Aku Wanita Terhormat

Aku Wanita Terhormat

Chapter 1. Di Fitnah

Meisani Ayunda, gadis yang berusia 22 tahun, hidup dalam keluarga sederhana dan bekerja sebagai customer service di salah satu bank.

Ia sebagai anak pertama dan sebagai tulang punggung keluarga, di mana ayahnya yang sudah lumpuh berusia lima puluh delapan tahun, namanya Pak Fajar.

Ibunya hanya sebagai cleaning servis di salah satu perusahaan yang bergerak di bidang penjualan roti. Namanya Ibu Nirmala.

Pada suatu pagi saat Meisa memasuki kantor untuk memulai pekerjaan tiba-tiba ia mendengar desas-desus tentang dirinya.

"Eh lihat tuh, itu kan wanita simpanan Pak Bimo. Gayanya saja penampilan sederhana tapi sebenarnya dompetnya tebal atau mungkin kartu kreditnya ada beberapa dari pemberian Pak Bimo."

"Iya wajahnya polos tapi ternyata punya nyali yang besar menerima ajakan menjadi wanita simpanan."

Meisa tampak kaget mendengar perkataan yang di lontarkan padanya itu, ia sangat yakin jika mereka sedang membicarakan dirinya karena tidak ada lagi yang lewat selain dirinya saat itu.

Pak Bimo adalah seorang manajer di bank tersebut ia sudah memiliki keluarga. Jika di lihat Pak Bimo memang sangat tampan usianya masih sekitar 31 tahun namun tetap saja yang namanya sudah memiliki keluarga tidak mungkin bisa menarik perhatian seorang Meisa.

"Sepertinya mereka sudah salah paham padaku, ini sepertinya semua karena Pak Bimo yang selalu mengajakku untuk membantunya. Baiklah mulai saat ini sebaiknya aku menolak saja jika ia menawarkan tambahan untukku jika membantunya bekerja saat jam kerja sudah habis. Tapi aku juga membutuhkan uang itu yasudah kalau begitu aku mencari uang tambahan dengan pekerjaan lainnya saja." gumam Meisa.

Belum sempat Meisa melangkah pergi tiba-tiba ada seorang wanita yang menarik kasar tasnya.

Suara tamparan tiba-tiba terdengar mendarat kasar di wajah Meisa.

"Anda-" (ucapan Meisa terpotong sesaat karena ia mengenali siapa wanita itu).

"Kamu dasar wanita perebut suami orang! Apa kamu tidak malu wajahmu masih muda mengapa kamu merebut suamiku?" Teriaknya dengan lantang hingga menarik perhatian semua pekerja di kantor itu.

Tidak ada yang berani membela Meisa pagi itu karena mereka tahu bahkan salah satu dari mereka lah yang melaporkan kejadian di kantor yang beberapa kali mereka lihat saat Meisa dalam satu ruangan bersama Pak Bimo.

"Tidak Bu, itu tidak benar. Saya sama sekali tidak ada hubungan dengan suami anda, saya mohon maafkan saya Bu, biarkan saya menjelaskan semuanya." ucap Meisa dengan wajah yang sudah memerah menahan malu dan menahan sakit.

"Diam! Diam kamu! Jangan kamu berani berani berbicara denganku satu kata pun karena aku tidak sudi mendengar kata-kata yang terlontar dari mulut kotor mu itu."

Kebetulan hari itu Pak Bimo sedang tidak masuk bekerja karena ia sedang ada tugas keluar Kota. Hingga Meisa hari itu menahan malu seorang diri tanpa ada yang membelanya.

"Iya Bu, usir saja dia bila perlu lempar dia dari kantor ini, dia sudah mengotori kantor kita tempat kita mencari nafkah sehari-hari." sahut salah seorang karyawan yang tampak tidak suka dengan Meisa.

"Sini kamu! sini kamu! ikut saya. Kamu katakan sudah berapa banyak uang suami saya yang sudah kamu ambil? Katakan!" teriak wanita itu dengan beberapa urat di wajahnya yang sudah tampak menegang karena ia tengah menahan emosi ingin menghabisi wanita dihadapannya saat ini.

Istri dari Pak Bimo itu sudah menarik kasar rambut Meisa hingga jatuh tersungkur saat di lempar ke dasar lantai. Ia hanya bisa menangis tanpa bisa melakukan perlawanan apapun karena di tempat itu, saat itu tidak ada satu pun orang yang bisa membelanya bahkan tidak ada satu orang pun yang mempercayai jika dirinya tidak melakukan hal seburuk itu.

"Benar saja yang di katakan Pak Bimo, Bu Diana benar sangatlah kasar menjadi wanita, tapi aku selama ini selalu membelanya bahkan aku selalu memberi masukan pada Pak Bimo agar bisa mengerti tentang isi hati istrinya, namun apa yang dia lakukan padaku justru dia memperlakukanku seperti sampah." tutur  Meisa dengan menangis terisak tanpa melakukan perlawanan.

"Bu Diana, saya mohon selesaikan masalah anda di luar kantor. Jangan membuat keributan di tempat bekerja kami." ucap salah seorang kepala cabang di tempat itu.

"Nah ini, kalau kamu mau mengganggu laki-laki ganggulah pria ini. Dia lebih memiliki banyak uang dan dia juga belum memiliki istri." sahut Bu Diana dengan ketusnya sembari menunjuk ke arah pria yang ada di hadapannya saat ini.

Meisa yang mendengar hanya terdiam menunduk malu ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan saat ini. Sementara ia tahu jika Aldi yang berposisi sebagai pimpinan kepala cabang bank tersebut memang benar memiliki rasa dengannya namun beberapa kali Meisa selalu menolaknya karena Meisa masih enggan untuk memikirkan dirinya. Ia harus fokus memikirkan keluarganya terlebih dulu.

"Ya Tuhan, apa salahku? mengapa pandangan mereka begitu hinanya padaku? Aku sama sekali tidak ada niat untuk mengangguk ketenangan rumah tangga orang."

"Bu Diana, saya mohon percaya pada saya. Saya sama sekali tidak pernah niat mengganggu Pak Bimo, Bu." tutur Meisa meneteskan air matanya karena tidak ada satu pun yang membelanya di tempat itu selain Aldi.

"Bi Diana, sebaiknya anda selesaikan dengan suami anda. Karena semua tergantung dari suami anda." ujar Aldi.

"Tidak Pak Aldi, saya tidak perduli. Yang jelas selama ini saya tahu jika wanita ini sudah mendekati suami saya." Suara lantang Bu Diana menggelegar di telinga mereka.

"Baik kalau begitu berikan saya waktu untuk berbicara dengan Meisa terlebih dulu, Bu." ucap Pak Aldi.

Bu Diana hanya terdiam dengan nafas yang terengah-engah menahan rasa emosi yang ingin meledak dari dalam dirinya.

Mata sembab Meisa kini menunduk saat melewati Bu Diana dan melangkah masuk bersama Pak Aldi.

Di dalam ruangan, "Meisa, saya tahu kamu wanita baik-baik. Tapi fitnah itu sepertinya akan membuat reputasi kerja kamu buruk." tutur Aldi.

"Pak Aldi, percaya dengan saya. Saya sama sekali tidak ada hubungan dengan Pak Bimo. Saya hanya sebatas membantu dan karena saya juga membutuhkan uang tambahan Pak." terang Meisa di ikuti isak tangis yang terus terdengar.

"Apakah kamu mau menghindari fitnah ini?" tanya Aldi dengan wajah seriusnya.

Meisa mengangguk, "Iya, Pak. Tentu saja saya mau. Saya tidak ingin nama saya buruk di tempat kerja ini." tutur Meisa dengan antusiasnya.

Beruntung saat ini tempat kerja mereka sudah tidak menerapkan sp3 yang di susul oleh phk pada karyawan yang memiliki hubungan pernikahan dengan sesama pekerja lainnya.

"Menikahlah denganku, Mei. Aku akan bertanggung jawab penuh atas dirimu."

Meisa yang mendengarnya begitu terkejut matanya membulat sempurna saat mendengar perkataan itu. Ia tampak meneguk kasar salivahnya.

"Pak Aldi, itu ti-dak mungkin, Pak." ucap Meisa yang merasa tidak masuk akal.

Ada apa sampai harus menikah? Bukankah dirinya hanya ingin menghindari tuduhan seperti itu dari Bu Diana.

"Meisa, Bu Diana bukanlah wanita sembarangan. Dan jika kau tidak membuat dirinya yakin jika tidak memiliki hubungan dengan suaminya, semua hal yang tidak masuk akal pasti akan di lakukan. Setidaknya dengan kita menikah, fitnah tentangmu akan segera berakhir." tutur Aldi.

"Saya sama sekali tidak mencintai Bapak." terang Meisa.

"Soal cinta apa salahnya jika kita biarkan dia tumbuh sendirinya nanti. Yang terpenting kau adalah wanita baik-baik dan aku sangat yakin rumah tangga kita pasti bahagia." Mendengar ucapan Aldi, Meisa merasa tersentuh hatinya dengan ketulusan pria di hadapannya itu.

"Pak, bolehkah Meisa memikirkannya terlebih dulu?" tanyanya meminta persetujuan.

Aldi tersenyum mengangguk, kini keduanya pun segera keluar menemui Bu Diana. "Bu Diana, saya mohon untuk Ibu meninggalkan tempat kerja kami karena saya dan Meisa sedang mendiskusikan tentang pernikahan kami." ucap Aldi mengejutkan semua para pekerja termasuk Meisa.

Bu Diana yang mendengarnya tersenyum puas. "Bagus, pastikan istri Bapak tidak mengganggu suami saya lagi nanti. Dan satu lagi, ini tanggal gajian kalian, kan?" tanya Bu Diana.

"Iya, Bu." ucap Aldi.

Dengan cepat tangan Bu Diana menarik kasar tas di tangan Meisa.

"Bu, tas saya mau di apakan?"

"Lepaskan tas kamu! Saya akan mengambil apa yang seharusnya menjadi hak saya." pekik Bu Diana.

Ia meraih ponsel Meisa dan mengetik nomor rekeningnya kemudian meminta Meisa menyebut sandi mbangking di ponselnya.

"Bu, saya mohon itu gaji saya untuk biaya keluarga saya." tutur Meisa dengan wajah sedihnya.

"Kamu selama ini sudah banyak memakai uang suami saya, sekarang saya meminta ganti!" hardik Bu Diana.

Mau tidak mau Meisa pun mentransfer seluruh gajinya bulan itu juga pada rekening Bu Diana.

Setelah puas, wanita itu pergi meninggalkan semuanya yang masih berdiri menatap kepergiannya dengan sebuah mobil sport mewahnya.

Meisa yang menangis hanya melangkah dengan lemas ke tempat kerjanya tanpa bicara apa pun.

Aldi yang tidak tega, segera menyusul Meisa ke tempat kerjanya. Sebelum itu, ia membubarkan terlebih dulu para pekerja yang berdiri dengan asyiknya bergosip.

"Apa yang kalian lihat? Cepat kerja!" Suara Aldi begitu tegasnya.

"Mei, jangan khawatir kamu akan saya berikan pengganti uang tadi." ucap Aldi.

Meisa menggelengkan kepalanya, "Tidak Pak Aldi, tidak perlu saya bisa mencari uang tambahan di luar setelah pulang kerja." ucap Meisa menolak.

Dengan cepat Aldi menyodorkan amplop yang berisi uang dan segera pergi meninggalkan Meisa ke tempat kerjanya.

"Apa yang harus ku lakukan? Apa aku menerima pernikahan itu demi pekerjaanku dan demi fitnah yang Bu Diana tuduhkan padaku? Aku juga tidak ingin di pandang buruk seperti itu." gumam Meisa meneteskan air matanya ia sama sekali tidak bisa fokus bekerja saat ini.

Terpopuler

Comments

Adriani Laeke

Adriani Laeke

bank apa tuh... benar2 lucu. di luar logika.

2021-07-10

0

Sugiati

Sugiati

sedih thor, aq paling tau rasanya seperti apa jadi seperti meisa.

2021-03-19

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1. Di Fitnah
2 Chapter 2. Pernikahan
3 Chapter 3. Meragukan
4 Chapter 4. Penyiksaan
5 Chapter 5. Meisa Pergi
6 Chapter 6. Kontrak Kerja
7 Chapter 7. Pak Fajar Syok
8 Chapter 8. Meisa Ke Rumah Sakit
9 Chapter 9. Meisa Berjanji Pada Ayahnya
10 Chapter 10. Hari Pemakaman
11 Chapter 11. Tinggal di Rumah sakit
12 Chapter 12. Melampiaskan Kerinduan
13 Chapter 13. Kecemburuan
14 Chapter 14. Aditya Sadar
15 Chapter 15. Hari Kepulangan
16 Chapter 16. Kepulangan Meisa.
17 Chapter 17. Diamnya Bimo
18 Chapter 18. Kemaraham Bimo
19 Chapter 19. Perlawanan Bimo
20 Chapter 20. Aldi Menutupinya
21 Chapter 21. Hari Bahagia
22 Chapter 22. Persetujuan Kedua Orangtua
23 Chapter 23. Akankah Rumah Tangga Yang Tidak Harmonis Masih Bisa Di Pertahankan?
24 Chapter 24. Pulang Terlambat
25 Chapter 25. Malam Kelam
26 Chapter 26. Sarapan Bersama
27 Chapter 27. Doa Seorang Istri
28 Chapter 28. Pertemuan
29 Chapter 29. Rencana Bu Nirmala
30 Chapter 30. Kelancangan Rere
31 Chapter 31. Tangis Meisa Pecah
32 Chapter 32. Jangan Sia-siakan Kepercayaan Ku
33 Chapter 33. Kehadiran Mertua
34 Chapter 34. Kemarahan Bu Nirmala
35 Chapter 35. Mulai Lelah
36 Bonus Visual
37 Chapter 36. Demi Pernikahan Dan Demi Anak Kita, Aku Akan Berjuang
38 Chapter 37. Kepulangan Yang Disambut
39 Chapter 38. Kegaduhan Mertua
40 Chapter 39. Kejujuran Yang Menyakitkan
41 Chapter 40. Kehangatan
42 Chapter 41. Kendali Berada Di Tangan Mertua
43 Chapter 42. Kedua Kamar Yang Berbeda, Hangat dan Panas
44 Chapter 43. Kecerdikan Meisa
45 Chapter 44. Siasat Rere
46 Chapter 45. Suasana Romantis
47 Chapter 46. Pertemuan Dengan Naina
48 Chapter 47. Calon Istri Aditya
49 Chapter 48. Korban Perselingkuhan
50 Chapter 49. Rencana Diana
51 Chapter 50. Baju Kekecilan
52 Chapter 51. Bersiap Jalan Bersama
53 Chapter 52. Kemenangan Berpihak Pada Meisa
54 Chapter 53. Perdebatan Kedua Istri
55 Chapter 54. Bertemu
56 Chapter 55. Dua Gelang Cinta
57 Chapter 56. Kehangatan
58 Chapter 57. Keputusan Meisa
59 Chapter 58. Cinta Yang Membutakan
60 Chapter 59. Memaafkan Bukan Berarti Mampu Menerima Kesalahan
61 Chapter 60. Talak
62 Chapter 61. Menitih Karir
63 Chapter 62. Pertahankan Cintamu
64 Chapter 63. Mirisnya Hidup Berdiri Sendiri
65 Chapter 64. Menutup Celah Pada Siapa Pun
66 Chapter 65. Ketika Hati Berkhianat Pada Tubuh
67 Chapter 66. Kedatangan Dua Pria Di Pagi Hari
68 Chapter 67. Pengusiran
69 Chapter 68. Menolak Bantuan
70 Chapter 69. Penegasan
71 Chapter 70. Lampu Hijau
72 Chapter 71. Keridhoan Istri
73 Chapter 72. Hasil Dari Usaha
74 Chapter 73. Manisnya!
75 Chapter 74. Mantan Kekasihnya
76 Chapter 75. Menantu Jujur
77 Chapter 76. Tak Seberuntung Aldi
78 Chapter 77. Pejuang Kasih Sayang Orang Tua
79 Chapter 78. Mengenang Kehangatan
80 Chapter 79. Peri Kecil Yang Malang
81 Chapter 80. Keanehan Diana
82 Chapter 81. Pertemuan Kembali Dengan Mertua
83 Chapter 82. Hasil USG
84 Chapter 83. Bertahanlah Untuk Hal Yang Membahagiakan, Karena Hidup Itu Singkat
85 Chapter 84. Ketakutan Aldi
86 Chapter 85. Dua Ibu Yang Antusias
87 Chapter 86. Rumah Sakit
88 Chapter 87. Persalinan Dan Kehamilan
89 Chapter 88. Pengakuan Rere
90 Chapter 89. Malaikat Yang Terabaikan
91 Pengumuman
92 Chapter 90. Kembalinya Bu Nirmala
93 Chapter 91. Ketakutan Aldi
94 Chapter 92. Momen Yang Ku Impikan
95 Chapter 93. Syukuran
96 Chapter 94. Pertemuan Kembali
97 Chapter 95. Suasana Panas
98 Chapter 96. Usaha Meluluhkan Hati Ibu
99 Chapter 97. Tiga Tahun Berlalu
100 Chapter 98. Acara Pernikahan Dua Generasi
101 Chapter 99. Kedatangan Dion
102 Chapter 100. Sisi Lain Ralin
103 Chapter 101. Kamar Ralin
104 Chapter 102. Adegan Dalam Air
105 Chapter 103. Terbongkarnya Masa Lalu Yang Tertutup Rapat
106 Chapter 104. Kedatangan Mertua
107 Chapter 105. Alzheimer
108 Chapter 106. Rere Semakin Kacau
109 Chapter 107. Happy Birthday Ralin
110 Chapter 108. Kado Untuk Bidadari
111 Chapter 109. Kedatangan Tamu Pagi
112 Chapter 110. Kepergian Rere
113 Chapter 111. Penolakan Aldiva Pada Aldi
114 Chapter 112. Semangat Baru Untuk Ale
115 Chapter 113. Penyesalan
116 Chapter 114. Hamil
117 Chapter 115. Uncle Duda
118 Chapter 116. Usaha Ralin
119 Chapter 117. Menyerahnya Bimo
120 Chapter 118. Selembar Surat Cerminan Ketulusan Cinta Yang Abadi
121 Chapter 119. Berhasilkah Ale?
122 Chapter 120. Happy Birthday Aldiva
123 Chapter 121. Bolehkah Aku Egois?
124 Chapter 122. Kemarahan Sang Anak
125 Chapter 123. Kepulangan Bimo
126 Chapter 124. Seharusnya Aku Yang Meminta Maaf
127 Chapter 125. Tidak Baik Menolak Ajakan Suami
128 Chapter 126. Style Ala Ralin
129 Chapter 127. Perdamaian Dua Wanita
130 Chapter 128. Kekecewaan
131 Chapter 129. Kesepakatan Mencintai
132 Chapter 130. Papah Ale
133 Chapter 131. Kebanggan Sang Papah
134 Chapter 132. Kontak "Sang Pujaan"
135 Chapter 133. Merawat Sang Istri
136 Chapter 134. Penantian
137 Chapter 135. Tante Lia Amelia
138 Chapter 136. The End
Episodes

Updated 138 Episodes

1
Chapter 1. Di Fitnah
2
Chapter 2. Pernikahan
3
Chapter 3. Meragukan
4
Chapter 4. Penyiksaan
5
Chapter 5. Meisa Pergi
6
Chapter 6. Kontrak Kerja
7
Chapter 7. Pak Fajar Syok
8
Chapter 8. Meisa Ke Rumah Sakit
9
Chapter 9. Meisa Berjanji Pada Ayahnya
10
Chapter 10. Hari Pemakaman
11
Chapter 11. Tinggal di Rumah sakit
12
Chapter 12. Melampiaskan Kerinduan
13
Chapter 13. Kecemburuan
14
Chapter 14. Aditya Sadar
15
Chapter 15. Hari Kepulangan
16
Chapter 16. Kepulangan Meisa.
17
Chapter 17. Diamnya Bimo
18
Chapter 18. Kemaraham Bimo
19
Chapter 19. Perlawanan Bimo
20
Chapter 20. Aldi Menutupinya
21
Chapter 21. Hari Bahagia
22
Chapter 22. Persetujuan Kedua Orangtua
23
Chapter 23. Akankah Rumah Tangga Yang Tidak Harmonis Masih Bisa Di Pertahankan?
24
Chapter 24. Pulang Terlambat
25
Chapter 25. Malam Kelam
26
Chapter 26. Sarapan Bersama
27
Chapter 27. Doa Seorang Istri
28
Chapter 28. Pertemuan
29
Chapter 29. Rencana Bu Nirmala
30
Chapter 30. Kelancangan Rere
31
Chapter 31. Tangis Meisa Pecah
32
Chapter 32. Jangan Sia-siakan Kepercayaan Ku
33
Chapter 33. Kehadiran Mertua
34
Chapter 34. Kemarahan Bu Nirmala
35
Chapter 35. Mulai Lelah
36
Bonus Visual
37
Chapter 36. Demi Pernikahan Dan Demi Anak Kita, Aku Akan Berjuang
38
Chapter 37. Kepulangan Yang Disambut
39
Chapter 38. Kegaduhan Mertua
40
Chapter 39. Kejujuran Yang Menyakitkan
41
Chapter 40. Kehangatan
42
Chapter 41. Kendali Berada Di Tangan Mertua
43
Chapter 42. Kedua Kamar Yang Berbeda, Hangat dan Panas
44
Chapter 43. Kecerdikan Meisa
45
Chapter 44. Siasat Rere
46
Chapter 45. Suasana Romantis
47
Chapter 46. Pertemuan Dengan Naina
48
Chapter 47. Calon Istri Aditya
49
Chapter 48. Korban Perselingkuhan
50
Chapter 49. Rencana Diana
51
Chapter 50. Baju Kekecilan
52
Chapter 51. Bersiap Jalan Bersama
53
Chapter 52. Kemenangan Berpihak Pada Meisa
54
Chapter 53. Perdebatan Kedua Istri
55
Chapter 54. Bertemu
56
Chapter 55. Dua Gelang Cinta
57
Chapter 56. Kehangatan
58
Chapter 57. Keputusan Meisa
59
Chapter 58. Cinta Yang Membutakan
60
Chapter 59. Memaafkan Bukan Berarti Mampu Menerima Kesalahan
61
Chapter 60. Talak
62
Chapter 61. Menitih Karir
63
Chapter 62. Pertahankan Cintamu
64
Chapter 63. Mirisnya Hidup Berdiri Sendiri
65
Chapter 64. Menutup Celah Pada Siapa Pun
66
Chapter 65. Ketika Hati Berkhianat Pada Tubuh
67
Chapter 66. Kedatangan Dua Pria Di Pagi Hari
68
Chapter 67. Pengusiran
69
Chapter 68. Menolak Bantuan
70
Chapter 69. Penegasan
71
Chapter 70. Lampu Hijau
