Nenek Sarmi berjalan melewati Riri dan Geri saat mereka turun dari motornya, kemudian menatap mereka berdua tajam, Nenek Sarmi lewat begitu saja tanpa menyapa Riri, Nenek Sarmi langsung masuk ke dalam rumahnya melewati pintu samping, samar-samar mendengar suara Riri yang tengah menyuruh Geri untuk mampir.
Geri mengiyakan mengikuti langkah Riri berjalan menuju teras kost Kencana, tapi tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat Hani berdiri di pintu masuk kamar kost. Mereka saling menatap sekilas, kemudian Hani membuang pandangannya ke sembarang arah.
" Kenapa masih berdiri disitu?, ayo sini duduk dulu, aku ambilkan handuk buat mengeringkan badan kamu ya?", ucap Riri menyuruh Geri untuk duduk di kursi kayu yang berada di teras kos.
Geri tersentak mendengar suara Riri, kemudian tatapannya berpindah pada Riri yang tengah bertanya padanya.
Hani pun membalikkan badan dan masuk ke dalam kamarnya, kamar Hani terletak paling pinggir, di dekat pintu masuk, jadi tidak butuh waktu lama untuk Hani masuk ke dalam kamarnya itu.
" Aku langsung pulang saja ya Ri, karena masih hujan biar basah - basahan sekalian, nanti aku langsung mandi sesampainya di kos-kosan", Geri melambaikan tangan pada Riri dan meninggalkan Griya kos Kencana mengendarai motor bebeknya.
***
Hani sudah menghabiskan bubur kacang hijau pemberian nenek Sarmi dan hendak mencuci mangkuk kotor ke dapur, tapi tiba-tiba ponselnya bergetar, ternyata itu panggilan dari Geri yang ke empat .
Hani sedang malas berbicara dengan siapapun, dia menaruh ponselnya di bawah bantal dan mengacuhkan panggilan masuk di ponselnya.
Hani keluar kamar dan berpapasan dengan Riri yang baru saja selesai mandi. Dia berusaha memasang wajah sumringah saat Riri menyapanya, meski hatinya masih sakit dan matanya masih terlihat sembab.
" Hai Han, kamu sibuk nggak?, wah sudah makan ya?", Riri menatap mangkok kotor yang di bawa Hani.
" Kau bertanya seperti itu memangnya kenapa?", tanya Hani.
" Rencananya aku pengin traktir kamu makan malam, tapi kayaknya kamu habis makan", ucap Riri.
" Makasih Ri, tapi aku sudah kenyang", jawab Hani singkat, kemudian kembali berjalan menuju dapur.
" Han ! ", panggil Riri saat Hani melewatinya.
" Kamu sakit?, atau kenapa?, aku perhatikan dari tadi kau sangat sedikit bicara, tidak seperti biasanya", Riri merasa sikap Hani sedikit aneh hari ini, lebih pendiam dari biasanya.
" Nggak papa kok, hanya sedikit pusing karena tadi pulang kerja aku kehujanan", Hani membuat alasan agar Riri tidak terus bertanya.
Setelah selesai mencuci mangkok dan mengisi botol minumnya dengan penuh, Hani mengambil air wudhu dan kembali masuk ke kamarnya untuk sholat maghrib.
Sepuluh menit kemudian Hani keluar kamar mengenakan sweater rajut warna krem pemberian ibunya saat Hani ulang tahun yang ke 17. Hani sangat sering memakai sweater dari ibunya itu, selain membuatnya lebih hangat, juga membuat hatinya lebih tenang karena merasa sedang dalam dekapan ibunya.
Hujan memang sudah tak selebat tadi sore, tapi masih menyisakan gerimis yang tak kunjung reda.
Hani mengunci pintu kamarnya, berjalan keluar dan membuka payung lipat miliknya di teras kost. Hani berjalan menuju rumah pemilik kost dan langsung dibukakan pintu oleh Nenek Sarmi.
Hani meletakan payung di samping teras rumah Nenek Sarmi, " Apa nenek menungguku?, belum saja Hani mengetuk pintu, nenek sudah lebih dulu membukanya", Hani tersenyum dan menggenggam tangan Nenek Sarmi.
