" Dasar kurang kerjaan, salah siapa nggak mau sebut nama, maka rasakan akibatnya",
Hani berjalan pelan agar langkahnya tidak terdengar oleh laki-laki itu, saat sudah dekat Hani memukul tubuh laki-laki itu dengan payung miliknya begitu keras .
Hani menoleh dan melihat sosok yang dikenalnya, wajahnya tampak jelas saat terkena sorot lampu dari kendaraan yang lewat. Hani memutuskan untuk menghentikan pukulannya.
" Kak Geri ?!", Hani begitu terkejut saat dia sudah berada di dekat laki-laki itu yang ternyata adalah Geri.
" Maaf Kak, Hani tidak tahu kalau ini kakak, lagian nggak mau sebut nama dan ngumpet di balik pohon kaya orang jahat, jadi Hani pakai payung ini buat jaga-jaga", ucap Hani, padahal hatinya bahagia sudah memberi pelajaran pada Geri.
" Rasain aku pukuli pakai payung, seharusnya tadi lebih keras biar memar-memar itu badan", batin Hani.
" Ada apa malam-malam begini datang kemari?", tanya Hani basa-basi, padahal dalam pikirannya menyangka jika Geri datang karena akan bertemu dengan Riri, pacarnya.
" Aku ke sini untuk mencarimu Han", ucap Geri sambil menatap Hani lekat.
" Ini kan sudah malam Kak, jika ada yang perlu di bicarakan besok saja", ucap Hani seraya pergi meninggalkan Geri merasa malas melihat wajahnya.
" Aku kesini karena tadi aku menelponmu tapi tidak kamu angkat?", ucap Geri.
" Kenapa tidak kau angkat Han?, biasanya kamu cepet banget ngangkat telepon dariku.
" Oh iya, aku tadi sedang sholat waktu kakak telepon, terus habis sholat disuruh ke rumah pemilik kos, jadi lupa nggak telpon balik", Hani beralasan, padahal memang dia sengaja tidak mengangkat telpon darinya.
Tiba-tiba Geri menarik tangan Hani dengan cepat, membuat Hani kaget,
" aku harus memberitahumu sesuatu yang cukup penting", Geri berkata dengan nada serius dan ekspresi memohon.
" Baik ngomong saja sekarang, akan aku dengarkan", jawab Hani sambil menarik tangannya, sebenarnya Hani merasa sangat malas.
" Naiklah ke motorku, aku ajak kau ngobrol di tempat yang lebih nyaman, please sebentar saja", Geri memohon.
Hani akhirnya membonceng motor Geri, tapi dia duduk sengaja agak jauh, biar mereka berdua tidak bersentuhan. Meski sebelumnya Hani naksir sama Geri, tapi Hani paling anti untuk menyukai pria yang sudah menjadi kekasih orang lain, Hani tidak ingin menyakiti hati perempuan yang menjadi kekasih pria itu.
Saat tadi Hani menangis sejadi-jadinya di kamar mandi, Hani juga sudah bertekad untuk melupakan Geri, Hani harus segera move on dari laki-laki yang sudah memberi harapan palsu padanya.
Tidak jauh Geri melajukan motornya, dia membelokan motor ke area lapangan dekat dengan tempat mereka bekerja. Geri mematikan mesin motor dan turun dari motornya, mereka duduk diatas rumput lapangan beralas sandal yang mereka kenakan.
" Apa ini devinisi ' tempat yang lebih nyaman ', menurutnya, di tengah lapangan dan duduk di atas rumput, benar-benar orang yang aneh", cibir Hani dalam hatinya.
" Langsung pada intinya saja", ucap Hani to the point.
" Kenapa kamu berubah menjadi sangat dingin padaku?, apa karena tadi sore kamu melihatku memboncengkan Riri sampai ke kost kalian?" , tanya Geri menyelidik.
" Kalau iya kenapa?, lagian aku nggak mau dekat dengan pria yang sudah mempunyai kekasih, takut dikira perempuan penggoda", ucap Hani tegas.
" Kekasih apa maksud kamu Han, aku tidak mencintai Riri, dulu aku membuat taruhan dengan teman-temanku saat masih kuliah, mereka memintaku untuk menyatakan cinta sama Riri dan aku melakukannya. Dulu dia pergi begitu saja setelah aku mengatakan ingin jadi pacarnya, kukira dia sudah melupakan kejadian itu, hingga tadi siang tiba-tiba dia menemuiku dan menanyakan hal yang sudah sangat lama itu", Geri mencoba menjelaskan.
" Buat apa kamu ceritakan itu semua padaku?, kita kan hanya rekan kerja", ucap Hani mengingatkan.
" Karena aku tidak mau kamu salah paham Han, aku menyukaimu".
Duar......
Hani menahan emosi dalam dirinya yang semakin memuncak mendengar pengakuan Geri tentang perasaannya terhadap Hani,
" Bagaimana bisa dia menyatakan cinta pada dua orang gadis sekaligus dalam waktu sehari" batin Hani benar-benar merasa emosi.
" Untung saja aku melihat kejadian tadi sore saat dia dan Riri saling melahap b*bir satu sama lain, kalau tidak pasti aku sudah masuk ke lubang buaya kemakan kata-kata manisnya", ucap Hani dalam hati.
" Kenapa kamu terus diam Han?", tanya Geri membuyarkan lamunan Hani.
" Oh iya, oke kalau kau menyukaiku, apa jika aku bilang aku juga mencintaimu setelah itu berarti kita pacaran?", tanya Hani mulai menjalankan rencana yang tiba-tiba muncul di otaknya.
" Sungguh ?, apa kau juga menyukaiku?, jika iya malam ini juga kita resmi jadian", Geri tersenyum lebar mendengar pernyataan Hani.
" Dasar laki-laki buaya darat, awas saja aku kerjain kamu, bodohnya aku bisa menyukai laki-laki macam kadal buntung seperti ini! ", geram Hani dalam hatinya.
" Jadi sebutan apa yang cocok buat laki-laki br*ngs*k macam ini, kadal buntung atau buaya darat?", batin Hani.
" Oke kita jadian, sekarang antarkan aku pulang ke kost-kostan", ucap Hani sengaja meminta Geri untuk mengantarkannya, biar Riri melihat seperti apa kelakuan pacarnya itu.
" Baiklah, kita pulang ke kost-kostan kamu, aku antar, tapi sampai depan saja ya, sudah malam nggak enak kalau aku mampir", Geri mulai beralasan.
Hani mengangguk setuju, padahal dia mengirim pesan pada Riri agar segera keluar dari kamarnya, karena ada Geri di luar, dan meminta ketemuan.
Awalnya Riri bingung karena Hani yang menyuruhnya, kenapa tidak Geri yang langsung mengirim pesan agar dia keluar dari kamar. Tapi Riri tetap keluar dan menunggu di teras.
Hani sampai di depan kost-kostan melihat Riri tengah duduk menunggu, Hani langsung memanggil Riri dengan suara kencang.
" Ri, sini buruan !", teriak Hani.
Riri melihat Hani turun dari boncengan motor Geri, dan melambaikan tangan padanya. Riri menghampiri mereka berdua dengan ekspresi wajah kesal.
Geri kaget ketika ternyata Hani memanggil Riri yang sedang duduk di depan teras kost- kostan.
" Ger, kok Hani turun dari motor kamu?", tanya Riri curiga.
" Eh iya tadi nggak sengaja ketemu di jalan", jawab Geri sambil meringis ke arah Hani.
" Dia tadi kesini nungguin kamu disini Ri, terus manggil-manggil pas aku keluar dari rumah nenek Sarmi. Jadi aku menghampirinya, dan aku kirim pesan deh sama kamu", Hani mencoba menjelaskan.
" Jadi Hani yang menyuruh Riri keluar, apa maksudnya?", batin Geri.
" Owh gitu Han, makasih ya, Han kamu orang pertama yang mau aku kasih tau, kalau aku dan Geri tadi baru saja jadian", ucap Riri sumringah.
" Wah benarkah?, sama dong kalau begitu!", seru Hani sambil melirik ke arah Geri yang sudah ber ekspresi tidak menentu dan wajahnya berubah pucat pasi.
" Sama gimana maksudnya?", tanya Riri penasaran.
" Aku juga baru saja jadian sama cowok yang menyukaiku, dan aku juga dulu sempat menyukainya" ucap Hani menyindir.
" Benarkah?, wah siapa cowok itu?, seharusnya kita rayakan bersama-sama karena hari jadian kita sama", usul Riri bersemangat.
" Tentu saja aku setuju, nanti aku tanyakan dulu sama pacarku, dia mau apa nggak merayakan sama kalian, tapi sepertinya pacarku nggak mau deh, soalnya dia itu nggak bisa membelah diri seperti amoeba " , sindir Hani sambil melirik Geri.
" Ya sudah aku masuk kedalam kamar dulu ya, oh iya aku kasih saran sama kalian, kalau mau pacaran dan bermesraan itu jangan di pinggir jalan, biar nggak ada orang yang lihat", sindir Hani ketus sambil berlalu menuju kamarnya.
Hani langsung menelepon nomer Geri saat sedang berjalan menjauhi mereka, Geri gelagapan mendapat telepon dari Hani.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Shinta Mustopa
cakeeeep cara elegan ngadepin buaya kampret g perlu pake otot apalagi pake emosi cukup pake otak aja ya Han
2021-10-20
1
Ida Firdaus
menarik
2021-07-22
1