Jodohku
Hai namaku sherly kalandra, orang - orang biasa memanggil aku dengan sebutan sherly. aku seorang gadis yang terlahir dari keluarga sederhana. namun memiliki tekad, kedisiplinan serta kerja keras yang sudah mendarah daging dalam keluargaku. aku tinggal di ibu kota berharap bisa memperbaiki taraf hidup yang ku bawa sejak dilahirkan ke dunia.
Sejak lulus SMA aku sudah menjadi anak piatu, mama yang selalu ada dan setia rawat aku dari kecil. nyatanya secara diam - diam memendam sendiri penyakitnya. Setiap hari mama akan selalu tersenyum untuk menyembunyikan rasa sakit yang menggerogoti tubuhnya. Dan hal itu yang membuat aku merasa sangat bersalah dan membuat aku terkadang merasa gagal menjadi anak yang baik. kesehatanku sempat drop beberapa bulan bahkan mentalku sedikit terganggu dengan kepergian mama.
Nyatanya Tuhan masih menyayangi diriku. Dia menghadirkan adik mama yang berusaha membantuku keluar dari masalahku dengan tetap berada di sisiku menguatkanku dan selalu memberiku motivasi untuk tetap bertahan hidup. dia juga yang mendorongku untuk mengambil kesempatan beasiswa yang aku dapat. Hingga akhirnya aku melanjutkan studi di luar kota, tempatku menetap sekarang.
Derrt derrt derrt
Dering ponsel yang membuyarkan lamunanku dengan layar bertuliskan 'Alvian' panggilan suara yang membuat senyumku terlukis indah.
"Hallo, sayang dimana?" Tanyaku memandang keluar kafe berusaha mencari sosoknya yang tidak kunjung datang menemuiku sesuai janji yang kami sepakati.
"sayang maaf yah!" ucapnya dengan suara khasnya yang berat dengan nada sedih. Membuatku sedikit khawatir mendengarnya. Kemudian terdengar suara perempuan yang mungkin sedang bersamanya saat ini.
"Kenapa?" Tanyaku dengan sedikit kecewa seakan sudah tahu apa yang akan dia katakan berikutnya.
"Aku ada meeting dadakan di kantor, nggak apa - apa bukan. Semisal pertemuannya kita undur dulu?" Tanya Alvian dari sebrang sana, dengan helaan nafas yang terdengar begitu berat.
"baiklah, jika kamu sudah ada waktu kabari aku" jawabku berusaha meredam perasaan kecewa. Perasaan yang sering aku rasakan sejak setuju untuk terikat dengan Alvian dalam hubungan asmara.
"Nanti malam saja kita makan malam, bisakan?" ucapnya berusaha menghiburku
"baiklah" jawabku singkat
"Yaudah aku tutup dulu yah sayang" kata Alvian sebelum panggilan itu dia akhiri.
"dia yang buat janji! dia yang nggak datang gimana sih" geramku meletakkan posel ke atas meja dengan kasar. Mengedarkan pandangan ke segala arah berusaha menenangkan kembali perasaanku.
Setelah merasa cukup tenang, ku kemasi kembali barang - barang milikku ke dalam sling bag. segera kupanggil pelayan kafe untuk membayar minuman yang sudah menemaniku menunggu kedatangan Alvian. Sebelum meninggalkan kafe itu, aku menyempatkan berjalan ke arah toilet ingin menyegarkan diri dengan membasuh sedikit wajahku.
Aku dan Alvian sudah berpacaran sekitar 2 tahun lamanya. Awal kami bisa kenal saat mengikuti art event yang diadakan salah satu organisasi kampus. Dari event tersebut kami sering bertemu secara tidak sengaja meski jurusan berbeda. Kami sudah sepakat untuk melangsungkan pernikahan pada 5 bulan mendatang. meski keluarga kami belum mengetahui hal tersebut tapi kami yakin dengan rencana kami.
Sebuah mobil yang familiar berhenti di depanku saat aku menunggu taksi di depan kafe. setelah kaca mobil yang hitam diturunkan membuatku tercengang dengan pengemudinya. Pria dengan wajah tampan dan rahangnya tegasnya membuatku tertegun sekejap.
"butuh tumpangan?" ucap reno sedikit tersenyum dengan tatapan matanya yang selalu tajam membuatku kembali tersadar.
"Kakak darimana?" Tanyaku membuka pintu mobil dan mendudukkan diri di sampingnya.
"Habis ketemu teman, tumben kamu makan siang di luar?" kata reno kembali melajukan mobilnya bergabung dengan pengendara lain yang berlomba pada jalanan yang sedikit senggang.
"Tadi janjian sama vian, makan siang di kafe" kataku mengenakan sabuk pengaman dan menatapnya sekilas.
"kenapa nggak diantar sama vian?" Tanya reno mengerutkan keningnya. Memandang sekilas ke arahku.
"Dia nggak datang, katanya ada meeting dadakan di kantornya" kataku dengan nada sedikit rendah, ku tatap kembali kakak dari alvian, meski mereka sedikit mirip tetapi sikap mereka sangat berbanding terbalik.
"yang sabar yah, perusahaan memang sedang sibuk sekarang. Karena ada pembukaan cabang perusahaan di luar kota" jelas reno membuatku sedikit menghela nafas lega. Memikirkan kembali suara perempuan yang aku dengar saat telfonan dengan Alvian.
Tak ada percakapan lagi diantara kami setelahnya. Entahlah, tapi aku hanya sibuk dengan fikiranku yang sedang berperang dalam kepala kecilku.
"Kamu udah makan?" Tanya reno setelah menghentikan mobilnya di depan kantorku.
"Belum kak, tadi nggak jadi makan karena kelamaan nunggu Alvian" jawabku melepaskan kembali seat belt.
"kalau gitu, temani aku makan siang dulu yah?" ucap reno membuka mobilnya kemudian berjalan ke arah pintu yang hendak aku buka. Namun dia bergegas lebih dulu membukanya.
"Kakak nggak sibuk?" Tanyaku setelah duduk di salah satu kursi yang berhadapan dengannya.
"Sibuk sih!, tapi mumpung ada kesempatan keluar kantor. Mending dinikmati" jawabnya tersenyum mengambil buku menu untuk menentukan pesanannya.
"Kamu mau makan apa?" Tanya reno melihat ku setelah menggeser sedikit buku menu yang menghalangi pandangan kami.
"Sama in aja sama pesanan kakak" jawabku tanpa berniat melihat daftar menu.
"Ok, kamu tunggu disini dulu yah" pinta reno bergegas melangkah ke tempat memesan makanan.
"nggak papakan kalau kita siang bareng?" tanya reno di sela - sela makannya membuatku menghentikan kegiatanku.
"emang kenapa kak?" tanyaku balik berusaha memperjelas arah pertanyaannya yang tiba - tiba dia lontarkan.
"soalnya dari tadi kamu irit banget ngomongnya. nggak kayak biasanya" jelas reno tanpa mengalihkan pandangannya dari makanan di depannya.
"atau kamu kurang nyaman yah makan bareng aku?" tanya reno kembali membuatku sedikit merasa bersalah.
"nggak kok kak, memang lagi bad mood aja nunggu vian tadi ditambah lagi kerjaan di kantor yang ngak ada kelar - kelarnya" jelasku membuatnya menganggukkan pelan kepalanya.
Kadang aku sering bertanya pada diriku sendiri. Siapa sebenarnya yang menjadi kekasih ku adiknya (Alvian) atau kakaknya (Reno). Alvian memang mengikatku tapi entah takdir atau apalah itu reno selalu ada kala aku sedang kecewa dengan sikap alvian. Tapi aku tetap sadar seberapa dekat pun aku dengan reno itu semua hanya sebatas kakak dan adik. terlebih saat melihat cincin yang melingkar indah pada jari manis ini membuatku semakin meyakinkan perasaanku.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments