atensiku teralihkan saat alvia berbisik di dekat telingaku dengan berkata "Udah lama nunggunya?" dengan kedua tangan kekarnya memeluk ku dari belakang. Membuatku sedikit terperanjak dengan nafasnya yang menyapu leherku yang tidak tertutupi gerai rambutku.
"15 menit" ucapku melirik jam yang melingkar di pergelangan tanganku. Berusaha ku bebaskan pinggangku dari pelukannya.
namun, tindakanku tak menyurutkan niatnya, dia kemudian mencium lembut pucuk kepala seraya berkata "maaf" dengan pelan. segera Alvian mendudukkan diri pada kursi yang behadapan dengan tempaku terduduk. Menyodorkan buket mawar merah dengan senyumnya yang terlukis indah.
Dengan malas ku raih buket pemberiannya meletakkannya bersama sling bag pada kursi di sampingku.
"Kamu mau pesan apa?" Tanyaku membuka buku menu yang di berikan pelayan padaku.
dengan senyumnya yang tidak pernah hilang dari bibirnya dia memintaku untuk memesan makanan yang menjadi favoritnya saat kami makan di restoran itu. Membuatku ikut tersenyum menatap wajahnya yang teduh.
"bagaimana kerjaan kamu di kantor?" Tanya alvian membuka percakapan setelah makanan sudah tersaji di atas meja.
"Seperti biasa, nggak ada yang spesial" jawabku singkat memandangi ponselku, membaca beberapa pesan dari atasanku. Kemudian menyimpan kembali benda pipih tersebut ke dalam sling bag.
"tadi mama nanya tentang persiapan kita" ucap Alvian memotong daging steaknya, ku pandangi wajahnya berusaha mencari gambaran perasaannya di sana.
"lalu kamu bilang apa?" tanyaku menautkan kedua alisku, penasaran dengan jawaban yang akan dia berikan mengenai kesiapannya.
"yah aku bilang saja, kita belum nyiapin apa - apa. toh kita masih pada sibuk sama kerjaan masing - masing dan waktunya juga masih lama" jawab Alvian yang membuatku sedikit ternganga. Namun buru - buru aku berusaha menguasai ekspresiku sebelum dia menyadarinya.
"iya aku tahu" ucapku berusaha mengalihkan pandangannku pada piring di depanku. dengan penuh tenaga aku memotong kecil - kecil daging steak tersebut. Membuat suara gemerincik dari pisau yang beradu dengan piring.
Setelah makan malam yang tidak bisa kunikmati sedikitpun, Alvian langsung mengantar aku pulang kembali tanpa singgah ke tempat lain. kurasa Alvian juga menyadari perasaanku yang berubah - ubah, namun dia enggan menanyakan apapun.
Meski alvian anak dari pemilik perusahaan tempatnya bekerja tetapi dia tetap melakukan tanggung jawabnya. Bekerja dengan integritas dan disiplin dengan semua agendanya. Tanpa ingin mencampur baurkan urusan pribadi dengan urusan kantor. Hal inilah yang membuatku sangat mengagumi sosoknya.
"Kamu yakin nggak mau singgah dulu?" tawarku berusaha tersenyum, meski tahu alvian tidak akan mengiyakan ajakanku tapi tetap saja aku menawarkannya.
"lain kali yah sayang, soalnya aku masih ada berkas yang belum diperiksa" jawab alvian dengan nada santai. alvian memang sangat jarang singgah di apartemenku. dia selalu beralasan dengan kurang nyaman atau dengan memikirkan pandangan orang lain pada kami.
"aku langsung pulang yah" ucap alvian dengan senyum di sudut bibirnya.
"Yaudah, hati - hati di jalan" ucapku tersenyum melambai - lambaikan tanganku, berharap dia segera melajukan mobilnya.
"Kamu masuk dulu" ucap alvian kembali turun dari mobilnya kemudian mencium sejenak keningku.
"Yakin nih aku masuk duluan" tanyaku menunjuk ke arah pintu masuk yang dijawab anggukan singkat alvian.
"Jangan lupa Mimpi in aku yah?" Teriak alvian sebelum aku sampai di pintu masuk. Dengan refleks gue menoleh menatapnya kembali melambaikan tangan ke arahnya.
Sedangkan alvian yang sedang bersandar di pintu mobil hanya tersenyum manis padaku. kemudian ikut melambaikan tangan padaku sebelum aku benar - benar masuk ke dalam pintu tersebut.
Setelah sampai di apartemen kecil ku yang tidak terlalu mewah namun sangat nyaman bagiku. langsung ku rebahkan raga ini keatas sofa kembali mengecek ponselku, sebelum bergegas membersihkan tubuh ini.
Setelah terlelap beberapa jam bunyi alarm membangunkanku. kulirik jam di atas nakas yang menunjukkan pukul 4.00 pagi.
Segera ku raih benda pipi yang tergeletak bersampingan dengan jam. seperti kebiasaan orang pada umumnya, aku membuka layarnya yang menampakkan fotoku bersama alvian dengan senyum yang menghiasi wajah kami.
Segera kucari kontak yang biasa kuhubungi sebelum beranjak dari tempat tidur.
"Pagi sayang, udah bangun" ucapnya dari seberang sana dengan suara yang sedikit serak.
"hmm baru bangun, bagaimana kabar kamu" ucapku masih setengah menguap dan menyandarkan tubuhku pada sandaran tempat tidur.
"Baik sayang. Bahkan sangat baik setelah mendengar suaramu" ucap alvian sedikit terkekeh, membuatku tersipu sendiri.
"Gombal" ungkapku menetralkan udara sekitar yang terasa memanas.
"Benaran sayang. Jika saja waktu empat bulan cepat berlalu, aku pasti menjadi orang yang sangat bahagia tiap paginya" rancaunya dengan suara nafas yang berat membuat khayalanku ikut berandai - andai.
"setelah empat bulan kedepan, sebelum tidur aku akan menatap wajahmu dan Setiap bangun tidur wajahmu yang tersenyum yang akan pertama kulihat" ucapnya yang membuat jantungku semakin berdegup kencang.
"Hmmm rindu yah? Gimana kalau nanti siang makan bareng" usulku berusaha menahan senyumnya yang sudah ikut terkembang.
"Nggak bisa sayang. hari ini sampai lusa jadwalku penuh, belum lagi minggu depan aku harus ke luar kota buat peresmian perusahaan cabang" ucapnya dengan tarikan nafas yang terdengar begitu jelas.
"jadi kita nggak akan bisa ketemu dalam waktu yang lama yah?" ucapku sedih mendengar begitu padatnya pekerjaan yang harus dia kerjakan.
"Kenapa bukan kak reno yang pergi ke peresmian?" Tanya ku lagi berusaha memberi masukan.
"Nggak bisa sayang reno kan juga punya kerjaan dan tugas lain di sini" ucapnya yang semakin membuat semangat pagiku berkurang melayang ke udara.
"Yaudah, kamu jaga kesehatan kamu yah aku mau siap - siap dulu" ucapku sebelum menutup sambungan telfon tersebut.
"iya sayang, aku juga baru mau siap - siap. sampai jumpa nanti" ucap alvian sebelum sambungan telepon benar - benar terputus.
Seperti pagi pada umumnya, aku akan membersihkan diri dulu kemudian menyiapkan sarapan untuk diri sendiri. membereskan sedikit apartemen ku sebelum aku meninggalkannya ke kantor. Dan berangkat pun ku lakukan sendiri menggunakan mobil yang diberikan perusahaan padaku.
Inilah enaknya tinggal sendiri nggak ada yang membuat kita repot. Apapun yang ingin kita lakukan bisa saja tanpa ada yang mengganggu.
Saat sedang menyetir membelah jalanan ibu kota. Tepat di lampu merah aku melihat interaksi dua muda mudi yang menyeberangi jalan dengan bergandengan tangan dan jangan lupa canda gurau mereka. Membuat hatiku iri saja. Meski sudah lama pacaran dengan alvian tapi kami hampir tidak pernah lagi pergi dengan sebebas itu, setelah kami sama - sama memiliki pekerjaan tetap. mungkin hal itu juga yang membuat banyak orang nggak tahu hubungan kami. Hanya orang - orang terdekat dan teman perkuliahan yang tahu tentang hubungan kami. Cukup menguras kesabaran memiliki hubungan yang seperti ini tapi entah mengapa aku tetap saja bertahan dengan keadaan ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments