Chapter 2. Pernikahan

"Semoga dengan begini aku bisa memiliki dirimu, Mei." gumam Aldi yang begitu penuh harap.

Ia sangat yakin jika Meisa benar akan menjadi istri yang sempurna untuknya. Dan keluarganya akan sangat menyukai pilihannya kali ini.

Karena Pak Aldi yang selalu di jaga baik-baik dengan keluarganya beberapa kali ingin menikah selalu tidak mendapatkan restu saat mereka tahu kehidupan wanita yang ingin ia nikahi tidak baik.

Sedangkan Meisa yang berada di ruang kerjanya merasa gelisah, ia ingin segera pulang agar bisa mendiskusikan dengan keluarganya tentang lamarannya itu.

Semoga pernikahan yang berlandaskan menghindari diri dari fitnah bisa menjadikan rumah tangga yang mereka akan bisa bahagian sesuai keinginan mereka.

Tanpa terasa hari sudah sore, akhirnya mereka semua pulang ke rumah masing-masing. Meisa yang menaiki ojek menuju rumahnya begitu merasakan detakan jantung yang tidak karuan.

"Semoga apa pun keputusanku mereka akan setuju dan ini akan menjadi awal yang baik." gumam Meisa.

Tak lama setelahnya, Meisa pun tiba di rumah sederhana yang begitu terlihat bersih.

"Assalamualaikum," ucap Meisa.

"Walaikumsalam, Mei." Ibu Nirmala yang baru saja pulang dari tempat kerjanya menyambut anaknya dengan baik.

Bu Nirmala tampak kelahan karena kerjanya yang sebagai cleaning servis di sebuah pabrik roti terpaksa ia jalani demi mencukupi kebutuhan pengobatan suaminya.

"Ayah mana, Bu?" tanya Meisa.

"Ayah di kamar, dadanya sesak lagi gara-gara obatnya habis. Uang Ibu kurang untuk menebus obat Ayahmu, Mei. Apa kamu ada uang lebih untuk menambahkannya?" tanya Ibu Nirmala dengan pelannya.

"Uang ini harusnya tidak aku pakai, tapi bagaimana dengan ayah?" gumam Meisa dengan termenung merasa ragu untuk memakai uang pemberian dari Aldi.

"Apa aku pinjam saja dulu? nanti aku akan menggantinya." gumam Meisa lagi.

"Iya, ada Bu. Mana resep obatnya? Biar Meisa yang membelikan untuk Ayah." tuturnya dan Bu Nirmala menyerahkan pada putrinya catatan resep obat kemudian Meisa segera pergi ke apotik.

Sepanjang jalan ia terus berpikir apa yang harus ia katakan pada kedua orang tuanya. Ia tidak berani berkata jujur apa alasannya untuk menerima lamaran dari Pak Aldi.

Setelah Meisa selesai menebus obat, ia segera pulang dan meminumkannya pada sang ayah. 

"Ayah, Ibu, Meisa ingin bicara sesuatu bisakah ayah dan ibu memberikan Meisa waktu?" tanyanya dengan wajah ragu.

"Iya, Mei. katakan ada apa?" tanya Bu Nirmala penasaran.

"Meisa ingin menikah dengan pimpinan cabang tempat Meisa bekerja Ayah, Ibu." jawabnya dengan menundukkan kepalanya takut jika kedua orang tuanya menolak.

"Kamu ini meminta izin menikah seperti orang sedang mengakui telah mencuri saja. Mengapa wajahmu menunduk takut seperti itu?" tanya Nirmala.

"Ti-dak, Meisa hanya takut jika Ayah dan Ibu menolak permintaan izin dari Meisa." jawabnya lirih.

"Mei, kau sudah dewasa. Ayah dan Ibu tentu akan menyetujui apa pun yang menjadi keputusanmu. Kau sudah bisa menentukan mana yang baik dan mana yang tidak." terang Ibu Nirmala dan di ikuti dengan anggukan Pak Fajar.

Meisa lega karena dua orangtuanya sudah setuju, saat ini ia tinggal memberi kabar pada Aldi saja.

"Yasudah Meisa ke kamar dulu yah Ayah, Ibu."  ucapnya bergegas menuju kamarnya untuk menghubungi Aldi.

"Halo, Mei." Suara pria di seberang telfon sana yang sebentar lagi akan menjadi suaminya itu.

"Halo Pak Aldi, mohon maaf saya mengganggu waktu Bapak. Saya hanya mau memberi tahu tentang persetujuan orangtua saya untuk pernikahan kita." terang Meisa tanpa basa basi lagi.

"Oh iya bagaimana?" tanya Aldi begitu antusiasnya.

"Mereka sudah setuju, Pak." jawab Meisa dengan wajah tidak bersemangatnya.

Aldi yang mendengarnya begitu senang, satu tahap sudah terlewati tinggal kedua orangtuanya lagi saat ini setelah itu barulah mereka memikirkan pernikahan.

"Meisa, semua biar saya yang mengurusnya. Besok malam kami akan datang ke rumahmu yah. Beritahu orangtuamu." tutur Aldi.

Meisa pun menyetujuinya dan sambungan telfon kini sudah terputus. Saat itu juga tubuh Meisa jatuh tersungkur ke lantai dan menyandarkan kepalanya di pinggir kasur miliknya.

Ia takut akan langkah yang ia putuskan saat ini, apakah semua akan berjalan dengan baik hubungan yang di mulai berdasarkan paksaan tanpa adanya cinta.

Tapi Meisa sebagai wanita lemah juga tidak ingin mendapat cibiran yang menganggap dirinya sangat rendah seperti itu. 

***

Hari lamaran sudah terlewati dengan baik, kedua keluarga setuju untuk mengadakan pernikahan. Namun sesuai dengan permintaan Meisa, ia tidak menginginkan pernikahan yang mewah. Ia hanya ingin satu acara sederhana yang di adakan saat hari libur kerja saja.

Dengan begitu ia tidak perlu mengambil hari libur saat jam kerjanya.

Pernikahan berjalan dengan baik, dekorasi gedung sederhana itu tampak memukau dengan hiasan bunga-bunga segar yang bergantung di setiap sudut dan gaun yang di pakai Meisa berwarna putih tulang senada dengan pakaian yang di pakai Aldi.

Para tamu undangan turut hadir yang di hadiri para keluarga dan kerabat kedua keluarga mereka saja.

Wajah kedua keluarga yang terlihat sangat bahagia membuat beban Meisa sedikit terobati.

Wajah tampan Aldi terlihat semakin terpancar jelas saat pernikahan berlangsung. Namun berbeda dengan Meisa, ia hanya berwajah datar sesekali senyuman tampak ia paksa hadir di wajahnya.

Meski matanya begitu bekerja keras menahan air mata yang ingin jatuh.

"Dia sudah menjadi milikku. Akhirnya... aku sungguh tidak menyangka bisa mendapatkannya dengan cara seperti ini." gumam Aldi tersenyum lega menatap Meisa dari samping.

"Pah, sudah siap?" tanya Bu Diana yang baru saja selesai make up untuk menghadiri pernikahan Meisa.

Ia ingin memastikan jika pernikahan itu benar-benar ada bukan hanya untuk menipu dirinya.

Bimo yang sudah selesai menggandeng istrinya menuju mobil. Meskipun rumah tangga mereka tidak begitu baik namun untuk hal acara seperti ini ia tidak mungkin untuk menampilkan pada orang lain tentang buruknya pernikahan mereka.

"Pernikahan ini adalah jasa dari Mamah. Seharusnya papa bangga memiliki istri seperti Mamah." ucap Bu Diana.

Bimo merasa heran apa maksud perkataan istrinya itu ia menatap Bu Diana dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.

"Apa maksud Mamah?" tanya Bimo.

"Mamah yang membuat mereka berdua menikah, Mamah tahu selama papa dan wanita itu sudah memiliki hubungan kan?"

Mendengar tuduhan istrinya, tiba-tiba Bimo menghentikan mobilnya dengan kasar. "Mah, jangan bilang-" (ucapan tak Bimo terhenti seolah ia tahu apa yang dilakukan istrinya).

"Jangan-jangan apa, Pah? papah tentu tahu apa yang sudah Mamah lakukan. Seperti wanita-wanita sebelumnya mamah melabraknya." terang Diana.

Bimo terkejut mendengar pengakuan istrinya, ia sungguh tidak habis pikir dengan kepergiannya beberapa hari saja keluar kota istrinya lagi-lagi membuat masalah dengan wanita lain.

"Mau sampai kapan Mamah selalu bersikap seperti itu? Papah sungguh tidak tahan dengan sikap Mamah seperti itu selalu saja mengusik pekerjaan yang Papah lakukan."

Mobil yang tadinya sudah ingin menuju ke acara pernikahan tiba-tiba saja berputar balik Bimo melajukan mobilnya kembali ke rumah.

"Loh Pah, kita ko pulang?" tanya Diana dengan suara bernada tingginya.

"Mamah sebaiknya di rumah saja. Mamah tidak seharusnya Papah beri kebebasan untuk keluar rumah." pekik Bimo dengan geramnya.

Sesampainya di rumah Bimo menarik kasar tangan istrinya dan melemparnya ke dalam rumah ia sudah benar-benar tidak habis pikir dengan perlakuan istrinya. 

Selama ini Bimo sudah berusaha sabar menghadapi sikap Diana yang suka berlebihan mencemburui dirinya.

"Kau di rumah." teriak Bimo dan mengunci pintu rumah dari luar kemudian melajukan mobilnya ke tempat pernikahan Meisa dan Aldi.

"Mengapa bisa seperti ini? Sungguh aku tidak enak dengan Meisa. Dia pasti tidak bahagia di pernikahannya ini. Maafkan saya, Mei. Karena istri saya kau harus terpaksa menikah dengannya." ucapnya sepanjang perjalanan terus merasa bersalah.

Beberapa waktu berlalu, kini Bimo pun sampai di tempat acara itu. Ia melihat dari kejauhan wajah Meisa yang sama sekali tidak bahagia.

"Maafkan istriku, Mei." ucap Bimo sungguh merasa tidak enak hati.

Sementara Adi ia tahu jika pria itu sangat menyukai Meisa sejak dulu.

Kini para tamu undangan sudah berjalan menemui mempelai pengantin. satu persatu berjabat tangan Begitu juga dengan Bimo yang datang sendirian. 

"Selamat untuk kalian berdua semoga pernikahan kalian akan bahagia." Ucap Bimo dengan tersenyum.

"Terimakasih, Pak Bimo." sahut Meisa berusaha menunjukkan senyumannya.

Setelah selesai acara, kini Aldi dan Meisa pun menuju kamar mereka. Meisa segera membersihkan diri di kamar mandi setelah itu Aldi juga ikut membersihkan diri.

Keduanya sama-sama telah tampak segar, suasana beberapa waktu begitu hening. Sampai mata pria itu menatap tubuh istrinya yang sudah terbalut dengan handuk memperlihatkan bagian-bagian yang tampak putih dan mulus.

Perlahan Pak Aldi mendekat pada sang istri dengan ragunya.

"Jangan ragu, Pak. Saya milik Bapak." ucap Meisa yang sadar akan statusnya saat ini. Meski jauh di lubuk hatinya ia sama sekali belum siap.

"Mei, jangan memanggilku seperti itu. Kita sudah menikah dan saat ini kita bukan sedang bekerja." tutur Aldi dengan suara khasnya yang sudah meraih dagu Meisa dengan tangannya agar menatapnya.

Meisa menurut dan menatap wajah suaminya saat ini. "Mas, yah aku memanggil Mas saja yah?" 

Aldi menganggukkan kepalanya setuju dengan panggilan itu dengan wajah tersenyumnya. Tatapan yang semakin dalam kini mulai membuat pria itu memiringkan wajahnya hingga kedua bibir mereka sukses saling bertemu dan dengan cepatnya Aldi menerobos indera perasa milik sang istri.

Perlahan sentuhan demi sentuhan Aldi berikan untuk sang istri. Meisa pun yang merasa sudah berkewajiban melayani sang suami tampak menikmati.

Episodes
1 Chapter 1. Di Fitnah
2 Chapter 2. Pernikahan
3 Chapter 3. Meragukan
4 Chapter 4. Penyiksaan
5 Chapter 5. Meisa Pergi
6 Chapter 6. Kontrak Kerja
7 Chapter 7. Pak Fajar Syok
8 Chapter 8. Meisa Ke Rumah Sakit
9 Chapter 9. Meisa Berjanji Pada Ayahnya
10 Chapter 10. Hari Pemakaman
11 Chapter 11. Tinggal di Rumah sakit
12 Chapter 12. Melampiaskan Kerinduan
13 Chapter 13. Kecemburuan
14 Chapter 14. Aditya Sadar
15 Chapter 15. Hari Kepulangan
16 Chapter 16. Kepulangan Meisa.
17 Chapter 17. Diamnya Bimo
18 Chapter 18. Kemaraham Bimo
19 Chapter 19. Perlawanan Bimo
20 Chapter 20. Aldi Menutupinya
21 Chapter 21. Hari Bahagia
22 Chapter 22. Persetujuan Kedua Orangtua
23 Chapter 23. Akankah Rumah Tangga Yang Tidak Harmonis Masih Bisa Di Pertahankan?
24 Chapter 24. Pulang Terlambat
25 Chapter 25. Malam Kelam
26 Chapter 26. Sarapan Bersama
27 Chapter 27. Doa Seorang Istri
28 Chapter 28. Pertemuan
29 Chapter 29. Rencana Bu Nirmala
30 Chapter 30. Kelancangan Rere
31 Chapter 31. Tangis Meisa Pecah
32 Chapter 32. Jangan Sia-siakan Kepercayaan Ku
33 Chapter 33. Kehadiran Mertua
34 Chapter 34. Kemarahan Bu Nirmala
35 Chapter 35. Mulai Lelah
36 Bonus Visual
37 Chapter 36. Demi Pernikahan Dan Demi Anak Kita, Aku Akan Berjuang
38 Chapter 37. Kepulangan Yang Disambut
39 Chapter 38. Kegaduhan Mertua
40 Chapter 39. Kejujuran Yang Menyakitkan
41 Chapter 40. Kehangatan
42 Chapter 41. Kendali Berada Di Tangan Mertua
43 Chapter 42. Kedua Kamar Yang Berbeda, Hangat dan Panas
44 Chapter 43. Kecerdikan Meisa
45 Chapter 44. Siasat Rere
46 Chapter 45. Suasana Romantis
47 Chapter 46. Pertemuan Dengan Naina
48 Chapter 47. Calon Istri Aditya
49 Chapter 48. Korban Perselingkuhan
50 Chapter 49. Rencana Diana
51 Chapter 50. Baju Kekecilan
52 Chapter 51. Bersiap Jalan Bersama
53 Chapter 52. Kemenangan Berpihak Pada Meisa
54 Chapter 53. Perdebatan Kedua Istri
55 Chapter 54. Bertemu
56 Chapter 55. Dua Gelang Cinta
57 Chapter 56. Kehangatan
58 Chapter 57. Keputusan Meisa
59 Chapter 58. Cinta Yang Membutakan
60 Chapter 59. Memaafkan Bukan Berarti Mampu Menerima Kesalahan
61 Chapter 60. Talak
62 Chapter 61. Menitih Karir
63 Chapter 62. Pertahankan Cintamu
