Dendam Sang Mantan
Mona adalah seorang wanita cantik dengan karir yang cemerlang, berlatar belakang sangat baik dengan orang tua yang begitu kaya,bagaimana tidak ayahnya adalah seorang pebisnis furniture yang besar. Namun kesombongan tidak pernah ada dalam benaknya sekalipun dia adalah pewaris bisnis ayahnya kelak. Baginya selama harta itu bukan hasil keringatnya sendiri ia menganggap dirinya hanyalah manusia biasa yang menumpang hidup oleh orang tuanya.
Maka tak jarang orang begitu menyukai sikap Mona yang ramah serta suka membantu sesama, sehari-hari setelah ia lulus dari Universitas ternama ia harus disibukkan oleh berbagai pekerjaan yang membuatnya merasa ingin menjadi manusia yang memiliki keluarga sederhana. Hingga suatu saat ia merasa sesak dengan lingkup kehidupan yang serba mewah serta orang tua yang selalu menuntut dirinya sempurna.
"Ayah bisakah engkau memberiku sedikit saja waktu untuk menjernihkan otak"
ucap Mona kepada tuan Hardjo
"Mona,sudah tidak ada waktu untuk bersantai saat ini klien kita menunggu hasil kerja kita selama ini"
ucap ayahnya dengan nada tinggi
Lagi-lagi Mona hanya dapat menuruti kata-kata ayahnya ia sering pergi keluar kota untuk menemui beberapa klien mendampingi sang ayah.
Ya memang tanggung jawabnya sebagai anak pertama sangatlah sulit,ia harus terlihat kuat karena dirinyalah yang menjadi contoh untuk adik perempuan satu-satunya yang ia miliki.
Siang itu Mona terbang ke Surabaya untuk bertemu dengan rekan bisnis ayahnya,ia yang setiap harinya hanya mengurusi pekerjaan sampai-sampai harus menghabiskan weekend untuk sebuah pekerjaan saja.
Setelah menemui rekan bisnis ayahnya ia kembali terbang ke Semarang bersama asisten ayahnya yang tak lain Agus,masa muda Mona ia habiskan hanya untuk bisnis karena memang itulah tuntutan yang tidak bisa ia tawar lagi.
"Nona setelah tiba di Semarang akan ada beberapa klien yang akan meminta negoisasi dengan kita saya harap anda dapat memenangkan hati mereka"
ucap Agus
"Bukankah memang itu pekerjaanku pak Agus?? bahkan dihari Minggu tidak pernah ada dalam benakku"
balas Mona
"Semua itu nantinya untuk anda nona, perusahaan ini hasil kerja keras anda ini akan menjadi milik anda nantinya"
"Kalau boleh saya memilih,saya ingin sekali terlahir di keluarga yang sederhana saja. Dimana aku bisa menjalani kehidupan normal bukan gila kerja yang seperti ayah mau"
"Saya mengerti posisi anda nona,maka saya mencoba menguatkan anda supaya tidak merasa terbebani oleh semua ini"
Tanpa terasa mereka berdua telah sampai di Makasar,Mona yang hanya sempat beristirahat diperjalanan merasa berat dengan hidup ini.
Setelah semua meeting selesai Mona meminta kepada pak Agus untuk memberinya waktu sehari tinggal di kota itu,meski pak Agus agak sulit memberikan izinnya karena ia tahu tuan Hardjo pasti akan marah karena itu akhirnya pak Agus memberikan waktu untuk Mona sekedar istirahat dan jalan-jalan.
Pak Agus memutuskan untuk memesan hotel untuk Mona dan dirinya,sembari memikirkan alasan untuk ijin kepada Tuan Hardjo.
"Nona sembari anda berjalan-jalan saya harap anda bisa memanfaatkan waktu sebaik mungkin,saya akan pergi beristirahat dan menemui anda ketika makan malam nanti"
"Terima kasih pak Agus saya akan kembali sebelum makan malam"
Mona bergegas melajukan mobilnya ia merasa bebas karena mengendarai sendiri tanpa ada pak Agus,ia pergi ke sebuah mall berbelanja pakaian dan memanjakan diri disebuah spa.
Setelah semuanya selesai ia mampir makan siang disebuah warung makan sederhana ditepi jalan, keinginannya yang sedari dulu belum pernah terwujudkan yaitu merasakan sensasi makan di tepi jalan.
Terlihat seorang ibu setengah tua duduk didalam tenda sederhana itu ia menyambut kedatangan Mona dengan senyum.
"Monggo mbak ngersakne nopo?"
ucap ibu itu
Mona yang pernah belajar bahasa Jawa oleh teman sekampusnya merasa sedikit paham perkataan ibu tersebut
"Maaf Bu saya ingin makan"
jawab Mona lembut
"Oh nggeh mbak ajeng ngersakne lauk nopo?"
Mona meminta ibu tersebut menyiapkan sepiring penuh nasi panas dengan berbagai sayur dan lauk pauk kemudian memakannya dengan sangat lahap.
Ibu tersebut tersenyum senang melihat Mona makan dengan lahapnya sampai ia hampir tersedak karena terkaget dengan suara klakson bus yang begitu kencang.
"Hati-hati nduk jangan buru-buru"
ucap ibu itu
Mona yang merasa hidungnya seperti terbakar karena makanan pedas membuatnya tersedak,melihat air didalam gelas Mona telah kosong ibu itu dengan sigap mengisinya lagi.
Saat Mona sedang asyik makan tiba-tiba datang seorang pria memandanginya yang masih meneruskan makannya. Ia menghampiri ibu penjual nasi tersebut seraya berbisik
"Bu dimana ibu menemukan gadis kelaparan itu"
celetuk laki-laki yang ternyata anak penjual nasi tersebut.
Sang ibu hanya tertawa sambil mencubit pinggang anaknya,setelah Mona selesai makan dengan beberapa piring kotor dihadapannya dan tangan yang penuh dengan kotoran sisa makanan membuatnya terpana karena ia dapat menghabiskan itu semua.
Tersadar bahwa sedari tadi beberapa pembeli lainnya dan ibu penjual nasi tersebut memandanginya,Mona merasa heran kenapa dengan mereka ia bertanya kepada ibu penjual nasi tersebut.
"Apakah ada yang aneh dengan saya??"
tanya Mona kepada ibu tersebut
"Tidak nona hanya saja orang disini kaget karena ada cewek yang makan begitu banyaknya"
celetuk anak laki-laki itu
Mendengar penuturan laki-laki tersebut Mona merasa malu tetapi pendiriannya teguh karena ia merasa membeli dan tidak mencuri untuk apa malu.
"Memangnya kenapa kalau cewek makan banyak? memang hanya laki-laki saja yang boleh?"
ucap Mona dengan nada agak tinggi
Melihat anaknya dan Mona beradu argumen ibu penjual nasi tersebut segera menengahinya,
"Sampun mboten wonten salahe mbak tiang maem katah mergi luwe"
ucap ibu tersebut lembut
Laki-laki tersebut hanya diam dan memunguti piring bekas Mona makan
"Bu bolehkan saya membungkus nasi dengan sayur itu,tunjuk Mona diatas gundukan sayur urap"
"Boleh mbak,ajeng ngersakne pinten ?"
"Satu saja Bu sama tahu tempe gorengnya sekalian"
Ibu tersebut membungkus kan nasi panas dan urap lengkap dengan tahu tempe yang baru saja ia angkat dari penggorengan
"Berapa Bu semuanya?"
"Empat enam mbak"
jawab itu tersebut
"Empat enam bu??"
teriak Mona saking kagetnya
"iya mbak !!"
"Tapi saya makan banyak lho Bu,saya pakai ikan telur dan beberapa makanan kecil lainnya"
ujar Mona yang merasa harga itu tak sebanding dengan semua yang baru saja ia makan
Mona yang merasa harga itu tidak sebanding dengan kenikmatan yang ia dapatkan bermaksud membayarnya lebih.
"Mbak ngapunten ini uangnya banyak sekali"
ucap ibu itu sedikit bingung
"Iya Bu,sisanya buat ibu ya"
"Jangan mbak ini saya kembalikan saja"
"Bu anggap saja ini titipan dari Allah buat ibu ya"
Ibu itu berkaca-kaca sembari menjabat tangan Mona ia berkali-kali mengucapkan terima kasih pada wanita muda nan cantik tersebut.
"Kalau boleh tahu ibu sudah berapa lama jualan disini,melihat kondisi warung ibu yang hampir rubuh dimakan waktu"
tutur Mona
Kondisi warung tersebut memang hampir rubuh apalagi ketika kendaraan besar melintas dan angin kencang menerpa tenda tua itu.
"Kalau boleh tahu nama ibu siapa?"
tanya Mona lagi
"Saya ibu Siti mbak,biasa dipanggil mbok Siti"
tutur ibu itu
"Ibu tinggal disini juga?"
"Iya ibu tinggal dibelakang kantor itu"
ucap ibu Siti sambil menunjuk sebuah gedung koperasi di ujung jalan sana
"Kalau begitu lain kali saya akan mampir lagi Bu,ibu sehat-sehat ya"
Mendengar penuturannya ibu Siti merasa senang karena ia mendapatkan pelanggan seorang gadis cantik nan baik.
ARTYCA MONA RAHADRJO
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments