Pagi ini Airin sudah menyiapkan semuanya. Mulai dari sarapan hingga baju untuk ke kantor bagi Arja. Airin masih diam tentang wanita semalam. Yang Airin inginkan saat ini hanya satu. Arja datang dan menjelaskan segalanya tentang itu.
"kamu marah padaku?" Arja langsung memelukku dari belakang.
"Tidak." Airin masih fokus dengan pekerjaannya saat ini. Bahkan dia tidak melirik sedikitpun pada Arja.
"Ayolah. Dia hanya seorang teman." Arja mendekat dan langsung memeluk tubuh Airin.
Airin berbalik badan menghadap Arja dan menangkup wajah Arja dengan tangannya. "Sudah aku katakan aku tidak marah padamu," Airin langsung melepaskan pelukanya.
"Kalau tidak marah cium aku," dengan kata-kata menggoda ala Arja.
"Gombal."
Aku meletakan celemekku dan akan membersihkan diri sampai Arja kembali memelukku. Marah, jelas saja Airin marah. Hanya kepekaan Arja yang diperlukan disaat seperti ini.
"Apa lagi?" kali ini pertanyaan Airin terlihat cuek.
"Kamu benar-benar tidak ingin menciumku?" tanya Arja.
Airin tidak menjawab. Kenapa semakin Arja menggoda, hatinya terasa lemah. Airin ingin memaafkan Arja saat itu juga.
"Aku akan mandi sekarang," kata Airin dan meninggalkan Arja sendirian disana.
"Aku tunggu." Seru Arja dari luar.
Arja merasa dia salah, tapi melihat keadaan Airin yang baik-baik saja membuat Arja diam. Dia enggan meminta maaf.
*****
Tok. tok. tok.
Airin yang sedang membaca buku merasa sedikit terganggu. Dengan enggan, Airin meletakan bukunya dan berjalan kearah pintu.
"Siapa?" tanya Airin begitu membuka pintu.
"Ini aku," ucap Sela.
Sela langsung memeluk Airin dan memberikan sebuah bungkusan padanya. Airin mempersilahkan Sela masuk dan duduk di sofa tamu.
"Kenapa repot bawa bungkusan segala. Kau kerja untuk paman dan tante. Jangan boros."
"Kau tenang saja."
"Kau ini."
Sela duduk dan melihat kesekeliling. "Dimana Arja?" tanya Sela.
"Dia sedang di kantor."
Sela terlihat sedang bahagia. Setelah meletakan bingkisan itu. Airin masuk untuk membuatkan teh dan membawa beberapa kudapan kecil.
"Kamu selalu sendirian di rumah?" tanya Sela yang melihat Airin membawakan minuman sendiri.
"Ya."
"Apa nggak bosan? Mau jalan-jalan?" tawar Sela.
"Sebentar lagi Arja pulang. nggak enak kalau aku keluar." Aku mengambil gelas kosong Sela. "Mau aku ambilkan minuman lagi?"
"Nggak. Aku harus segera pergi," Sela mengambil tasnya dan bergegas pergi.
"Kenapa hanya sebentar. Tunggulah sampai Arja pulang dulu," kata Airin dengan senyuman.
"Aku masih malu dengan kakakku itu," kata Sela dengan tawa renyah.
"Baiklah. Hati-hati di jalan."
Bagi Airin, jam di rumah ini tidak begerak jika dia sedang sendiri. Kadang, ada rasa bosan yang menghampiri. Bagaimana tidak, Airin selalu sendiri.
"Andai saja ada suara tangis bayi di rumah ini. Aku pasti tidak akan kesepian," lirih Airin.
*****
"Arja. Aku di rumah hanya sendirian. Lama-lama aku bisa bosan disini," keluh Airin pada Arja.
"Apakita cari pembantu aja. Biar kamu nggak sendiri terus."
"Aku kan masih bisa ngerjain pekerjaan rumah sendiri. Kenapa harus pembantu?" tanya Airin.
Arja meninggalkan laptopnya dan pindah duduk disamping Airin. Entah apa yang diinginkan istrinya itu. Apakah sebuah kebebasan?
"Trus mau kamu apa?" kali ini Arja cukup peka bagi seorang Airin.
"Gimana kalau aku cari kerja. Sembari kerja, aku juga bisa punya teman."
"Kerja?" Arja langsung memasang wajah kagetnya.
Airin menganggukan kepalanya.
"Kerja apa?"
"Terserah kamu aja," kata Airin.
Airin memang ingin sebuah kebebasan. Hanya saja, dia juga sadar kalau dia sudah menjadi istri seseorang. Dia akan tetap memuliakan suaminya itu.
"Besok aku cariin. Sekarang kita istirahat dulu aja." Arja langsung merebahkan dirinya dikasur.
Beberapa kali Arja menepuk-nepukan tanganya di kasur. Sebenarnya dia meminta Airin untuk berbaring juga. Kali ini Airin menolak.
"Kamu tidur duluan saja. Aku belum ngantuk." Airin menganbil sebuah buku dari atas nakas. Kemudian, dia mulai membaca.
"Baiklah. Jangan kemalaman," kata Arja pada Airin.
*****
"Airin. bangun Airin." Arja menepuk-nepuk pipiku.
Airin mengerjap-ngerjapkan matanya. Sorot mentari membuat mata yang baru saja dibuka kembali tertutup.
"Maaf, aku kesiangan."
Dengan sigap Airin bangun dan loncat dari tempat tidur. Untung saja Arja cepat menangkap tubuh itu. Jika tidak, Airin mungkin akan jatuh menimpa meja.
"Jangan ceroboh. Aku sudah siapin sarapan. Aku pergi ke kantor dulu," cup. Sebuah kecupan mendarat di kening Airin pagi ini.
"Maafin aku," kata Airin dengan penuh penyesalan.
Airin menyalahkan dirinya sendiri. Jika semalam tidur lebih awal. Dia tidak akan kesiangan. Airin bahkan membuat Arja memasak sendiri.
*****
Rrrriiinnggg...Rrriinggg...
"Hallo," ucap Airin saat mengangkat telfon.
"Dengan ibu Airin?" tanya seorang wanita dengan suara yang sangat lembut.
"Iya benar."
"Selamat bu. Anda diterima diperusahaan kami......"
Airin hanya bisa diam mendengarkan apa yang dibicarakan wanita dalam telfon. Keinginanya langsung tercapai, Arja benar menepati janjinya saat ini.
"*lBu. bu Airin." Panggil wanita diseberang telfon.
"I..iya saya masih disini."
"Sudah jelaskan bu. Besok ibu sudah bisa mulai kerja."
"Ya. Terima kasih," ucap Airin.
Arja berhasil membuat Airin terpukau. Airin mencoba meyakinkan dirinya sendiri agar tidak curiga pada suaminya itu. Arja sangat pengertian padanya.
Airin mengambil ponsel jadulnya. Dia mengetikan beberapa kalimat disana. Tentunya kalimat terima kasih bagi suami tercintanya.
Tidak ada rasa bosan lagi yang akan membuat Airin galau. Dia akan bekerja dan mencari teman sebanyak-banyaknya.
Terima kasih. Aku sangat mencintaimu.
Lima menit kemudian.
sama-sama.
Airin merasa harus membalas kebaikan suaminya itu.
aku akan membawakan makan siang untukmu. ok
Dengan cekatan Airin memotong-motong bahan makanan. Dia juga menyiapkan dengan penuh ketelatenan. Dia tidak mau, suaminya merasa lapar di siang ini.
Semuanya sudah siap. Airin juga berdandan rapi untuk pergi ke kantor suaminya itu. Dengan taxsi, dia bisa cepat sampai kesana.
"Ke Media Ark pak," kata Airin pada sopir taxsi itu.
"Baik, bu."
Sampai di kantor Arja, Airin turun dan memberikan ongkos pada sopir itu. Dia menghela nafas lega. Baru kali ini dia keluar untuk ke kantor suaminya. Tetap saja, Airin belum tahu siapa keluarga suaminya itu.
"Kamu benar datang Rin?" tanya Arja dengan wajah senang saat Airin masuk.
"Tentu. Aku tidak ingin kau kelaparan."
"Kamu memang semakin pintar Rin." Arja memgambil kotak bekal itu dan langsung membukanya.
"Kamu memasak semua ini?" tanya Arja.
Airin hanya mengangguk.
"Mau ikut makan? ini sangat banyak untukku."
"Tidak. Aku sudah makan di rumah."
Airin menyiapkan semuanya di meja. Dia juga mengambilkan air minum untuk suaminya itu.
"Tau nggak Rin?" Arja menyuapkan sepotong daging, "perubahan kamu membuat aku tenang. Aku jadi yakin jika kamu bukan wanita lemah."
"Jangan ngomong dulu. Nanti keselek."
Airin tidak menyangka. Selama ini, Arja menyangka jika dirinya lemah. Dia tidak seperti wanita lain. Mungkin, karena sikap Airin yang speerti itu-itu saja.
"Kamu udah mau pulang?" tanya Arja.
"Sudah. Aku kan kesini hanya membawakan makan siang," kata Airin.
"Terima kasih, Sayang. Oh ya, nanti jangan menungguku pulang. Kemungkinan aku lembur hari ini."
"Ya."
"Tunggu," Arja menahan tangan Airin saat akan keluar, "Ini ponsel baru untuk kamu. Yang lama di buang saja."
"Terima kasih," ucap Airin dengan malu-malu.
"Kalau begitu. Kamu pulang diantar sama sopirku saja. Dia menunggumu di bawah."
"Sekali lagi terima kasih."
"Ya, hati-hati di jalan."
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 96 Episodes
Comments
❤
Next. . ..
2020-07-16
1