64 Chapter 63. Mirisnya Hidup Berdiri Sendiri
65 Chapter 64. Menutup Celah Pada Siapa Pun
66 Chapter 65. Ketika Hati Berkhianat Pada Tubuh
67 Chapter 66. Kedatangan Dua Pria Di Pagi Hari
68 Chapter 67. Pengusiran
69 Chapter 68. Menolak Bantuan
70 Chapter 69. Penegasan
71 Chapter 70. Lampu Hijau
72 Chapter 71. Keridhoan Istri
73 Chapter 72. Hasil Dari Usaha
74 Chapter 73. Manisnya!
75 Chapter 74. Mantan Kekasihnya
76 Chapter 75. Menantu Jujur
77 Chapter 76. Tak Seberuntung Aldi
78 Chapter 77. Pejuang Kasih Sayang Orang Tua
79 Chapter 78. Mengenang Kehangatan
80 Chapter 79. Peri Kecil Yang Malang
81 Chapter 80. Keanehan Diana
82 Chapter 81. Pertemuan Kembali Dengan Mertua
83 Chapter 82. Hasil USG
84 Chapter 83. Bertahanlah Untuk Hal Yang Membahagiakan, Karena Hidup Itu Singkat
85 Chapter 84. Ketakutan Aldi
86 Chapter 85. Dua Ibu Yang Antusias
87 Chapter 86. Rumah Sakit
88 Chapter 87. Persalinan Dan Kehamilan
89 Chapter 88. Pengakuan Rere
90 Chapter 89. Malaikat Yang Terabaikan
91 Pengumuman
92 Chapter 90. Kembalinya Bu Nirmala
93 Chapter 91. Ketakutan Aldi
94 Chapter 92. Momen Yang Ku Impikan
95 Chapter 93. Syukuran
96 Chapter 94. Pertemuan Kembali
97 Chapter 95. Suasana Panas
98 Chapter 96. Usaha Meluluhkan Hati Ibu
99 Chapter 97. Tiga Tahun Berlalu
100 Chapter 98. Acara Pernikahan Dua Generasi
101 Chapter 99. Kedatangan Dion
102 Chapter 100. Sisi Lain Ralin
103 Chapter 101. Kamar Ralin
104 Chapter 102. Adegan Dalam Air
105 Chapter 103. Terbongkarnya Masa Lalu Yang Tertutup Rapat
106 Chapter 104. Kedatangan Mertua
107 Chapter 105. Alzheimer
108 Chapter 106. Rere Semakin Kacau
109 Chapter 107. Happy Birthday Ralin
110 Chapter 108. Kado Untuk Bidadari
111 Chapter 109. Kedatangan Tamu Pagi
112 Chapter 110. Kepergian Rere
113 Chapter 111. Penolakan Aldiva Pada Aldi
114 Chapter 112. Semangat Baru Untuk Ale
115 Chapter 113. Penyesalan
116 Chapter 114. Hamil
117 Chapter 115. Uncle Duda
118 Chapter 116. Usaha Ralin
119 Chapter 117. Menyerahnya Bimo
120 Chapter 118. Selembar Surat Cerminan Ketulusan Cinta Yang Abadi
121 Chapter 119. Berhasilkah Ale?
122 Chapter 120. Happy Birthday Aldiva
123 Chapter 121. Bolehkah Aku Egois?
124 Chapter 122. Kemarahan Sang Anak
125 Chapter 123. Kepulangan Bimo
126 Chapter 124. Seharusnya Aku Yang Meminta Maaf
127 Chapter 125. Tidak Baik Menolak Ajakan Suami
128 Chapter 126. Style Ala Ralin
129 Chapter 127. Perdamaian Dua Wanita
130 Chapter 128. Kekecewaan
131 Chapter 129. Kesepakatan Mencintai
132 Chapter 130. Papah Ale
133 Chapter 131. Kebanggan Sang Papah
134 Chapter 132. Kontak "Sang Pujaan"
135 Chapter 133. Merawat Sang Istri
136 Chapter 134. Penantian
137 Chapter 135. Tante Lia Amelia
138 Chapter 136. The End
Episodes

Updated 138 Episodes

1
Chapter 1. Di Fitnah
2
Chapter 2. Pernikahan
3
Chapter 3. Meragukan
4
Chapter 4. Penyiksaan
5
Chapter 5. Meisa Pergi
6
Chapter 6. Kontrak Kerja
7
Chapter 7. Pak Fajar Syok
8
Chapter 8. Meisa Ke Rumah Sakit
9
Chapter 9. Meisa Berjanji Pada Ayahnya
10
Chapter 10. Hari Pemakaman
11
Chapter 11. Tinggal di Rumah sakit
12
Chapter 12. Melampiaskan Kerinduan
13
Chapter 13. Kecemburuan
14
Chapter 14. Aditya Sadar
15
Chapter 15. Hari Kepulangan
16
Chapter 16. Kepulangan Meisa.
17
Chapter 17. Diamnya Bimo
18
Chapter 18. Kemaraham Bimo
19
Chapter 19. Perlawanan Bimo
20
Chapter 20. Aldi Menutupinya
21
Chapter 21. Hari Bahagia
22
Chapter 22. Persetujuan Kedua Orangtua
23
Chapter 23. Akankah Rumah Tangga Yang Tidak Harmonis Masih Bisa Di Pertahankan?
24
Chapter 24. Pulang Terlambat
25
Chapter 25. Malam Kelam
26
Chapter 26. Sarapan Bersama
27
Chapter 27. Doa Seorang Istri
28
Chapter 28. Pertemuan
29
Chapter 29. Rencana Bu Nirmala
30
Chapter 30. Kelancangan Rere
31
Chapter 31. Tangis Meisa Pecah
32
Chapter 32. Jangan Sia-siakan Kepercayaan Ku
33
Chapter 33. Kehadiran Mertua
34
Chapter 34. Kemarahan Bu Nirmala
35
Chapter 35. Mulai Lelah
36
Bonus Visual
37
Chapter 36. Demi Pernikahan Dan Demi Anak Kita, Aku Akan Berjuang
38
Chapter 37. Kepulangan Yang Disambut
39
Chapter 38. Kegaduhan Mertua
40
Chapter 39. Kejujuran Yang Menyakitkan
41
Chapter 40. Kehangatan
42
Chapter 41. Kendali Berada Di Tangan Mertua
43
Chapter 42. Kedua Kamar Yang Berbeda, Hangat dan Panas
44
Chapter 43. Kecerdikan Meisa
45
Chapter 44. Siasat Rere
46
Chapter 45. Suasana Romantis
47
Chapter 46. Pertemuan Dengan Naina
48
Chapter 47. Calon Istri Aditya
49
Chapter 48. Korban Perselingkuhan
50
Chapter 49. Rencana Diana
51
Chapter 50. Baju Kekecilan
52
Chapter 51. Bersiap Jalan Bersama
53
Chapter 52. Kemenangan Berpihak Pada Meisa
54
Chapter 53. Perdebatan Kedua Istri
55
Chapter 54. Bertemu
56
Chapter 55. Dua Gelang Cinta
57
Chapter 56. Kehangatan
58
Chapter 57. Keputusan Meisa
59
Chapter 58. Cinta Yang Membutakan
60
Chapter 59. Memaafkan Bukan Berarti Mampu Menerima Kesalahan
61
Chapter 60. Talak
62
Chapter 61. Menitih Karir
63
Chapter 62. Pertahankan Cintamu
64
Chapter 63. Mirisnya Hidup Berdiri Sendiri
65
Chapter 64. Menutup Celah Pada Siapa Pun
66
Chapter 65. Ketika Hati Berkhianat Pada Tubuh
67
Chapter 66. Kedatangan Dua Pria Di Pagi Hari
68
Chapter 67. Pengusiran
69
Chapter 68. Menolak Bantuan
70
Chapter 69. Penegasan
71
Chapter 70. Lampu Hijau
72
Chapter 71. Keridhoan Istri
73
Chapter 72. Hasil Dari Usaha
74
Chapter 73. Manisnya!
75
Chapter 74. Mantan Kekasihnya
76
Chapter 75. Menantu Jujur
77
Chapter 76. Tak Seberuntung Aldi
78
Chapter 77. Pejuang Kasih Sayang Orang Tua
79
Chapter 78. Mengenang Kehangatan
80
Chapter 79. Peri Kecil Yang Malang
81
Chapter 80. Keanehan Diana
82
Chapter 81. Pertemuan Kembali Dengan Mertua
83
Chapter 82. Hasil USG
84
Chapter 83. Bertahanlah Untuk Hal Yang Membahagiakan, Karena Hidup Itu Singkat
85
Chapter 84. Ketakutan Aldi
86
Chapter 85. Dua Ibu Yang Antusias
87
Chapter 86. Rumah Sakit
88
Chapter 87. Persalinan Dan Kehamilan
89
Chapter 88. Pengakuan Rere
90
Chapter 89. Malaikat Yang Terabaikan
91
Pengumuman
92
Chapter 90. Kembalinya Bu Nirmala
93
Chapter 91. Ketakutan Aldi
94
Chapter 92. Momen Yang Ku Impikan
95
Chapter 93. Syukuran
96
Chapter 94. Pertemuan Kembali
97
Chapter 95. Suasana Panas
98
Chapter 96. Usaha Meluluhkan Hati Ibu
99
Chapter 97. Tiga Tahun Berlalu
100
Chapter 98. Acara Pernikahan Dua Generasi
101
Chapter 99. Kedatangan Dion
102
Chapter 100. Sisi Lain Ralin
103
Chapter 101. Kamar Ralin
104
Chapter 102. Adegan Dalam Air
105
Chapter 103. Terbongkarnya Masa Lalu Yang Tertutup Rapat
106
Chapter 104. Kedatangan Mertua
107
Chapter 105. Alzheimer
108
Chapter 106. Rere Semakin Kacau
109
Chapter 107. Happy Birthday Ralin
110
Chapter 108. Kado Untuk Bidadari
111
Chapter 109. Kedatangan Tamu Pagi
112
Chapter 110. Kepergian Rere
113
Chapter 111. Penolakan Aldiva Pada Aldi
114
Chapter 112. Semangat Baru Untuk Ale
115
Chapter 113. Penyesalan
116
Chapter 114. Hamil
117
Chapter 115. Uncle Duda
118
Chapter 116. Usaha Ralin
119
Chapter 117. Menyerahnya Bimo
120
Chapter 118. Selembar Surat Cerminan Ketulusan Cinta Yang Abadi
121
Chapter 119. Berhasilkah Ale?
122
Chapter 120. Happy Birthday Aldiva
123
Chapter 121. Bolehkah Aku Egois?
124
Chapter 122. Kemarahan Sang Anak
125
Chapter 123. Kepulangan Bimo
126
Chapter 124. Seharusnya Aku Yang Meminta Maaf
127
Chapter 125. Tidak Baik Menolak Ajakan Suami
128
Chapter 126. Style Ala Ralin
129
Chapter 127. Perdamaian Dua Wanita
130
Chapter 128. Kekecewaan
131
Chapter 129. Kesepakatan Mencintai
132
Chapter 130. Papah Ale
133
Chapter 131. Kebanggan Sang Papah
134
Chapter 132. Kontak "Sang Pujaan"
135
Chapter 133. Merawat Sang Istri
136
Chapter 134. Penantian
137
Chapter 135. Tante Lia Amelia
138
Chapter 136. The End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!