bahkan kesanku tidak ia baca sama sekali.
Aku mengerti, mungkin Bang Reza sedang ada kelas dan mematikan ponselnya. Aku kemudian melangkah ke luar kelas untuk pergi ke kantin, membeli makan siangku.
"Aulia," Aku berhenti ketika seseorang memanggil namaku, seseorang yang tidak lain adalah Syafa, dia adalah temanku sejak TK sebenarnya. kami bersahabat baik selama ini, tapi setelah ke dua orang tuaku meninggal dan Bang Reza selalu mengawasiku maka persahabatan kami renggang dan kami sedikit menjauh. Itu semua kami lakukan agar Bang Reza tidak melakukan hal yang buruk.
Gadis berkulit sawo matang, berambut hitam sebahu, dan bertubuh kecil itu kemudian berjalan mendekat ke arahku yang kini masih berdiri di ambang pintu kelasku.
"Ayo," lanjutnya sambil menggandeng lenganku dan mengajakku masuk kembali ke dalam kelas. Aku pun menuruti dan kemudian mengikutinya duduk di bangku milikku.
"Kenapa, Fa?" tanyaku kemudian. Syafa lalu membuka kantong plastik yang sejak tadi ia bawa. Ia mengeluarkan dua bungkus roti kacang hijau dan juga dua botol jus jambu. Aku merasa terkejut dengan apa yang aku lihat.
Sudah lama sekali aku dan Syafa tidak memakan makanan favorit kita berdua. Ya, karena kalian semua pasti tahu apa sebabnya.
"Ayo kita makan, sebelum jam istirahat selesai." ucapnya sambil menyodorkan makanan itu ke arahku, lalu ia pun membuka bungkus roti itu dan mulai memakannya.
Ada perasaan haru dan juga bahagia, sudah lama sekali aku tidak melakukan hal ini. Hal yang paling membahagiakan dan juga paling menyenangkan. Makan bersama dengan Sahabat terbaik yang pernah kamu miliki.
"Terima kasih, Fa. Aku tidak akan pernah melupakan ini semua, dan aku juga minta maaf atas Nama Bang Reza karena sering mengintimidasimu" aku tertunduk sambil memegang roti kacang hijau itu.
Syafa mengerti jika aku sedang tidak baik-baik saja, dia mencoba menenangkanku dan itu selalu berhasil.
"Sama-sama, Aulia. Kamu tidak perlu minta maaf, aku tahu Bang Reza melakukan itu semua karena Bang Reza sangat menyayangimu" lanjut Syafa
"Iya, Fa. Apa kita masih bisa berteman seperti dahulu?"
"Tentu saja, kita akan jadi teman selamanya" Syafa menggenggam tanganku dan aku pun membalasnya.
.
.
.
.
Jangan lupa vote like dan komennya
🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡🧡
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 44 Episodes
Comments
Nendah Wenda
jadi curiga apa Mr j di jodohin sama Reza ke adiknya
2023-11-23
0