" Ayo cepat masuk, diluar sangat dingin, apalagi tadi pulang kerja kau hujan-hujanan pasti kau sedang kedinginan", nenek Sarmi balas menggenggam tangan Hani.
" Nenek sudah sholat?", tanya Hani sambil duduk di sofa panjang yang berada di ruang tamu.
" Sudah, Nenek juga sudah membuat wedang jahe buat kamu, ayo diminum, itu juga ada kue kering sebagai teman wedang jahe", Sarmi mempersilahkan Hani untuk menikmati jamuan yang ada di meja.
" Nenek itu apa-apa nya cepet banget, kalau tiba-tiba tadi Hani ngga jadi kesini gimana nek?, wah pasti sayang wedang jahe sama kue kering yang sudah nenek siapkan", Hani sedikit menggoda nenek Sarmi dengan gurauannya.
" Ya nenek bawa saja ke kamar kamu, kan deket", jawab nenek Sarmi enteng.
Mereka berdua tertawa bersama.
" Nenek mau malam ini kita ngapain?, mau nonton sinetron kesukaan nenek bareng, atau mau cerita masa lalu nenek dengan kakek?, Hani pasti akan jadi pendengar yang baik seperti biasanya", ujar Hani.
" Nenek justru pengin dengar cerita tentang kamu Han, selama ini sepertinya nenek terus yang cerita tentang masa lalu nenek bersama kakek, tentang kedua putri nenek, tentang sinetron favorit nenek, apa kamu nggak bosen dengerinnya?", tanya nenek Sarmi.
" Hani seneng kok dengerin nenek bercerita, itu bisa menjadi inspirasi buat Hani, saat nenek mengatakan dimana pertama kali bertemu dengan kakek, apa yang nenek katakan pertama kali pada kakek, dan semua masa lalu nenek itu kalau Hani berbakat jadi penulis, pasti sudah Hani jadikan novel kisah cinta nenek Sarmi", Hani tersenyum tulus.
" Kamu ini ada-ada saja Han, apa semenarik itukah cerita nenek dan kakek, sampai kau ingin menjadikannya cerita novel?", tanya nenek Sarmi penasaran.
" Tentu saja, tinggal bagaimana menuangkannya, harus memilih kalimat dan kata-kata yang tepat dan di tambah sedikit bumbu dan sedikit konflik, pasti akan menjadi cerita yang sangat apik", Hani begitu yakin dengan ucapannya.
Hani dan nenek Sarmi terus mengobrol hingga jam 9 malam, mereka tadi juga melakukan sholat Isa berjama'ah, Hani yang menjadi imam sholat, karena itu permintaan nenek Sarmi, karena sudah merasa mengantuk dan besok harus berangkat pagi-pagi, Hani pamit pada nenek Sarmi untuk kembali ke kost-kostan.
Saat Hani keluar dari rumah nenek Sarmi Hani berjalan hendak masuk ke dalam kost-kostan, tapi suara seorang laki-laki memanggilnya dari balik pohon mahoni yang ada di pinggir jalan raya, pohon itu berada di depan rumah nenek Sarmi.
Sebenarnya Hani takut dan ingin berlari karena yang Hani dengar itu adalah suara seorang lelaki, dan terlihat ada bayangan laki-laki tengah berdiri di balik pohon itu.
" Siapa disana?", ucap Hani dari posisinya, tanpa mendekat sedikitpun ke arah pohon mahoni.
" Ini aku, apa kau tidak paham dengan suaraku?", seru suara laki-laki itu.
" Sebutkan nama, atau aku tidak akan menemuimu", ucap Hani sambil melipat payungnya, Hani pikir jika laki-laki itu adalah orang jahat, Hani hendak menghajarnya menggunakan payung yang ada di genggamnya.
Lelaki itu tetap diam dia hanya menggeser badannya agar terlihat dari posisi Hani berdiri saat ini.
_____________________________
Bantu dan dukung author dengan memberi Like 👍, vote dan komentar ya....
Terimakasih banyak 🙏🙏🙏🤗🤗
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments