Saat aku sedang mengobrol dengan pak Agus di taman, tiba-tiba Dendra datang menghampiri kami.
"Apa yang sedang kamu bicarakan ??"
ucapnya yang membuatku kaget
"Bukan urusanmu"
celetukku dan berlalu meninggalkan Dendra
"Mona tunggu"
teriaknya sembari mengejar ku
Dendra berhasil mengejar ku dan membuatku terhenti,ia menarik pergelangan tanganku hingga aku hampir melayangkan tamparan karena ke lancangan nya itu.
"Berani-beraninya kamu menyentuhku"
teriakku padanya
"Mon dengarkan dulu,aku ingin bicara sama kamu"
"Apa?? Apa yang perlu kita bicarakan? Kamu sama ayahku tidak ada bedanya mementingkan diri sendiri"
"Oke,jika memang kamu belum siap untuk sekarang aku akan memberimu waktu. Mungkin perasaanku ini bertepuk sebelah tangan"
"Apa maksudmu?"
"Sejak kecil aku begitu mengagumimu hingga aku pernah mempunyai mimpi yang bagiku mustahil untuk dapat memilikimu. Ya karena kamu lebih unggul segalanya dariku,nilai sekolahmu selalu lebih bagus dan kamu selalu mengalahkan ku di setiap hal"
ucap Dendra melemas
"Waktu itu berjalan tidak sesuai kemauan mu Den,dan dulu mungkin kamu mengagumi ku karena itu perasaan hanya sebatas suka belaka. Tapi sekarang kita sudah dewasa dan perasaan kita tidak dapat diatur bahkan oleh perjodohan sekalipun"
"Mon,kau memang benar tapi perasaanku dulu hingga sekarang tidak pernah berubah. Bahkan aku berusaha agar lebih baik darimu supaya pantas jika nanti bersanding denganmu. Hingga akhirnya papa ku membawaku kembali bertemu dengan keluargamu,aku meminta agar papa memberikan aku restu serta dukungan untuk mendapatkan mu"
"Den,aku bukan barang yang bisa dengan mudahnya kamu dapatkan. Bahkan ayahku tidak sepenuhnya berhak menentukan dengan siapa aku nantinya hidup"
Aku berlalu pergi meninggalkan Dendra yang masih mematung dengan wajah penuh belas kasihan.
Aku akui,Dendra jauh lebih baik ketimbang dulu,semakin dewasa dan yang jelas fashionable dan berwibawa.
Meski begitu perasaanku sepenuhnya hanya untuk Arief,meski kami baru saja bertemu dan menjalin hubungan tetapi aku merasa nyaman berada didekatnya.
Malam semakin larut keluarga Surya berpamitan untuk pulang,Dendra masih menatapku seperti orang yang sedang memohon.
Setelah keluarga Surya pergi ayah langsung menyeret ku menuju ruang kerjanya,dia langsung marah besar karena aku meninggalkan meja makan begitu saja. Bahkan ayah sudah memastikan pernikahan ku dengan Dendra,aku hanya bisa diam hingga ayah memberiku sebuah pilihan.
"Ayah akan ijinkan kamu meneruskan perusahaan cabang Semarang tetapi dengan syarat dalam waktu tiga bulan ke depan kamu harus kembali dengan keputusan bahwa kamu bersedia menikah dengan Dendra"
Aku tidak punya pilihan lain,mungkin dengan cara ini aku punya sedikit waktu untuk memikirkan cara bahwa pernikahan itu tidak akan terjadi.
"Baiklah yah,jika memang itu kemauan ayah Mona akan mengikutinya"
Jawabku yang kemudian pergi meninggalkan ruang kerja ayah.
Didalam kamar aku hanya dapat menangis merasa hidupku bukanlah aku yang menentukan jalannya,selama ini aku mengikuti semua kemauan ayah. Disaat anak-anak seusiaku masih bisa memanjakan diri shopping atau bahkan nongkrong bersama para sahabatnya sedangkan aku harus keluar kota untuk mengurusi bisnis keluarga.
Dering telfon membuatku berhenti menangis,dan tertera nama Arief disana. Aku sesegera mungkin mengatur nafas dan suara agar terlihat baik-baik saja.
"Hallo Arief"
ucapku lirih
"Mona,kamu dari mana saja? kenapa dari tadi gak ada kabar? Kamu baik-baik saja kan disana?"
terlihat suara penuh khawatir dari sosok laki-laki itu
"Maaf Rif,aku lupa bilang kalau hari ini ada acara makan malam dengan teman ayah dirumah. Jadi aku tidak membawa handphone ku"
"Berarti aku mengganggu sekarang?"
"Tidak tidak,acaranya sudah selesai aku baru saja mau menghubungimu setelah selesai mandi nanti"
"Oh ya sudah,tapi Mon kamu benar baik-baik saja bukan?"
"Iya Rif, Im oke kok"
"Tapi suara kamu berbeda lho Mon seperti habis menangis"
"Hehe iya aku baru saja menangis karena merindukanmu, oh ya bagaimana restoran hari ini?"
"Seperti biasa selalu ramai pengunjung,hanya saja suasana disini berbeda?"
"Berbeda? maksud kamu?"
"Ya sangat berbeda karena tidak ada kamu disini"
Aku mengobrol dengan Arief hingga hampir tengah malam,suaranya,candanya membuat masalahku sedikit sirna.
"Rif,udah dulu ya aku mau mandi keburu dingin"
"Ya udah kamu jaga kesehatan disana,jangan begadang love you Mon"
Aku menutup telponnya tanpa membalas kata-kata romantis dari Arief aku merasa baru saja membohonginya,sulit sekali jika harus menerima kenyataan hubunganku dengan Arief yang baru saja dimulai harus berakhir.
Aku mencoba menenangkan pikiran dengan berendam di bathtub,memikirkan segala cara agar dapat menggagalkan rencana pernikahan ku dengan Dendra.
Pagi itu aku malas untuk pergi ke meja makan,menemui ayah saja rasanya tidak ingin.
Aku masih tidak habis fikir ayah memberiku pilihan yang tidak masuk akal.
Tok Tok
Adikku mengunjungi ku,dia memintaku untuk turun dan segera sarapan. Aku menolaknya dengan alasan tidak enak badan,tetapi justru itu membuat ayah melarang ku untuk tidak terburu-buru kembali ke Semarang.
*Ini sosok Dendra yang berwibawa,memang tidak begitu tampan tetapi okelah*
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments