Clara membuka halaman demi halaman majalah Vogue-nya yang terbaru, diam-diam matanya mengikuti gerak-gerik gadis yang sedang asyik tenggelam dalam bacaannya di
sudut perpustakaan yang sepi. Bianca Putri, sang murid baru itu, tampak tidak
memedulikan keadaan sekelilingnya. Beberapa hari ini, dia memang lebih sering terlihat sendirian, atau sesekali bersama Senja dan teman Cowoknya, Raga
Clara mengulang kata-kata yang ingin diucapkannya kepada Bianca sekali lagi
dalam kepala, lalu berjalan menghampiri meja Bianca Bunyi keras hak sepatu mengetuk lantai sama sekali tidak menyebabkan Bianca mengangkat kepala, sepertinya bakan tidak sadar Jenny telah berdiri di hadapannya. Clara berdehem. Baru setelahnya Bianca mendongak dengan ekspresi terganggu yang samar. Delicate, Clara memutuskan kata itulah yang tepat untuk menjelaskan rupa Bianca Walau dia sendiri enggan mengakuinya. Bianca terlihat seperti porselen, mudah pecah jika disentuh.
"Hai." Clara menyapa dengan senyum terbaiknya. Biasanya, murid-murid lain akan segera meleleh ketika melihat senyum itu, mungkin bangga karena gadis sepopuler dirinya mau menyapa mereka.
Namun, Bianca hanya menatapnya dengan ekspresi yang sama, sama datarnya dengan ekspresi yang pernah diberikan Raga saat Clara menyapanya pada hari pertama mereka bertemu. Pipi Clara memanas, dan dia memutuskan untuk langsung ke inti pembicaraan.
"Gue dateng khusus untuk mengundang lo masuk ke tim cheerleader. Biasanya, orang-orang harus ngelewatin audisi ketat untuk bisa gabung ke tim kita, tapi gue bersedia untuk ngasih lo sebuah kesempatan langka
Mata Bianca mengerjap seakan tidak percaya. Untuk sesaat, jenny merasa yakin dia telah berhasil menggaet anak Sandra Clathin ke dalam grup elitenya, yang terdiri dari anak-anak paling populer di sekolah mereka. Awalnya, dia memang antipati terhadap
Bianca karena perhatian murid-murid SMA Harapan berpindah dari dirinya. Tapi, Helena tahu, dengan titel Bianca sebagai anak supermodel internasional yang terkenal grupnya akan semakin solid. Dia sendiri, sebagai tombak, sudah lama berkiprah sebagai model print media maupun iklan televisi sejak usianya lima tahun, mengikuti jejak karier sang ibu yang pernah menjadi model terkenal juga pada masa jayanya. Tapi, Bianca
tidak berkata apa-apa, seakan sedang memikirkan jawaban yang tepat untuknya.
"Gimana?" desak Clara Kalo Lo ikut tim gue, lo gak akan lagi sendirian di perpustakaan yang sumpek seperti sekarang. Lo akan dapet akses ke semua a-list parties yang ada, dan hangout dengan orang-orang terkenal. You won't regret this
Yang tidak disangkanya adalah senyum sopan Bianca yang disusul dengan gelengan kepala. " thanks for the invite, but no."
" Tidak? Clara berkedip dan membuka matanya perlahan, ingin memastikan penolakan itu. Mayoritas populasi sekolah ini memilih popularitas dibanding nilai bagus. Kesempatan semacam ini hampir tidak pernah diberikannya secara cuma-cuma kepada siapa pun, bahkan setelah mereka memohon. Masih banyak gadis di sekolahnya yang berusaha sebisa mungkin untuk menjadi bagian dari gengnya, tapi Bianca masih berkutat dengan ekspresi yang sama, menandakan pembicaraan mereka sudah selesai.Tidak tahu apa yang harus dilakukannya, Helena memaksakan senyum dan berkata,
" Too bad." sebelum meninggalkan perpustakaan dengan langkah panjang.
Sialan, dengusnya berulang-ulang dalam hati. Sial. Memangnya dia kira, dia siapa? Mentang-mentang anak Orang terkenal Tidak banyak orang yang berkata tidak pada jenny Dan, ketika dia bertemu dengan orang-orang yang melakukannya, Helena tidak akan pernah melupakannya.
Bianca menatap Clara berjalan menjauh dengan bingung. What's with everybody
Kenapa mereka niat sekali mengajaknya bergabung dengan tim cheerleading? Setidaknya, dia yakin motif Senja lebih bersahabat daripada Jenny karena di mata Senja dia hanya
melihat excitement dan ketulusan, sedangkan dalam ekspresi jenny dia melihat sesuatu yang lain. Bianca sering melihatnya dalam pandangan mata orang-orang yang ditemuinya sejak kecil saat ia mengikuti Mama untuk sesi pemotretan--baik itu para wartawan yang menguntit, sesama model, atau manager Mama yang sering berganti-ganti
Kemungkinan besar perkataan senja benar, mereka semua menginginkan Bianca dalam tim cheerleading karena postur tubuhnya yang jangkung--hampir melebihi seratus delapan puluh sentimeter di usia enam belas, dan dia tahu perkembangannya tidak berhenti sampai di situ saja. Sejujurnya, Bianca tidak pernah nyaman terperangkap dalam tubuhnya sendiri--terlalu jangkung sehingga dia cenderung membungkuk ketika berbicara dan berjalan di samping orang-orang yang lebih pendek daripada dirinya.
Belum lagi berat badannya yang tidak pernah meningkat drastis apa pun yang dimakannya, a blessing for most people, a curse for her. Kadang, Bianca merasa dirinya
hanya dibalut kulit dan tulang.mengapa dia tidak bisa lebih seperti mamanya?
" Bianca "
Seruan itu membuatnya tersentak lagi. Senja sedang berdiri di pintu perpustakaan melambai-lambai riang sambil berusaha meminta maaf kepada penjaga perpustakaan
yang menegurnya karena terlalu ribut. Raga berdiri di belakangnya, memunggungi pintu dengan sebuah bola basket di tangannya.
"Main yuk "
Bianca tersenyum lagi, kali ini tanpa paksaan. Entah mengapa dia merasa gembira berada di antara Raga dan Senja Padahal mereka belum saling mengenal dengan baik.
Senja selalu mengikut sertakannya dalam segala sesuatu, sedangkan Raga mendukung dari
belakang. Mereka berdua tidak pernah menganggapnya selebritas, bersikap apa adanya, tanpa pretensi
Bianca menutup buku Bianca Karena yang sedang dibacanya, lalu beranjak keluar dengan perasaan ringan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments