Diana menatap wajah ayahnya dengan serius, akankah ayahnya tega mengorbankan hidup Diana begitu saja. Ayahnya yang tak kuasa mendengar keputusan dari Tuan Pradipta hanya bisa tertunduk lemah, Diana terus menatapnya, Diana sungguh tidak tega melihat ayahnya seperti itu. Kemudian, Ia menuntun sang ayah untuk duduk terlebih dahulu di atas sofa yang berada di dalam ruang rawat Nameera.
Diana mencoba menenangkan sang ayah,agar terus tetap tenang menghadapi situasi saat ini. Mengingat ayahnya yang sudah berumur, Diana tidak ingin terjadi hal yang tidak-tidak kepada sang ayah. Diana mengusap kasar air mata yang membasahi pipinya, Ia tidak boleh terlihat lemah.
“Ayah, aku ambilkan segelas air minum untukmu. Agar kau merasa sedikit tenang, ” Ucap Diana, ayahnya hanya mengangguk pelan.
Diana mendekati ranjang Nameera, di sampingnya ada sebuah meja yang terdapat air minum, Diana hendak mengambil air minum itu untuk Ia berikan kepada sang ayah. Diana melihat ibu tirinya yang masih menangis dengan histeris, Ia memeluk erat putrinya yang masih terkulai lemas di atas kasur.
Tiba-tiba ibu tirinya itu memandang tajam Diana, kemudian menghampirinya. Menarik tanganya dengan kuat, kemudian menghempaskan gelas yang ada dalam genggaman Diana begitu saja. PRANK!!! Suaranya terdengar begitu nyaring, membuat Alex dan Tuan Wijaya terkejut dan langsung melihat ke arahnya.
PLAK!!!!
Sebuah tamparan keras yang mendarat di pipi Diana yang di layangkan oleh ibu tirinya, Ia menatap wajah Diana dengan tatapan marah sekaligus jijik. Diana yang meringis kesakitan hanya bisa menitikan air matanya, salah apa dirinya hingga di perlakukan seperti ini. Bukan keinginanya sendiri untuk ikut terlibat ke dalam masalah ini. Kenapa Ia yang harus menanggungnya, salah siapa ini? Diana bahkan tidak pernah ikut campur mengenai hubungan Alex dan Nameera. Tapi kenapa, Ia yang harus di korbankan. Ini tidak adil untuknya sangat tidak adil.
Tuan Wijaya yang masih dalam suasana hati gundah semakin tercengang melihat istrinya memperlakukan putrinya seperti itu. Sesaat setelah melihat perlakuan tidak adil istrinya kepada putri keduanya, Ia pun langsung beranjak dan mendekati Diana yang tampak sedang memegangi pipinya yang terlihat merah karena tamparan tersebut. Sedangkan, Alex sama sekali tidak peduli mengenai masalah keluarga mereka walaupun itu semua menyangkut dirinya Ia sama sekali tidak menghiraukanya. Pikirannya hanya tertuju pada masalah yang sedang Ia hadapi saat ini dan menangani wanita yang sedang terkulai lemas di hadapanya ketika Ia terbangun nanti.
"Dasar anak pembawa sial! Kau berniat merebut calon suami kakakmu sendiri! Tidak tahu malu! Kau sama seperti ibumu! perebut suami orang! Pergi saja kau ke neraka bersama dengan ibumu yang hina!" umpatnya melampiaskan semua amarah dan kekesalanya kepada Diana.
"Tidak, tolong jangan menghina ibuku. " Ucap Diana sambil terus menitikan air matanya, menatap sendu sang ibu tiri yang terus menghina dirinya dengan kata-kata kasar. Yang semakin membuat Diana bersedih adalah, kenapa ibu tirinya itu tega menyangkut pautkan ibunya yang sudah meninggal. Ibunya yang sudah pergi dengan tenang.
"Jangan menghina ibumu kau bilang? Tanpa di hina sekali pun ibumu tetap orang yang hina! Dulu ibunya menghancurkan keluarga ku, dan sekarang anaknya ingin merebut kebahagiaan putriku! Kau terlalu berharap berlebihan! Cepat pergi dari hadapanku! " teriaknya dengan penuh amarah.
“Cukup! Jangan buat keributan lagi di sini. Apa kau tidak malu berteriak seperti itu? Suaramu akan terdengar oleh orang lain! Cukup! Jangan menambah masalah untukku lagi! Sudah cukup rumit semuanya, kau jangan menambah rumit semua itu! ” jelas Tuan Wijaya, menunjuk kecewa ke arah sang istri.
Sedangkan, Diana pergi berlari meninggalkan ruangan itu dengan terus menangis. Ia berlari melewati lorong-lorong rumah sakit yang tampak sepi, hanya terdapat beberapa perawat yang terlihat berlalu lalang. Diana sampai pada sebuah tempat sepi, entah dimana Ia tidak terlalu memperhatikanya. Saat ini Ia hanya ingin sendiri, menangis tanpa satu pun orang mengetahuinya.
Bagaimana bisa? Bagaimana bisa aku yang harus di salahkan atas semua ini? Bahkan aku tidak pernah membayangkan apalagi berkeinginan untuk merebut kekasih kakak. Ibu lihatlah, anakmu ini begitu lemah. Begitu tidak berguna. Akankah kehidupanku berbeda jika saja ibu masih berada di sini bersamaku. Bu apakah sehina itu menjadi putri dari istri kedua? Akankah kehidupanku berbeda jika aku bukan putri dari istri kedua? Bagaimana dengan ayah bu? apakah ayah juga salah sama seperti ku? Aku sungguh tidak tega melihat keadaanya, bagaimana bu? Aku harus bagaimana?
Suara langkah kaki terdengar samar, kemudian suaranya terdengar semakin mendekat ke arah Diana, Diana pun langsung menghapus air mata yang membasahi pipinya dengan cepat.
"Ayah tahu kamu tidak akan setuju, tapi apakah kamu mau melihat keluarga kita hancur? dan ayah masuk ke dalam penjara karena masalah ini? " ucapnya lirih, Diana tidak berani menatap wajah ayahnya.
"Untuk sekali ini saja ayah mohon padamu Diana,tolong setujulah menikah dengan Alex." Sambungnya sembari menatap Diana dengan sendu,
"Tidak ayah, Diana tidak mau. Tolong jangan paksa Diana. Diana tidak mau merebut calon suami kakak, Diana bukan orang jahat ayah. " Ucapnya dengan terus menangis dan memohon sambil memegang lengan ayahnya erat.
Ayahnya terdiam kaku melihat putri nya menangis memohon agar Ia tidak menyetujui pernikahaan ini, Ia tidak berdaya sama sekali dengan keadaan saat ini. Ini memang tidak adil untuk Diana ataupun Nameera, tidak terasa air mata nya menetes begitu saja. Sebagai seorang ayahnya yang tidak berguna, Ia bahkan tidak bisa melindungi kedua putrinya.
"Maafkan ayah yang tidak berguna, tidak bisa melindungi putrinya dengan baik. Ayah bahkan merasa malu pada ibumu, Maafkan Ayah Putriku. Ayah akan menanggung semuanya, maafkan ayah yang selalu membebankanmu selama ini. Sudah cukup kau berkorban untuk hidup Nameera, tidak usah kau berkorban juga untuk Ayah. " Hatinya seperti teriris dengan pisau perih pedih itu semua yang dirasakanya saat ini,keduanya adalah putrinya Ia tidak bisa melihat kehidupan kedua putrinya itu hancur.
Satu kesalahan saja akan berdampak sangat fatal. Seharusnya Ia tidak pernah menutupi semua ini dari Tuan Pradipta, Ia terlalu mencintai putrinya sehingga apapun akan Ia lakukan untuk kebahagiaanya. Tapi siapa yang akan menduga semua itu berujung dengan penyesalan yang sangat mendalam.
Diana tampak terdiam, Ia juga bingung dengan keadaan saat ini. Ia tentu tidak ingin melihat ayahnya hancur, Diana sangat menghormati dan menyayangi ayahnya. Diana sungguh bingung, hatinya terasa sangat sakit nafasnya juga terasa sesak. Ia tidak mau menjadi penghancur kebahagian kakaknya. Apa jadinya nanti jika hal itu sampai terjadi, ibu dan kakak tirinya sudah menbencinya. Hal itu juga akan membuat mereka semakin membencinya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Sulati Cus
nyesek km benar aja dianggap salah apalagi jika km salah bisa habis...
2022-03-13
0
Icha Fadichah
semoga cpt dilanjutkan..
2020-08-24
0
Harfina Bangun
ok.sampe di sini ceritanya...
2020-07-20
0