Chapter 5

Vano merebahkan badannya sesaat setelah sampai di rumahnya. Rasanya hari ini merupakan hari yang sangat melelahkan sekaligus menyebalkan baginya. Tapi dia tidak memungkiri bahwa ada setitik rasa bahagia karena wanita itu. Wanita aneh yang membantu mengerjakan tugas-tugasnya.

Pikiran Vano kembali melayang mengingat alasan keterlambatannya menemui Syasya sore ini. Vano menyelesaikan piketnya, setelah keluar dari kelas dan berjalan beberapa langkah, netranya menangkap sosok yang sangat tidak ia sukai. Tatapan keduanya bertemu sesaat setelah itu keduanya sama-sama memalingkan muka.

Tetapi sebelum pria itu pergi, suara Vano menggema di lorong sekolah. Entah mengapa suasana disana seketika mencekam.

“bajingan tetep aja bajingan” seketika langkah pria itu terhenti ketika menangkap apa yang dimaksud Vano. Tangannya mengepal hampir saja meninju Vano jika satpam tidak datang di saat yang tepat.

“bicara sekali lagi, gua bener-bener gak akan nahan buat ninju lo” pria itu melengos meninggalkan Vano dengan senyum sinisnya.

Ketukan pintu kamar menyadarkannya dari lamunan. Pria itu bangun dari tidurnya untuk membuka pintu.

“mandi dulu Al, habis itu turun ya. Makanannya udah siap” wanita paruh baya  itu mengelus lengan putranya. Sementara Vano hanya mengangguk mengiyakan bundanya. Mengenai panggilan ‘Al’ dari bundanya itu didapat dari Alkanza. Orang rumah memang lebih sering memanggilnya Al daripada Vano.

“iya bunda, nanti Al turun” Vano sedikit mengukir senyum di bibirnya. Bukan senyum terpaksa, tapi entah kenapa senyumnya lebih sulit muncul setelah kejadian beberapa tahun lalu.

Vano berjalan menuruni tangga setelah ia selesai dengan urusan mandinya. Netranya menangkap sosok yang selalu ia sayangi dan selalu mengerti dirinya. Bunda Seira, sosok yang sangat peduli dengan anaknya dan juga Ayah Yoga yang terlampau protektif dengan putranya.

Bukan tanpa alasan, Vano merupakan anak tunggal di keluarga ini sehingga kedua orang tuanya selalu khawatir dengan masalah yang dihadapi putra semata wayangnya. Apalagi perubahan sifat Vano dua tahun lalu membuat orang tuanya mengawasi Vano lebih dari biasanya. Walaupun hingga saat ini anak itu tak berbicara apapun tentang apa yang dilaluinya sampai sifatnya berubah drastis, tapi Bunda dan Ayahnya tertap percaya pada Vano dan membiarkannya sampai nanti Vano sendiri yang akan bercerita.

Bundanya bukan tidak peduli atau semacamnya. Ia pernah sekali bertanya pada putranya. Tapi ekspresi Vano kala itu langsung berubah. sebagai seorang ibu, tentu saya bunda Vano peka dengan keadaan sehingga dia tak bertanya lagi hingga sekarang.

“gimana sekolahnya, Al?” pertanyaan rutin yang dilayangkan bundanya cukup menjadi penghangat dalam hatinya.

“baik, bun” dan seperti biasa pula, jawaban singkat, padat, dan jelas yang didapatkan sang bunda.

“katanya sebentar lagi ada turnamen basket, kamu ikutan bang?” sang ayah mencoba mencari topik untuk membuat anaknya berbicara.

“hhmmm” gumaman itu dirasa sudah cukup untuk membalas pertanyaan ayahnya.

“kamu ikutan di tim inti?”

“enggak yah, Al lagi sibuk-sibuknya belajar buat UAS” kebohongan yang sangat ketara. Sejak kapan Vanonya mulai suka belajar lagi? Terakhir kali Ayahnya melihat Vano belajar sekitar kelas satu SMA saat Ujian Tengah Semester ganjil.

“emmm baiklah” ucap ayah Vano.

Suasana menjadi sepi. Hanya dentingan sendok garpu yang beradu dengan piring yang memenuhi ruang makan di rumah Vano. Yah, seperti itulah keseharian keluarga Vano.

Sementara di rumah Syasya begitu ramai dengan candaan. Kedua orang tua Syasya memang merupakan sosok penting di perusahaan yang mereka miliki. Tetapi mereka selalu meluangkan waktu untuk sekedar berkmpul dan bersenda gurau dengan keluarganya.

“gimana tadi bantuin temennya?” Tristan mengalihkan pembicaraan ketika dirasa posisinya terancam karena kedua orang tuanya sudah mulai berbicara tentang pasangan. Pasti sebentar lagi dia akan menjadi korban pertanyaan dari orang tuannya. Maka dari itu dia segera mengalihkan pembicaraan.

orang tua mereka yang menyadarinya hanya menahan tawa sambil saling berpandangan. Termasauk Syasya yang mulai menutup mulutnya dengan tangan.

“ya biasa aja sih, Bang. Lagian tumben peduli?” Syasya terkekeh kecil.

“Cuma nanya kali” itulah kalimat terakhir yang diucapkan Tristan sebelum kakinya melangkah menuju kamar.

“emang bantu teman kamu yang mana, Sya? Tumben banget, biasanya temanmu yang ke rumah” maminya juga penasaran teman mana yang diajari putri cantiknya ini.

“ahh itu mi, teman cowo. Sebenarnya dia keliatannya gak pernah serius sih kalo belajar. Tapi gak tau kenapa tiba-tiba mau di bantuin. Ya kita sebagai seorang manusia harus saling membantu kan? Jadi Syasya bantuin aja” panjang lebar Syasya menjelaskan kepada maminya. Sementara sang papi hanya menyimak penjelasan anaknya.

Syasya memang sosok yang terbuka dengan orang-orang terdekatnya. Dia bisa menceritakan apapun yang dilaluinya. Tetapi di samping itu, Syasya tidak pernah menceritakan kesulitannya ataupun menangis di hadapan orang. Dia selalu menangis jika sedang sendiri.

“yaudah ah, Mi. Syasya masuk kamar dulu yah” mami Tania mengangguk mengiyakan putrinya.

Sesampainya di kamar bernuansa abu, ya tentu saja itu kamar Syasya. Dia merebahkan tubuhnya yang entah kenapa terasa lebih lelah dari biasanya.

Senyumnya tersungging mengingat dia diantar Vano tadi sore. Dan untungnya tidak ada yang melihat kejadian itu. Orang tuanya belum pulang kerja saat dia sampai di rumah tadi, sementara Tristan sedang tidur di kamarnya.

“ihh kenapa gue jadi kesenengan?” Syasya mengerutkah dahinya dan berbicara pada dirinya sendiri. Wajahnya terasa memanas.

“uudahlah. Sekarang mening buka buku dan belajar, abis itu baru streaming” tangan mungilnya mulai membuka lembaran-lembaran kertas yang sangat memusingkan.

Dia mulai membaca satu persatu kalimat yang ada di buku itu. Sampai akhinya niatnya untuk streaming gagal karena pada kenyataannya dia tertidur dengan posisi duduk. Jangan lupakan kepala yang menindih buku yang semula ia baca.

“dek?” kebiasaan seorang Tristan Devano, masuk kamar orang tanpa mengetuk pintu.

“yaelah, kirain lagi belajar, taunya tidur” perlahan tangan Tristan menggapai selimut yang ada di atas kasur Syasya dan kemudian memakaikan selimut itu untuk menutupi badan adiknya.

Tadinya Tristan ingin memindahkan Syasya ke atas kasur saja, tapi ia takut membangunkan adiknya. Jadi hanya itu yang bisa ia lakukan saat ini.

“tidur nyenyak adeknya abang” begitulah, Tristan terlihat sangat cuek pada adiknya, padahal sebenarnya dia sangat peduli lebih dari apapun.

“gue pinjem laptop lu bentar” ia berbisik saat mengatakan itu. Setelah ia mendapatkan apa yang diinginkannya ia kembali ke kamarnya.

Tidurnya sangat nyenyak hingga tak terasa matahari sudah muncul dari persembunyiannya. Syasya menggeliat bangun dari tidurnya. Dan ya, badannya sakit semua karena posisi tidurnya semalam.

Tanpa berpikir panjang, syasya segera mebereskan segala persiapan sekolahnya, tak lupa memberaskan kamar ditemani musik kesayangannya sebelum akhirnya dia pergi mandi dan bersiap pergi ke sekolah.

 

Terpopuler

Comments

Miss haluu🌹

Miss haluu🌹

Rahasia apa ya Thor yg disembunyikan Vano?

Aku jd penasaran??🤔


Lanjut Thor!!💪

2021-04-03

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2
3 Chapter 3
4 Chapter 4
5 Chapter 5
6 Chapter 6
7 Chapter 7
8 Chapter 8
9 Chapter 9
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 pengumuman
16 Chapter 15
17 Chapter 16
18 Chapter 17
19 Chapter 18
20 Chapter 19
21 Chapter 20
22 Chapter 21
23 Chapter 22
24 Chapter 23
25 Chapter 24
26 Chapter 25
27 Chapter 26
28 Chapter 27
29 Chapter 28
30 sorry!
31 Chapter 29
32 Chapter 30
33 Chapter 31
34 Chapter 32
35 Chapter 33
36 Chapter 34
37 Chapter 35
38 Chapter 36
39 Chapter 37
40 Chapter 38
41 Chapter 39
42 Chapter 40
43 Chapter 41
44 pengumuman
45 Chapter 42
46 Pengumuman!!!
47 S2 - Keluarga Kecil
48 S2 - Jalan
49 S2 - Keluarga Aneh
50 S2 - Piknik
51 S2 - Nasihat
52 S2 - Marahan
53 S2 - Kopi Vs Kerja
54 S2 - Anak Malang
55 S2 - Bahagia Untuk Sehari
56 S2 - Anggota Baru
57 S2 - Sekolah Baru dan Baju Baru
58 S2 - Hari Pertama Sekolah
59 S2 - Manja
60 S2 - Jemput Abang
61 S2 - Jalan-Jalan Malam
62 S2 - Pasar Malam
63 S2 - Curhat dengan Ayah
64 S2 - Kedatangan Dua Anak Dakjal
65 S2 - Pertemuan Vano dan Hans
66 S2 - Lupa
67 S2 - Kumpul Lengkap
68 S2 - Alergi
69 S2 - Minum Obat
70 S2 - Aku Gak Suka Aroma Kamu
71 S2 - Rutinitas Pagi
72 S2 - Persiapan
73 S2 - Hari Ulang Tahun
74 S2 - Kerja Kelompok
75 S2 - Bullying
76 S2 - Sandiwara
77 S2 - Cerita Masa Lalu
78 S2 - Menggoda Bian
79 S2 - Menjemput Si Kembar
80 S2 - Kencan
81 S2 - Hancur
82 S2 - Cepatnya Waktu Berlalu
83 S2 - Tunangan
84 S2 - Sebuah Perbincangan
85 S2 - Mabar
86 S2 - Kampus
87 S2 - Khawatir
88 S2 - Sebuah Prestasi
89 S2 - Pamit
90 S2 - Selamat Jalan Orang Baik
91 S2 - Surat
92 Pengumuman!!
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2
3
Chapter 3
4
Chapter 4
5
Chapter 5
6
Chapter 6
7
Chapter 7
8
Chapter 8
9
Chapter 9
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
pengumuman
16
Chapter 15
17
Chapter 16
18
Chapter 17
19
Chapter 18
20
Chapter 19
21
Chapter 20
22
Chapter 21
23
Chapter 22
24
Chapter 23
25
Chapter 24
26
Chapter 25
27
Chapter 26
28
Chapter 27
29
Chapter 28
30
sorry!
31
Chapter 29
32
Chapter 30
33
Chapter 31
34
Chapter 32
35
Chapter 33
36
Chapter 34
37
Chapter 35
38
Chapter 36
39
Chapter 37
40
Chapter 38
41
Chapter 39
42
Chapter 40
43
Chapter 41
44
pengumuman
45
Chapter 42
46
Pengumuman!!!
47
S2 - Keluarga Kecil
48
S2 - Jalan
49
S2 - Keluarga Aneh
50
S2 - Piknik
51
S2 - Nasihat
52
S2 - Marahan
53
S2 - Kopi Vs Kerja
54
S2 - Anak Malang
55
S2 - Bahagia Untuk Sehari
56
S2 - Anggota Baru
57
S2 - Sekolah Baru dan Baju Baru
58
S2 - Hari Pertama Sekolah
59
S2 - Manja
60
S2 - Jemput Abang
61
S2 - Jalan-Jalan Malam
62
S2 - Pasar Malam
63
S2 - Curhat dengan Ayah
64
S2 - Kedatangan Dua Anak Dakjal
65
S2 - Pertemuan Vano dan Hans
66
S2 - Lupa
67
S2 - Kumpul Lengkap
68
S2 - Alergi
69
S2 - Minum Obat
70
S2 - Aku Gak Suka Aroma Kamu
71
S2 - Rutinitas Pagi
72
S2 - Persiapan
73
S2 - Hari Ulang Tahun
74
S2 - Kerja Kelompok
75
S2 - Bullying
76
S2 - Sandiwara
77
S2 - Cerita Masa Lalu
78
S2 - Menggoda Bian
79
S2 - Menjemput Si Kembar
80
S2 - Kencan
81
S2 - Hancur
82
S2 - Cepatnya Waktu Berlalu
83
S2 - Tunangan
84
S2 - Sebuah Perbincangan
85
S2 - Mabar
86
S2 - Kampus
87
S2 - Khawatir
88
S2 - Sebuah Prestasi
89
S2 - Pamit
90
S2 - Selamat Jalan Orang Baik
91
S2 - Surat
92
Pengumuman!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!