Jam pulang kantor sudah tiba, manusia yang sejak pagi menghuni gedung pencakar langit ini sudah mulai berkurang. Hanya tinggal beberapa orang saja yang masih tinggal, termasuk tim cleaning servis.
Ini pertama kalinya, Haura mendapatkan hukuman untuk membersihkan ruangan pemilik perusahaan. Pria yang dikabarkan memiliki ketampanan, di atas rata-rata.
"Hau ... kamu sendiri aja ya membersihkan ruangan pak Hiro," ucap Rani, salah satu kru cleaning servis yang harusnya ikut bertugas bersama Haura.
"Memangnya, Mbak Rani mau ke mana?"
"Anakku demam, aku harus segera membawanya periksa ke dokter. Tolong ya, Hau." Rani memperlihatkan wajah memelas nya.
"Ok, deh!" Haura segera pergi ke ruangan Hiro, sang pemilik perusahaan.
Dengan lift, Haura pergi ke ruangan pria yang katanya memiliki sejuta pesona itu. Haura berhenti sejenak di depan pintu ruangan Hiro. Disandarkannya alat pel itu di dinding, dan menata rambutnya yang ia kuncir kuda, agar rapi. Dia pun, mengusap-usap seragam kerja berwarna biru itu, agar tak terlihat lusuh.
Dengan menarik nafas panjang, Haura mencoba menenangkan dirinya sendiri. Mengatur nafasnya, karena jantungnya mulai berdegup tak wajar. Ia gugup, karena setelah sekian lama, ia akan bertemu dengan pria pujaan hatinya. Haura belum pernah sekali pun bertatap muka dengan atasan yang menjadi idola seluruh staf wanita di kantor itu. Haura hanya melihat wajah tampan pemilik perusahaan dari majalah bisnis di kantor tempat ia kerja.
Haura sangat senang, ketika dia mendapatkan hukuman lembur untuk membersikan ruangan pria yang ia sebut dengan sebutan 'My Prince' itu. Perlahan, Haura membuka pintu ruangan yang ia anggap istimewa, karena sudah sejak lama ia nanti-nantikan untuk bisa masuk dan membersihkan ruangan ini.
Sepi, tak ada pemilik ruangan ini saat Haura masuk. Raut wajah Haura langsung berubah kecewa, karena harapannya tak sesuai kenyataan. Padahal sebelumnya, ia sudah membayangkan adegan seperti dalam novel yang ia baca. Nampaknya, Tuhan belum mengijinkan Haura untuk bisa bertemu pangerannya.
Haura menatap ke seluruh ruangan, memperhatikan harus mulai dari mana ia akan bekerja. Meja lah yang menjadi tujuan pertamanya. Haura mulai merapikan berkas yang berantakan di atas meja, menata setiap hal yang ia anggap harus ditata.
"Jangan!" Teriak seseorang yang baru memasuki ruangan.
Kontan, Haura menghentikan aktifitasnya untuk membersihkan meja kerja atasannya itu.
"Biarkan seperti itu, saya masih akan bekerja," ucap pria yang wajahnya sering ia mimpikan, dialah Hiro Putra Buana.
Haura benar-benar terpesona dengan wajah tampan yang mulai berjalan ke arahnya. Tak ingin berkedip, karena Haura takut ilusi ini akan menghilang saat matanya menutup meski hanya sedetik saja.
"Kamu, bereskan yang lain saja. Biarkan meja saya tetap seperti ini." Hiro kembali bicara pada Haura yang masih saja terpesona, dengan tatapan anehnya.
"Maaf ...," ucap Hiro.
Tak ada pergerakan sama sekali dari gadis berseragam biru itu.
"Halo," ucap Hiro sekali lagi.
Namun, Haura masih saja bersikap bodoh. Hiro pun menjentikkan jarinya tepat di depan muka Haura, untuk menyadarkan gadis cleaning servis itu.
Berhasil, Haura pun menyadari sikap gilanya di depan atasannya ini.
"Apa kamu, sehat?" tanya Hiro ragu.
"I-iya, saya sehat, Pak." Haura gugup.
"Baguslah, kalau begitu bersihkan saja yang lainnya." Hiro menarik kursi kerjanya, yang membuat Haura harus menggeser tubuhnya.
Hiro, kembali memulai pekerjaannya. Sementara Haura masih diam terpaku di samping Hiro.
"Apa kamu akan menghabiskan waktu kerja mu dengan diam di situ?" Hiro tak nyaman dengan Haura yang tak bergerak dari tempatnya.
"Ma-maaf, Pak." Haura segera pergi dari tempatnya, dan mulai mengerjakan tugas lainnya. Haura memilih untuk mengelap kaca di ruangan Hiro. Meski begitu, pandangannya tak lepas dari pria yang mempesonanya itu. Hiro yang serius dengan laptopnya, nampak begitu keren di mata Haura.
Haura mengelus dadanya sendiri. "Ya Tuhan, dengan apa Engkau ciptakan manusia seperti ini, wajahnya sungguh menyilaukan mata," gumam Haura.
"Apa pekerjaan mu sudah selesai?" Hiro menyadari apa yang Haura lakukan, dari tadi gadis cleaning servis yang baru pertama kali ia lihat itu, tak henti-hentinya memperhatikannya. Hingga tak peduli dengan pekerjaannya.
"Ah ... iya, belum selesai, Pak," jawab Haura nyengir. Lalu kembali mengelap kaca.
Tadinya ingin fokus bekerja, namun kisah cinta di novel yang ia baca melintas di otaknya. Dengan gilanya, Haura melepas kancing kedua dari kemeja birunya. Berharap dilirik oleh atasannya ini.
Haura pun berdehem, memberi kode pada bosnya agar melihat ke arahnya. Kembali, nasib baik tak berpihak padanya, ketika ia berdehem, pintu ruang kerja sang atasan di buka oleh wanita cantik nan sexy. Tentu saja, fokus Hiro tertuju pada wanita anggun yang baru saja memasuki ruangannya.
"Sayang ...."
Mendengar ucapan manja sang wanita, Haura bergegas kembali mengancingkan kemejanya dan berpura-pura kembali bekerja. Tidak sepenuhnya bekerja, karena Haura masih saja melirik pada wanita yang baru saja masuk itu.
"Tumben kesini nggak kasih kabar," ucap Hiro menyambut kedatangan wanita itu.
Haura hanya bisa mencuri-curi pandang, dan menebak-nebak ada hubungan apa antara pangerannya dengan wanita yang baru datang ini.
Dengan tersenyum manis si wanita berambut blonde itu mendekat ke meja kerja Hiro. Berdiri tepat di samping kursi kerja Hiro, lalu duduk di pangkuan pria itu dengan manja.
Ruangan ber-AC ini tiba-tiba berubah suhunya, mungkin pemilik ruangan salah menyetelnya. Karena Haura merasakan kepanasan di sana. Haura mencuri pandang, pada wanita yang sedang bergelayut manja di atas pangkuan Hiro.
Dengan tertawa manja yang di buat-buat, si wanita itu mendekatkan wajahnya pada wajah tampan Hiro. Semakin dekat, hingga hidung mereka saling menyentuh.
"Aarghh!" Pekik Haura, sambil menutup mata saat adegan dewasa hampir saja ia lihat.
Si wanita terlonjak kaget, langsung berdiri dari pangkuan Hiro. Dia menatap marah pada Haura. "Siapa, kamu!" tanya wanita itu dengan keras.
"Sa-saya petugas kebersihan di sini," jawab Haura takut.
""Ngapain kamu di situ!"
"Sejak tadi saya di sini, Bu."
"Keluar kamu sekarang!" ucapnya memerintah.
"Tidak bisa, Bu. Saya sedang bertugas, saya bisa mendapat hukuman dari atasan saya," jawab Haura jujur.
"Saya atasan kamu di sini, sekarang pergi!" Bentaknya lagi.
"Maaf saya tidak bisa, saya akan selesaikan tugas saya dulu baru saya pergi." Tolak Haura keras kepala.
"Kamu keluar atau saya pecat kamu!"
"Anda tidak akan bisa memecat saya, karena anda bukan pemilik perusahaan ini." Haura masih saja ngeyel.
"Sudah lah, Mez. Tidak perlu seperti itu. Biarkan dia kembali bekerja."
"Sayang, kamu ____"
"Stttt, tidak usah di perpanjang."
"Kamu lanjutkan lagi kerjanya."
Haura mengangguk.
"Bukan di situ. Kamu bersihkan kamar mandi. Dan jangan keluar sebelum saya suruh keluar." Ucap si wanita.
Dengan berat hati, Haura menganggukkan kepalanya. Meninggalkan ruangan tempat di mana ia bisa mengagumi manusia yang begitu tampan di matanya, lalu menyeret kakinya ke kamar mandi.
Satu jam ... dua jam ... tiga jam. Sudah tiga jam Haura berada di dalam kamar mandi, tapi belum ada yang memanggilnya keluar. Ia sudah menyelesaikan semua tugasnya, mengepel lantai kamar mandi, membersihkan closet dan juga wastafel serta bath tube. Entah kenapa ada bath tube juga di kantor.
Ah ... mungkin si pemilik kantor ini sering tidak pulang, karenanya ada fasilitas bath tube juga. Haura duduk mendekam di dalam bath tube yang kering itu, saking lamanya ia bahkan sempat tertidur.
Suara gemericik air mengusik pendengarannya, di sibaknya tirai yang menutupi bath tube itu. Haura memekik keras dan spontan menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Bukan hanya Haura, pria yang Haura lihat sedang buang air kecil sama terkejutnya saat melihat Haura. Hingga mereka sama-sama berteriak.
"Aarrrggghhh." Teriak mereka berdua bersamaan.
"Sedang apa kamu di situ!" Teriak Hiro.
"Sa-saya, ____" Haura gugup dan takut untuk menjawab karena masih syok dengan apa yang ia lihat.
"Keluar kamu! Kamu saya pecat!!!" Teriak Hiro lagi.
"Ta-tapi, saya ___"
"Saya tidak butuh alasan kamu, pergi dan jangan pernah kembali lagi!" usir Hiro tanpa mau mendengar penjelasan Haura.
Dengan lemas, Haura bangkit dan berjalan meninggalkan pria pujaaanya sendiri di kamar mandi. Hiro menarik nafasnya dalam, menenangkan diri dari kejadian mengejutkan yang baru ia alami. Bisa-bisa nya ada yang mengintip saat ia sedang di kamar mandi.
Dan orang itu adalah karyawannya sendiri. Syok dan malu bercampur jadi satu hingga ia tak bisa berfikir jernih.
.
.
.
.
.
.
Tolong dukung karya ini ya ... dengan cara
👍Like
🖊️Komen
Dan vote juga.
Tengkyu❤️❤️❤️sayang hee
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 117 Episodes
Comments
Tini Laesabtini
Hiro ...itu nama cucuku thor
2023-11-13
1
Erni Fitriana
🤣🤣🤣🤣🤣konyol bin sengklek hauuuuuu
2023-11-09
1
Erni Fitriana
coba aku liat potonya hauuuu😁😁😁😁😁
2023-11-09
1