...4. Kejam dan Posesif...
Lima belas menit sebelum jam kerja dimulai, ia sudah duduk manis di bilik kubikelnya. Di sampingnya secangkir capuccino yang masih mengeluarkan asap tipis belum juga di sesapnya.
Hari ini ia akan menyerahkan hasil peliputan yang telah diperbaiki semalam. Rela lembur, pulang tengah malam dihadang hujan angin disertai banjir.
Mas Anton sudah beberapa hari menjalani sisa cuti, setelah serah terima tugas dilimpahkan padanya.
“Hei, ngelamun aja. Kopi lo udah dingin tuh.” Ujar Anisa jurnalis news yang ternyata sedari tadi berdiri di depan kubikelnya.
“Bukan ngelamun ... tapi lagi mikirin nasib ini nih,” Kirei mengangkat sebuah map snelhecter berwarna kuning.
“Widih, gitu amat laporan peliputan sampai buat tampang lo kusut kayak belum disetrika.” Seloroh Anisa.
“Iya nih. Nasib gue, Nis, ditentuin sama ini laporan.” Sanggahnya.
“Jangan dimasukkin dalam hati. Korlip kita emang gitu orangnya.”
“Maksudnya?” Ia pun berdiri.
Ia memang mendengar mas Aldiansyah galak dan kejam. Bahkan ia sudah mengalami sendiri perlakuan kemarin padanya.
Anisa terlihat menengok ke kanan dan ke kiri, takut kalau-kalau ada orang lain yang mendengar pembicaraannya.
“Dia galak dan posesif.” Lirih Anisa seraya memajukan kepalanya hingga melewati sekat.
“Kalo galak, gue tau. Tapi kalo posesif gue baru denger.” Balasnya juga sambil berbisik.
Anisa menyebik, “Posesif sama pacarnya. Tuh si sekertaris redaksi”
“Oh ... jadi ....“
“Ehemm ....!"
Tiba-tiba terdengar suara deheman. Hingga ia tidak melanjutkan ucapannya.
“News program bukan tempat ngegosip. Kalo mau nyinyir silakan pindah ke entertain." Tukas Aldi cadas dan pedas sebelum masuk ke dalam ruangannya yang memang tidak jauh dari bilik kubikel tempat kerja para staf jurnalis atau reporter news.
Kirei dan Anisa langsung terkesiap. Lalu buru-buru kembali ke bilik kerjanya masing-masing.
**
Tok...tok...tok
“Masuk.” Ucap suara dari dalam.
Ia masuk ke dalam ruangan Aldi. Melihat laki-laki itu tengah sibuk membaca sesuatu di meja tanpa melihat kedatangannya.
“Ini laporan yang sudah diperbaiki, Mas.” Kirei berucap sekaligus menyodorkan amplop cokelat di meja Aldi.
“Hemm,”
“Gak dilihat dulu, Mas. Misal masih ada yang salah saya langsung perbaiki lagi sekarang," tawarnya.
“Hemm, silakan keluar.”
WHAT!! Kalau bukan atasan gue, sudah tak bejek-bejek jadi sambal bawang buat makan siang! Umpatnya dalam hati.
Namun saat ia meraih ganggang pintu hendak keluar ruangan.
“Tunggu!” Serunya.
Ia pun berbalik badan menghadap Aldi yang masih menekuri beberapa berkas.
“Menurut absensi, hampir tiap hari senin kamu telat. Mungkin di divisi lain bisa mentolerir. Tapi tidak di divisi saya. Sekali lagi kamu telat, terpaksa saya ajukan surat peringatan. Lebih dari itu silakan keluar dari news program.” Tuturnya tanpa melihatnya.
“Sa-saya,”
“Hanya ada dua pilihan, continue or ... quit?!”
Sialan ... sialan ... sialan!!Huh! Ia mengumpat, menggerutu dalam hati sambil berjalan ke pantry. Tujuannya membuat kopi. Otaknya sudah mendidih, hatinya terbakar bara api.
Betul kata Devi dan Anisa. Aldi yang kejam. Gayanya sok-sokan. Sok otoriter. Sok profesional. Dia pikir cuma dia saja yang bisa begitu. Okay, deal! Dia jual aku pun bisa beli. Geramnya dalam hati.
Sayup-sayup ia mendengar suara dua orang wanita menuju pantry.
“Jadi beneran lo mau tunangan sama Aldi?” Tanya cewek berambut pendek.
“Iyalah, udah dua tahun berhubungan mau apa lagi coba?” Jawab cewek yang berambut panjang dengan pakaian yang ketat.
“Selamat deh. Orang-orang pasti pada ngiri sama kalian. Secara Aldi ponakan Pak Pimred, Lo anak petinggi di TVS. Wihh, heboh pasti ... nanti pas tunangan sama kawinan lo bisa live tayang kayak artis.”
Mereka tergelak, “Ha ha ha ....”
“Gue bikin kopi dulu buat Aldi, ya." Ujar si cewek yang berambut panjang.
Kirei yang mendengar obrolan mereka semakin tak nyaman, maka buru-buru ia keluar ruangan.
“Eh, Lo anak baru di news ‘kan?” Tanya cewek berambut panjang.
“Iya,” jawabnya.
“Lo, harus bangga punya korlip macam Aldi pacar gue. Tahun ini dia masuk lagi nominasi staf terbaik TVS. Jadi lo sebagai bawahan harus bantu dia biar jadi pemenangnya lagi.” Titahnya.
What!! Gila! What the hell!!
Umpatan, makian ia layangkan bertubi-tubi dalam hati. Demi apa coba dia sampai bilang seperti itu?!
“Gila tuh pasangan. Sama-sama kejam, pantesan berjodoh! Gue do’ain jodoh dunia akhirat, biar tidak ada lagi tersisa makhluk kayak kalian.” Gerutunya sepanjang langkah menuju meja kubikelnya.
**
Sore hari selepas jam kantor usai, ia dan Anisa pergi ke mall daerah Simpang Lima. Melepas penat akibat beban pekerjaan ditambah moodnya yang sedang hancur berantakan.
Setelah berkeliling dari satu etalase ke etalase yang lain tanpa menenteng satu pun barang belanjaan. Akhirnya mereka memilih beristirahat di salah satu food court.
“Gimana tadi, sukses laporan liputan, Lo?” Tanya Anisa di sela-sela mengunyah kwetiau goreng pesanannya.
“Ya gitu deh,” jawabnya asal, karena memang lagi kesal sama atasannya yang ia juluki makhluk aneh dan menyebalkan.
“Biar, gue tebak.” Sahut Anisa sambil memicingkan matanya.
“Lo dibuat kesel sama dia ....” Ucapnya sembari terkekeh-kekeh.
“Tau aja, Lo. Makhluk satu itu memang bener-bener deh. Buat mood gue langsung drop. Gak usah bahas, males bangeeeet!” tukasnya.
“Eitss, tapi kayaknya memang harus kita bahas sekarang." Suara Anisa tetiba memelan dan melirih.
“Lihat tuh, mereka datang,” dagu dan mata Anisa menunjuk arah kedatangan sepasang makhluk yang memang membuatnya alergi.
Sumpah!
“Ck, kenapa harus ketemu lagi sama tuh mahkluk?!” Ia berdecak sebal.
“Kalian berjodoh.”
“Cih,”
“Kayak tom dan jery, ha ha ha ....”
“Tuh, lihat betapa posesif korlip kita.”
Kirei melihat sekilas arah mereka. Aldi merengkuh pinggang Keisya posesif lalu mengecup kepala dan pipinya. Oh, sial! Di tempat umum seperti ini dia mempertontonkan adegan yang....
Buru-buru ia alihkan pandangannya ke arah lain. Beruntungnya mereka di pojokan, jauh dari sepasang makhluk sok itu.
Niatnya membuang lelah dan penat ambyar sudah. Dunia memang selebar daun kelor begitu sempit menghindari sepasang makhluk aneh ternyata harus berjumpa lagi dengannya. Poor me.
Spageti bolognese yang biasa ia santap habis karena salah satu menu favoritnya mendadak membuatnya tak berselera.
“Kenapa, gak enak ya?” Tanya Anisa saat melihatnya sudah menyorongkan piring spageti tak berniat lagi untuk menghabiskannya.
“Kenyang." Rajuknya.
“Kenyang atau kesal?” Ejeknya seraya mengulum senyum.
Ia mencebik, “Dua-duanya”
“Pulang, yuk!” ajaknya, melihat sepasang makhluk sok itu semakin keterlaluan saja. Bermesraan tidak tahu tempat.
“Yuk, ah. Kita berasa jadi stalker, yak.” ucap Anisa.
“Ogah gue! Emangnya dia Jungkook? Hyunjoong? Atau Lee Min Ho? Kalo itu gue mau jadi stalkernya.”
“Idihh, kalo itu gue mau juga jadi pacar kedua.”
“Ha ha ha,” mereka tergelak bersama.
Mereka berpisah di pintu utama mall karena arah pulang yang berlawanan. Anisa sudah menghilang bersama taksi pangkalan yang standby di depan mall. Sementara dirinya menunggu ojol yang baru dipesan beberapa menit lalu.
Setelah ditimbang dan ditimang ia akhirnya masuk ke salah satu gerai toko di lantai 1 sembari menunggu ojol pesanannya. Keluar gerai membawa sebuah paper bag belajaan yang menjual perlengkapan adventure. Ia membeli topi dan tas ransel di sana.
Namun nahas, saat ojolnya datang. Ia kembali melihat sepasang makhluk aneh tengah berangkulan posesif melewatinya.
Oh my god! Sial ... sial ... sial.
-
-
Terima kasih yang sudah mampir, membaca dan memberikan dukungan ya .... 🙏
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 120 Episodes
Comments
🌻nof🌻
anaknya kayak gimana ya?🤣🤣🤣
2024-12-09
0
🌻nof🌻
pityan deh you🤣
2024-12-09
0
💕febhy ajah💕
hahahahahaha kirei,,,,, kirei,,,,,,
klau berjodoh dunia akhirat bukannya habis malah bertambah bnyak, kan ada keturunannya. pasti buah tdk jatuh jauh amat dari pohonnya.
aldi aku sumpahin loh jatuh hati ma kirei dan kirei,,,,,,,, tunjukkan pesonamu.
2023-02-06
0