Mona dan Arief seharian melakukan surve pemasaran dan lokasi,dan untungnya tempat yang Mona pilih cocok untuk mendirikan usaha kulinernya. Terletak di pusat kota dengan beberapa akses kampus besar serta kantor-kantor pemerintahan,Mona fikir itu cukup strategis untuk usaha kulinernya itu.
Sudah hampir setengah hari mereka menghabiskan waktu bersama,seusai makan siang mereka berencana menjemput Bu Siti dan membenahi barang-barangnya menuju rumah baru.
Kecepatan dan ketepatan berfikir Mona tidak diragukan lagi,sebelum ia menemui keluarga Bu Siti ia sudah berinvestasi dengan perusahaan hunian di kota itu. Maka bukan hal sulit untuk Mona menemukan rumah yang cukup ramah di kantongnya,sisa tabungannya bisa ia gunakan untuk menyewa restoran dan modal usaha tersebut.
Akhirnya Mona dan Arief selesai membantu Bu Siti pindah ke rumah barunya,meski tidak terlalu besar setidaknya itu layak untuk dihuni orang tua tersebut. Setelah semua selesai Mona bermaksud pamit untuk kembali ke hotel namun Bu Siti memintanya untuk menginap malam ini.
Malam itu Mona dan Arief sibuk membahas mengenai restoran yang akan mereka buka hingga tak tersadar waktu sudah menunjukkan pukul 01.00. Mereka berdua terlelap diruang tamu.
Keesokan harinya mereka bertiga pergi menuju restoran dan menyiapkan semuanya hingga sempurna mulai dari mendekor ruang makan hingga dapur dan toilet.
Semua tertata rapi seperti bayangan Mona ia tidak menyangka mimpinya untuk membuka usaha kuliner hampir terwujudkan.
Selang satu Minggu Mona berada di kota itu akhirnya besok adalah hari launching pembukaan restorannya,perjuangan Arief dan Mona hampir menuju keberhasilan merek memberi nama restoran itu "STREET FOOD JAVA" dan besok adalah hari dimana restoran itu akan di buka.
Rasa lelah mereka terbayarkan dengan keberhasilan yang ia capai,bagaimana tidak hari pertama pembukaan mendapatkan respon yang luar biasa,mulai dari masyarakat sekitar hingga pengunjung.
Mona mengusung nuansa restoran dengan masakan Jawa modern tetapi dengan mematok harga rakyat, restorannya menjadi langganan para pekerja kantoran,anak sekolah,hingga ibu rumah tangga yang tidak begitu pandai memasak. Mereka memilih untuk membeli lauk pauk yang sudah siap saji adalah kunci utama bagi mereka yang tidak sempat memasak seperti pekerja kantoran.
Sungguh cara berfikir yang luas dari seorang Mona,selain itu ia dapat membantu para pengangguran di kota tersebut dan mempekerjakan mereka dengan baik.
Semakin lama pengunjung semakin ramai Bu Siti yang menjadi sorotan utama di restoran tersebut menjadi sangat senang,Mona yang membantu kasir karena terlalu kwalahan saking membludaknya di jam makan siang.
Bahkan Mona hampir lupa untuk sekedar memberi ayahnya sebuah kabar,hingga membuat tuan Hardjo menghubunginya terlebih dahulu.
Disaat itu ponsel Mona ada didalam tasnya dan tidak mengetahui bahwa sang ayah sedang menelfon hingga setelah restonya tutup ia baru menyadari bahwa terdapat lima belas panggilan tidak terjawab dari sang ayah.
Merasa panik karena itu akan membuat ayahnya curiga ia segera menelpon balik sang ayah dan beralasan bahwa tadi ia sedang ada rapat dan kunjungan ke relasi.
Dengan kepolosan sang anak akhirnya tuan Hardjo percaya,selain mengolah restorannya Mona juga membagi waktu untuk mencari relasi bagi ayahnya.
Arief yang setia menemaninya setiap hari kemanapun Mona pergi akhirnya mengetahui bahwa Mona bukanlah gadis biasa,namun Arief mencoba untuk tidak membahasnya bersama Mona karena itu akan membuat hubungan mereka buruk.
Selang beberapa bulan disana Mona akhirnya tinggal bersama keluarga Bu Siti, dengan kondisi yang mengharuskan Mona bolak balik Jakarta Semarang membuat Arief memberanikan diri bertanya apa sebenarnya pekerjaan Mona.
Tetapi dengan baiknya Mona menjawab bahwa dirinya adalah tour gate wisatawan yang mengharuskan dirinya untuk keluar kota setiap saat. Alasan Mona sejauh ini dapat Arief terima hingga akhirnya hubungan mereka bukan lagi sebatas patner bisnis.
Arief yang melihat sisi baik Mona seorang yang pekerja kerasa dan peduli sesama membuatnya jatuh hati,hal itu juga dirasakan oleh Mona tetapi ia menahannya karena tidak ingin membuat Arief merasa tidak nyaman.
Malam itu hujan sangat kencang di luar,Mona yang begitu takut akan kegelapan serta Guntur membuat Arief tidak ingin meninggalkannya,ia meminta Arief menjaganya selagi ia tertidur.
Diam-diam Arief mengungkapkan perasaannya ketika Mona sudah tertidur lelap,padahal saat itu Mona masih tersadar hanya saja ia pura-pura memejamkan mata agar tidak merasa grogi ditatap oleh Arief seperti itu.
Arief meletakkan tangan Mona di dadanya dan berkata tentang perasaannya,ternyata ia jatuh hati kepada gadis berambut coklat itu sejak ia datang menyambangi warung ibunya.
Merasa hujan tidak juga reda membuatnya tidak tega meninggalkan Mona sendirian dan kondisi Arief yang juga sudah mengantuk akhirnya memutuskan untuk tidur ditepi ranjang Mona.
Keesokan harinya Mona sudah lebih dulu bangun ia bersama Bu Siti menyiapkan sarapan di dapur sedangkan Arief keluar dari kamar Mona membuat Bu Siti memandangi mereka berdua.
"Arief apa yang kamu lakukan dikamar non Mona?"
tanya bu Siti panik
Mona dan Arief saling bertatapan mereka takut jika Bu Siti memikirkan yang bukan-bukan soal mereka berdua.
"Semalam itu Bu saya takut karena hujan dan suara Guntur maka saya meminta Arief untuk menemani saya"
tutur Mona
"Iya Bu kami tidak melakukan apa-apa aku dan Mona hanya mengobrol hingga dia terlelap dan aku tertidur di samping tempat tidurnya"
ucap Arief meyakinkan
Bu Siti hanya tersenyum melihat tingkah Mona dan Arief seperti tertangkap basah mencuri sesuatu.
"Iya ibu percaya kalian,tapi sebaiknya Arief jaga kesopanan mu tidak pantas seorang laki-laki berada dikamar perempuan yang bukan muhrimnya"
tutur Bu Siti
Setelah mereka sarapan Arief segera mengantarkan bu Siti ke restoran sementara Mona menyiapkan barang-barangnya untuk dibawa pulang.
Hari ini Mona akan kembali ke Jakarta karena sejak kemarin ayahnya selalu memintanya pulang karena ada sesuatu yang ingin ia bicarakan.
Jam telah menunjukkan pukul 11.00 satu jam lagi pesawat yang Mona tumpangi akan berangkat,saat Mona bersiap untuk berangkat tiba-tiba Arief masuk ke dalam rumah dan menghampirinya.
"Kapan kamu kembali??"
ucap Arief yang penasaran
Mona sedikit terkejut karena baru kali ini Arief menanyakan hal seperti itu kepadanya ketika akan pergi.
"Rif,aku juga punya keluarga dan tidak ada salahnya jika aku pulang untuk menemui mereka"
tutur Mona
"Lalu apakah aku bukan bagian dari keluarga mu?"
"Rif sebenarnya ada apa? kenapa kamu bertanya hal seperti itu? Kamu dan bu Siti sudah ku anggap seperti ibu dan kakakku sendiri"
"Aku tidak ingin menjadi sosok kakak bagimu Mon,aku ingin lebih"
Mendengar ucapan Arief Mona semakin terkejut
"Apa maksud kamu Rif?"
belum sempat Arief menjawab ia langsung menarik Mona lebih dekat dengannya dan mencium bibir mungil Mona.
Sontak Mona begitu terkaget namun ia tidak dapat lepas dari Arief, tangannya yang kekar membuatnya sulit untuk melarikan diri. Mereka berciuman cukup lama hingga akhirnya Arief melepaskan Mona dan berkata "I love You"
Arief menjelaskan bahwa dirinya ingin Mona menjadi kekasihnya,sudah sangat lama ia menaruh rasa dan mencoba memberanikan diri untuk mengatakan itu semua.
Mona yang juga memiliki perasaan sama seperti Arief menyetujui bahwa hubungan mereka dapat lebih dari sekedar ini.
Arief mengantarkan Mona ke bandara setiap detik saat itu sangatlah berharga bagi mereka berdua,Arief selalu memperhatikan Mona dan memintanya untuk lekas kembali.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments