...Innaa lillaahi wa innaa ilayhi raaji’un...
...yang artinya...
...Sesungguhnya kami ini adalah milik Allah,dan sungguh kami akan kembali kepada-Nya...
...“Indeed we belong to Allah and indeed it is to Him we are to return.”...
Happy Reading
❤️❤️❤️❤️
Bendera kuning berkibar, dan ada begitu banyak orang dihalaman itu. Bahkan sangat banyak, dan orang-orang sebagian ada yang mengenakan baju hitam dengan raut wajah mereka yang begitu menggambarkan kesedihan.
Khansa langsung berhambur, berlari menuju ke rumah.
Khansa seolah tak peduli dengan beberapa pasang mata yang memandangnya dengan tatapan begitu membunuh.
Deg!
Jantung Khansa terasa berhenti berdetak.
Sungguh ia merasa jika akan pingsan saat itu juga.
Tubuhnya lunglai seakan tak bertulang seketika, Bude Aminah menghampiri Khansa. Meremas sedikit pundak Khansa, lalu memeluknya.
"Ikhlaskan Abah dan Umi, sekarang Abah dan Umi sudah tidak merasakan sakit didunia ini."
Sontak Khansa lemah dan terjatuh.
Namun Bude Aminah dan pelayat perempuan yang berada disana langsung memegang tubuh Khansa.
Dengan lembut Bude Aminah memasang jilbab di kepala Khansa yang sedari tadi polos rambut berurai.
Tatapan kosong dapat terlihat jelas oleh semua orang yang hadir. Waktu demi waktu berlalu, rumah itu semakin ramai oleh para pelayat.
Bahkan kyai dan ustad dari wilayah lain juga berdatangan untuk memberi penghormatan terakhir kepada Abah dan Umi.
Orang-orang menatap sedih Khansa yang duduk tanpa tenaga di bagian sisi kepala dua sosok Jenazah yang lebih terlihat seperti orang yang sedang tertidur. Terlihat Abah dan Umi tersenyum walaupun matanya tertutup.
Ia terus menatap tubuh 2 jenazah yang seputih kapas itu, tertututp kain serba putih serta wajah
yang berseri.
Abah dan Umi hanya sedang tidurkan?
Ayo bangun Abah, Umi!
Khansa tidak akan nakal lagi.
Khansa tidak akan membuat Abah marah lagi.
Khansa janji, Khansa Janji!
Khansa akan menurut dengan semua perintah Abah dan Umi.
Khansa tidak akan pernah membangkang, Khansa akan jadi putri yang penurut.
Khansa tidak akan menunda-nunda waktu shalat. Khansa janji!
Hu...Hu... Sesekali Khansa mengusap derai air mata yang membasahi pipinya itu.
Khansa berjanji akan belajar ilmu agama dengan baik, tapi Abah dan Umi harus bangun dulu.
Ayo bangun Abah, Umi dengarkan perintah Khansa.
Maafkan Khansa...
Khansa berjanji akan menjadi putri yang baik melebihi Aisyah.
Semua pelayat yang mendengar itu merasa semakin teriris hatinya.
Luka duka begitu mendalam, semuanya kehilangan sosok yang sangat berpengaruh di kota ini. Sangat jelas jika mereka semua dapat merasakan kehancurannya yang begitu mendalam.
Manik berwarna hitam kecoklatan milik Khansa yang berkilau itu, mengeluarkan air mata tanpa bisa di bendung lagi.
Bahkan Khansa terus berderai air mata, walau ia tidak mengeluarkan suara sedikitpun.
Seolah mengisyaratkan rasa sakit yang begitu pilu bagi siapa saja yang melihatnya.
"Tenang dan ikhlaskan Abah dan Umi, Khansa." Bude Aminah dengan lembut berusaha menguatkan Khansa, Bude Aminah dilanda kebingungan yang amat dahsyat. Ia bingung bagaimana cara menyampaikan kepada Khansa bahwa sampai saat ini Aisyah belum di temukan jasadnya di lokasi kejadian.
Setelah selesai dengan semua proses persiapan pemakaman, kedua jenazah dibawa ke Masjid yang pondok pesantren Darul Ulum punya.
Bertepatan dengan hari Jum'at, para jamaah melakukan ibadah shalat Jum'at sekaligus shalat Jenazah.
Khansa dan seluruh keluarganya lain mengantar kedua jenazah untuk beristirahat dengan tenang dan damai di pembaringan terakhirnya.
Melangkah dengan kaki terseok-seok di pelukan Bude Aminah, Khansa terus mencoba berjalan mengikuti keranda kedua orang tuanya, menuju pemakaman khusus untuk para ulama yang berjuang di jalan Allah.
Para petugas pemakaman langsung mengebumikan Jenazah Abah dan Umi dengan iringan lantunan do'a. Khansa juga melantunkan do'a didalam hati agar Abah dan Umi bisa mendapat jalan yang mudah tanpa hambatan, untuk menghadap Allah.
Setelah semuanya selesai berjalan dengan lancar, satu per satu pelayat meninggalkan pemakaman, kini hanya Khansa yang masih bersimpuh disana.
Cuaca yang menjadi mendung, dan rintik-rintik hujan mulai berjatuhan tak membuat Khansa segera beranjak dari makan Abah dan Umi.
Bude Aminah dan pak Ahmad yang tahu dengan kondisi Khansa begitu kehilangan, memutuskan untuk menantinya.
Dada yang terasa begitu sesak, seolah menyisakan Khansa yang terisak dan meraung dengan memeluk gundukan tanah yang dipenuhi oleh bunga segar itu.
Kelahiran dan kematian adalah milik Allah, tidak peduli kita itu tua atau masih muda, tak peduli kita miskin atau kaya, tak peduli kita jahat atau baik, jika janjinya sudah tiba maka tidak ada jalan untuk menolak ketetapannya. Kita semua tanpa sadar hanya sedang mengantri urutan untuk dipanggil sang khalik.
Abah Umi, kalian jahat.
Kenapa kalian meninggalkan Khansa begitu saja.
Khansa akan berjanji, Khansa akan menjadi baik seperti Aisyah.
Guyuran air hujan tak menyurutkan Khansa untuk tetap bersimpuh disana.
Sementara Pak Ahmad menerima telepon dari Ramadhan bahwa Aisyah sudah di temukan. Sekarang Aisyah sedang menjalani perawatan intensif di Rumah sakit Bali Mandara.
"Nak Khansa, ayo bangunlah. Kita harus melihat Aisyah di rumah sakit. Baru saja Ramadhan memberitahu pak De. Jika Aisyah sudah ditemukan.
Deg!
Jantung Khansa hampir berhenti berdetak, ia baru sadar jika ia tak melihat Aisyah sedari tadi.
Khansa berlari sekencang mungkin menuju pondok untuk meraih mobilnya.
Setidaknya kesalahannya kepada Abah dan Umi takkan bisa ia balas. Tapi kesalahannya kepada Aisyah? Khansa masih punya waktu dan kesempatan untuk membayarnya.
Saat Khansa hendak meraih gagang pintu mobilnya, tangannya di hentikan oleh sosok Reza.
"Pergilah untuk berganti baju dulu, aku tidak mau kamu sakit. Jika kamu sakit, siapa yang akan menguatkan Aisyah?
Aku akan mengantarmu, kemanapun kamu akan pergi."
"Tidak! Aku harus segera kesana!" Rintiknya hujan menyamarkan air mata Khansa yang terus jatuh.
"Jangan keras kepala Khansa! Sekarang kamu tidak punya hak untuk itu."
JEDER!
Bak sambaran kilat, kata-kata Reza begitu menusuk relung hatinya.
Akhirnya Khansa mengalah, mengganti baju secepat yang ia bisa, lalu berlari ke arah Reza yang sedari tadi menunggu ia di mobilnya.
Segala puji bagi Allah Subhanallahu wa ta’ala, kepada-Nya kita memuji, memohon pertolongan dan ampunan. Kita berlindung kepada Allah dari kejelekan jiwa dan keburukan amal perbuatan.
Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah semata yang tidak memiliki sekutu, dan Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.
Kematian adalah takdir seluruh makhluk.
Seperti dalam firman Allah Ta’ala berikut ini (yang artinya),
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Dan sesungguhnya pada hari kiamat sajalah disempurnakan pahalamu. Barangsiapa dijauhkan dari neraka dan dimasukkan ke dalam surga, maka sungguh ia telah beruntung. Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.”
(QS. Ali Imran : 185).
...Cerbung....
...Hai semuanya!...
...Salam hangat dari penulis recehan, alias remahan rengginang yang masih gurih untuk jadi cemilan....
...Tolong tinggalkan jejak kalian disini ya, klik Like, comment dan Votenya. Mmm- Hadiahnya juga boleh kali ya....
...Jika berkenan jangan lupa untuk mampir juga di karyaku yang lainnya yang tak kalah serunya ya....
↘️↘️↘️↘️↘️↘️↘️
...~Terjebak Pernikahan Mr Bule Di Bali...
...~Siapakah Jodohku?...
...~Obsesi Tingkat Tinggi...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
SyaSyi
like
2021-10-06
0
selena emeshhh
pacar putus ada gantinya
suami pergi ada gantinya
orang tua meninggal dunia tdk ada gantinya
yg masih punya orang tua monggo lebih berbakti lagi 😭
2021-05-15
0
Muhammad Wali
tetesan demi tetesan air mata ini mulai jatuh membasahi pipi ini
2021-05-09
0