72
Chapter 71. Keridhoan Istri
73
Chapter 72. Hasil Dari Usaha
74
Chapter 73. Manisnya!
75
Chapter 74. Mantan Kekasihnya
76
Chapter 75. Menantu Jujur
77
Chapter 76. Tak Seberuntung Aldi
78
Chapter 77. Pejuang Kasih Sayang Orang Tua
79
Chapter 78. Mengenang Kehangatan
80
Chapter 79. Peri Kecil Yang Malang
81
Chapter 80. Keanehan Diana
82
Chapter 81. Pertemuan Kembali Dengan Mertua
83
Chapter 82. Hasil USG
84
Chapter 83. Bertahanlah Untuk Hal Yang Membahagiakan, Karena Hidup Itu Singkat
85
Chapter 84. Ketakutan Aldi
86
Chapter 85. Dua Ibu Yang Antusias
87
Chapter 86. Rumah Sakit
88
Chapter 87. Persalinan Dan Kehamilan
89
Chapter 88. Pengakuan Rere
90
Chapter 89. Malaikat Yang Terabaikan
91
Pengumuman
92
Chapter 90. Kembalinya Bu Nirmala
93
Chapter 91. Ketakutan Aldi
94
Chapter 92. Momen Yang Ku Impikan
95
Chapter 93. Syukuran
96
Chapter 94. Pertemuan Kembali
97
Chapter 95. Suasana Panas
98
Chapter 96. Usaha Meluluhkan Hati Ibu
99
Chapter 97. Tiga Tahun Berlalu
100
Chapter 98. Acara Pernikahan Dua Generasi
101
Chapter 99. Kedatangan Dion
102
Chapter 100. Sisi Lain Ralin
103
Chapter 101. Kamar Ralin
104
Chapter 102. Adegan Dalam Air
105
Chapter 103. Terbongkarnya Masa Lalu Yang Tertutup Rapat
106
Chapter 104. Kedatangan Mertua
107
Chapter 105. Alzheimer
108
Chapter 106. Rere Semakin Kacau
109
Chapter 107. Happy Birthday Ralin
110
Chapter 108. Kado Untuk Bidadari
111
Chapter 109. Kedatangan Tamu Pagi
112
Chapter 110. Kepergian Rere
113
Chapter 111. Penolakan Aldiva Pada Aldi
114
Chapter 112. Semangat Baru Untuk Ale
115
Chapter 113. Penyesalan
116
Chapter 114. Hamil
117
Chapter 115. Uncle Duda
118
Chapter 116. Usaha Ralin
119
Chapter 117. Menyerahnya Bimo
120
Chapter 118. Selembar Surat Cerminan Ketulusan Cinta Yang Abadi
121
Chapter 119. Berhasilkah Ale?
122
Chapter 120. Happy Birthday Aldiva
123
Chapter 121. Bolehkah Aku Egois?
124
Chapter 122. Kemarahan Sang Anak
125
Chapter 123. Kepulangan Bimo
126
Chapter 124. Seharusnya Aku Yang Meminta Maaf
127
Chapter 125. Tidak Baik Menolak Ajakan Suami
128
Chapter 126. Style Ala Ralin
129
Chapter 127. Perdamaian Dua Wanita
130
Chapter 128. Kekecewaan
131
Chapter 129. Kesepakatan Mencintai
132
Chapter 130. Papah Ale
133
Chapter 131. Kebanggan Sang Papah
134
Chapter 132. Kontak "Sang Pujaan"
135
Chapter 133. Merawat Sang Istri
136
Chapter 134. Penantian
137
Chapter 135. Tante Lia Amelia
138
Chapter 136. The End

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!