Chapter 4

“gue bilang gak mau ya gak mau. Kok maksa sih!” emosi Syasya kembali memuncak ketika dia tahu siapa yang mengganggu kegiatannya di kantin pagi ini.

“gue bilang gak ada penolakan. Dan gue tau siapa yang kemarin laporin gue ke satpam. Kalo lo nolak lo bakal tahu akibatnya”

Nafas gadis itu tercekat mendengar penuturan seorang Vano. Seketika pikirannya melayang bagaimana jika Vano menyiksanya tiap hari atau menjadikannya babu? Membayangkannya saja sudah sangat menakutkan. Kepala Syasya menoleh ke arah pemuda tampan itu.

Sedangkan Vano hanya menaikan sebelah alisnya sebagai kode bahwa saat ini dia sedang menanyakan pendapat Syasya tentang tawarannya.

“Oke pulang sekolah di lab fisika” Syasya segera menggendong tasnya dan meninggalkan kantin.

“gampang juga bujuk dia” seringaian terlukis di wajah Vano. Untuk pertama kalinya setelah sekian lama Vano bisa tersenyum karena wanita ‘lagi’.

Vano melanjutkan perjalanannya menuju kamar mandi. Memang pada awalnya dia tidak bermaksud mencari gadis itu. Hanya saja saat perjalanan ke kamar mandi tak sengaja netranya melihat wanita itu tengah asik dengan dunianya sendiri di kantin yang kosong. Jadi bisa dikatakan itu hanya sebuah kebetulan dan juga sebuah kesempatan bagi Vano untuk memastikan gadis itu akan mengikuti keinginannya.

“aahhh akhirnya, udah makan gak nyebat itu gak enak” ya. Dia ke kamar mandi hanya untuk menuntaskan hasrat merokoknya. Dulu dia pria teladan yang tampan, nyaris sempurna. Sebelum sebuah kejadian yang mengerikan sekaligus menjijikan baginya terjadi di hidupnya.

Dia menjadi seorang Vano yang nakal dan tak mau belajar. Dia melupakan semua kebaikan yang telah dia lakukan dan berganti menjadi sosok iblis yang ditakuti hampir semua siswa di sekolanya kecuali Syasya.

Pagi ini dia menghabiskan dua batang rokok. Vano segera menyadarkan lamunanya sebelum masa kelam itu kembali dalam pikirannya dan membuatnya hancur.

...***...

Seperti janjinya tadi, kini Syasya sedang duduk gelisah di lab fisika. Bukan tanpa alasan dia terus menggerakan kakinya juga menggigit kuku jarinya.

“kemana dia pergi? Ini sudah hampir satu jam.” Perlu kalian ketahui bahwa jam pulang sekolahnya tepat jam 15.00 dan ini sudah hampir jam 16.00. tentang Tristan, Syasya sudah bicara pada abangnya bahwa ia akan pulang sendiri karena ia harus membantu temannya mengerjakan tugas. Jadilah abangnya pulang duluan. Syasya terlonjak mendengar suara pintu terbuka. Hampir saja dia terjungkal dari kursi jika saja pria yang baru datang tidak menahan kursi yang akan jatuh tersebut.

“kemana aja sih? Lama banget” bukannya berterimakasih atas bantuan Vano, gadis itu malah merengut kesal karena kedatangan sosok yang sangat ditunggunya begitu terlambat. Bukan hanya satu menit atau dua menit Syasya menunggu Vano, tetapi sudah hampir satu jam.

“sebenernya yang butuh itu lo atau gue sih? Kenapa gue yang harus nunggu? Kesel banget. Lain kali gak ada acara gue bantuin lu lagi” sementara Vano mendengarkan omelan Syasya yang tiada henti dengan wajah cengonya.

“sory, ada urusan bentar tadi” Vano mendudukan bokongnya di kursi samping Syasya dan mulai membuka bukunya.

Tak ingin membuang waktu lebih lama, Syasya kemudian juga membuka catatan dan membantu Vano memecahkan soal-soalnya. Tak butuh waktu lama bagi Syasya untuk menyelesaikannya mengingat dia pernah mengikuti olimpiade Ekonomi satu tahun lalu.

“oke selesai!!” Syasya bertepuk tangan ria sebelum kemudian mengepalkan kedua tangannya di depan dada dengan mata yang berbinar.

“akhirnya bisa pulang” sementara pria di sampingnya hanya menoleh dan melihat kelakuan abstrak gadis itu.

‘aneh’ pikirnya. Tapi sedetik kemudian senyum tipis yang hampir tak terlihat itu terukir di wajah Vano.

“pulang sama siapa lo?” terkesan dingin, namun ada kepedulian di dalamnya.

“naik angkot? Atau taxi mungkin” tangan Syasya terkepal memegang tali tasnya. Sambil melompat kecil dengan ria, gadis itu terlihat bahagia. Dapat dibuktikan dengan senandung kecil yang terdengar dari mulut mungilnya.

Vano mengikuti langkah gadis itu sampai akhirnya tiba di parkiran. Vano melajukan motornya menuju gerbang dimana Syasya sedang berbincang dengan bapak satpam.

“naik” bukan ajakan ataupun tawaran, ucapannya tersebut lebih seperti sebuah perintah.

“gue?” Syasya menunjuk dirinya, bertanya pada Vano untuk memastikan apakah memang pria itu sedang berbicara padanya atau tidak. Siapa tahu bapak satpamnya yang Vano ajak.

“hmm, buruan sebelum gue berubah pikiran” berharap gadis itu tidak menolak.

“enggak deh makasih, gue nunggu angkot aja” beberapa detik setelah Syasya mengucapkan kalimat itu, Vano melajukan motornya setelah mendengar kaliman penolakan itu.

Syasya sedikit kecewa dengan Vano karena meninggalkannya begitu saja. Ia pikir Vano akan lebih berusaha untuk mengantarnya pulang, tapi nyatanya dia pergi begitu saja. Mukanya ditekuk dengan bibir yang sedikit maju. Bapak satpam yang kebingungan hanya melengos masuk ke dalam post satpam dan berpura-pura mengecek cctv.

Suara deru motor terdengar semakin dekat memenuhi indera pendengaran Syasya. Gadis itu mendongakan kepalanya untuk melihat siapa yang datang.

“naik. Jam segini angkot udah gak ada” siapa yang mengira pria dingin itu memutar arah setelah bergelut dengan pikirannya. Ya, Vano memutuskan untuk mengantar Syasya sampai rumah.

Senyum Syasya sedikit mengembang mengingat ternyata Vano tidak seburuk yang dia bayangkan.

“kenapa gak dari tadi” bisiknya pelan. Vano yang mendengarnya hanya tersenyum kemudian melajukan motornya membelah keramaian kota dengan hati yang berdegup.

Tak bisa dipungkiri bahwa suara degupan jantung itu berasal dari kedua insan yang tengah berboncengan.

Sepanjang perjalanan mereka hanya sibuk dengan pikirannya masing-masing. Tak ada satupun dari mereka yang berniat memulai pembicaraan satu sama lain. Padahal jika sedang dengan keluarganya Syasya termasuk anak pecicilan dan bawel.

Tapi entah kenapa dengan orang lain dia malah merasa canggung. Padahal dirinya dan Vano sudah saling mengenal sejak tingkat pertama sekolah menengah atas.

Sementara dalam hati Vano, ia ingin sekali mendengar omelan atau ucapan-ucapan Syasya yang tak jelas mengingat dia selalu menceritakan segala sesuatu pada sahabat-sahabatnya.

Syasya hanya menunjukan arah menuju rumahnya tanpa berbicara dan Vano juga hanya mengangguk menanggapi Syasya.

Vano tak pernah menyangka rumah yang menjadi tempat tinggal Syasya akan sebesar ini. Vano mengatakan ini besar karena memang lebih besar dari rumahnya dan juga jarak dari gerbang ke pintu rumah lumayan jauh.

Syasya turun dari motor Vano.

“makasih udah anterin gue” Syasya berucap sambil membenarkan rambutnya yang kusut karena di terpa angin sepanjang jalan.

“hmm” Syasya merasa sudah biasa mendapat balasan berupa gumaman dari Vano.

“gue balik” Vano berpamitan pada sang tuan rumah sebelum motor yang ia tumpangi itu melaju meninggalkan tempatnya berhenti beberapa menit lalu.

Syasya masuk ke kamarnya dan membaringkan badannya.

 

 

Terpopuler

Comments

Miss haluu🌹

Miss haluu🌹

Aroma-aroma syukaaa udh mulai tercium nih,


Semangat Thor 💪💪

2021-04-03

0

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2
3 Chapter 3
4 Chapter 4
5 Chapter 5
6 Chapter 6
7 Chapter 7
8 Chapter 8
9 Chapter 9
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 pengumuman
16 Chapter 15
17 Chapter 16
18 Chapter 17
19 Chapter 18
20 Chapter 19
21 Chapter 20
22 Chapter 21
23 Chapter 22
24 Chapter 23
25 Chapter 24
26 Chapter 25
27 Chapter 26
28 Chapter 27
29 Chapter 28
30 sorry!
31 Chapter 29
32 Chapter 30
33 Chapter 31
34 Chapter 32
35 Chapter 33
36 Chapter 34
37 Chapter 35
38 Chapter 36
39 Chapter 37
40 Chapter 38
41 Chapter 39
42 Chapter 40
43 Chapter 41
44 pengumuman
45 Chapter 42
46 Pengumuman!!!
47 S2 - Keluarga Kecil
48 S2 - Jalan
49 S2 - Keluarga Aneh
50 S2 - Piknik
51 S2 - Nasihat
52 S2 - Marahan
53 S2 - Kopi Vs Kerja
54 S2 - Anak Malang
55 S2 - Bahagia Untuk Sehari
56 S2 - Anggota Baru
57 S2 - Sekolah Baru dan Baju Baru
58 S2 - Hari Pertama Sekolah
59 S2 - Manja
60 S2 - Jemput Abang
61 S2 - Jalan-Jalan Malam
62 S2 - Pasar Malam
63 S2 - Curhat dengan Ayah
64 S2 - Kedatangan Dua Anak Dakjal
65 S2 - Pertemuan Vano dan Hans
66 S2 - Lupa
67 S2 - Kumpul Lengkap
68 S2 - Alergi
69 S2 - Minum Obat
70 S2 - Aku Gak Suka Aroma Kamu
71 S2 - Rutinitas Pagi
72 S2 - Persiapan
73 S2 - Hari Ulang Tahun
74 S2 - Kerja Kelompok
75 S2 - Bullying
76 S2 - Sandiwara
77 S2 - Cerita Masa Lalu
78 S2 - Menggoda Bian
79 S2 - Menjemput Si Kembar
80 S2 - Kencan
81 S2 - Hancur
82 S2 - Cepatnya Waktu Berlalu
83 S2 - Tunangan
84 S2 - Sebuah Perbincangan
85 S2 - Mabar
86 S2 - Kampus
87 S2 - Khawatir
88 S2 - Sebuah Prestasi
89 S2 - Pamit
90 S2 - Selamat Jalan Orang Baik
91 S2 - Surat
92 Pengumuman!!
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2
3
Chapter 3
4
Chapter 4
5
Chapter 5
6
Chapter 6
7
Chapter 7
8
Chapter 8
9
Chapter 9
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
pengumuman
16
Chapter 15
17
Chapter 16
18
Chapter 17
19
Chapter 18
20
Chapter 19
21
Chapter 20
22
Chapter 21
23
Chapter 22
24
Chapter 23
25
Chapter 24
26
Chapter 25
27
Chapter 26
28
Chapter 27
29
Chapter 28
30
sorry!
31
Chapter 29
32
Chapter 30
33
Chapter 31
34
Chapter 32
35
Chapter 33
36
Chapter 34
37
Chapter 35
38
Chapter 36
39
Chapter 37
40
Chapter 38
41
Chapter 39
42
Chapter 40
43
Chapter 41
44
pengumuman
45
Chapter 42
46
Pengumuman!!!
47
S2 - Keluarga Kecil
48
S2 - Jalan
49
S2 - Keluarga Aneh
50
S2 - Piknik
51
S2 - Nasihat
52
S2 - Marahan
53
S2 - Kopi Vs Kerja
54
S2 - Anak Malang
55
S2 - Bahagia Untuk Sehari
56
S2 - Anggota Baru
57
S2 - Sekolah Baru dan Baju Baru
58
S2 - Hari Pertama Sekolah
59
S2 - Manja
60
S2 - Jemput Abang
61
S2 - Jalan-Jalan Malam
62
S2 - Pasar Malam
63
S2 - Curhat dengan Ayah
64
S2 - Kedatangan Dua Anak Dakjal
65
S2 - Pertemuan Vano dan Hans
66
S2 - Lupa
67
S2 - Kumpul Lengkap
68
S2 - Alergi
69
S2 - Minum Obat
70
S2 - Aku Gak Suka Aroma Kamu
71
S2 - Rutinitas Pagi
72
S2 - Persiapan
73
S2 - Hari Ulang Tahun
74
S2 - Kerja Kelompok
75
S2 - Bullying
76
S2 - Sandiwara
77
S2 - Cerita Masa Lalu
78
S2 - Menggoda Bian
79
S2 - Menjemput Si Kembar
80
S2 - Kencan
81
S2 - Hancur
82
S2 - Cepatnya Waktu Berlalu
83
S2 - Tunangan
84
S2 - Sebuah Perbincangan
85
S2 - Mabar
86
S2 - Kampus
87
S2 - Khawatir
88
S2 - Sebuah Prestasi
89
S2 - Pamit
90
S2 - Selamat Jalan Orang Baik
91
S2 - Surat
92
Pengumuman!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!