Chapter 2

...“biasa aja dong bang lihatnya. Itu matanya nanti copot”-Agatha...

Wajah tampan yang sangat familiar itu kini sedang berada di atas benteng dan berusaha mencari pijakan untuk melompat ke area dalam sekolah. Ide jahil terlintas di pikiran Syasya.

Syasya kembali menuju pos satpam mengendap endap seperti seorang maling. Padahal jika diperhatikan tak ada seorangpun yang akan mendengar suaranya bahkan jika dia berlari.

Setelah sampai di hadapan pak Munir yang tak lain adalah satpam sekolah, gadis jahil itu melambaikan tangannya sebagai tanda menyuruh pak Munir keluar dari pos satpam.

“pak bapak coba liat benteng samping sana deh, ada maling pake seragam soalnya” pak Munir mengerutkan dahinya mendengar penuturan Syasya yang tidak masuk akal. Mana ada maling pakai seragam, pikirnya.

“iihh bapak mah lama cepetan keburu masuk malingnya” karena penasaran dengan yang dikatakan Syasya, akhirnya pak munir berlari ke arah benteng yang ditunjuk Syasya. Sementara gadis itu segera pergi ke kelasnya dengan tenang tanpa merasa bersalah sedikitpun.

Sesampainya di kelas ternyata sudah ada guru yang mengajar. Dengan tenang Syasya mengucapkan salam dan ijin masuk kepada guru tersebut.

“Assalamualaikum, ibu. Saya ijin masuk ya, maaf kesiangan soalnya tadi habis liat maling dulu di depan” tak menunggu guru mengijinkan, ia nyelonong masuk dan menuju kursinya. Hal itu tentu saja tidak untuk ditiru, hanya saja dengan kepribadian Syasya yang aneh membuat seorang guru pun memakluminya.

Teman-teman termasuk gurunya hanya melongo menyaksikan hal tersebut. Sebenarnya kelakuan abstrak Syasya sudah tidak aneh lagi bagi mereka. Hanya saja mereka bingung, dimana ada maling siang-siang begini. Sementara sang pembawa kabar hanya terkekeh sembari menutup mulutnya mengingat kejadian jahil yang dia lakukan.

Belum lama Syasya menempelkan bokongnya pada kursi, pintu terbuka dengan keras dan menampakkan pria tampan yang tadi dia kerjai. Ya, pria yang ada di atas benteng tadi adalah teman sekelas Agatha. Dia juga salah satu pria dingin yang tak tergapai. Dan sampai saat ini tak ada yang berani berurusan dengan pria tampan itu, kecuali Syasya.

...***...

Disaat pria dingin lainnya berani melewati post satpam saat kesiangan, lain halnya dengan Vano Alkanza. Dia lebih memilih memanjat benteng samping sekolah untuk sampai ke kelasnya. Bukan apa-apa, hanya saja dia bukan anak pemilik sekolah yang bisa seenaknya melakukan apapun yang dia mau. Tapi kali ini misinya gagal. Dia ketahuan satpam dan hampir saja tertangkap jika saja dia tidak cepat berlari.

Vano menghela nafasnya sesaat setelah mendudukan bokongnya di kursi dan pikirannya kembali melayang membayangkan bagaimana nasibnya jika saja tadi dia tertangkap.

“heeiiiii!!!! Berhenti kamu!! Anak nakal!!” satpam itu terus mengejar Vano sebelum kemudian kehilangan jejaknya di toilet belakang sekolah.

“hhhh... untung gue cepet” Vano menarik nafas dalam-dalam kemudian keluar dari persembunyiannya.

Dia berjalan agak cepat menuju kelas sebelum ada guru lain yang memergokinya. Saat pintu kelas sudah ada di hadapannya, dia membukanya dengan sedikit keras dan masuk ke dalam tanpa mengucapkan apapun.

Baru saja pikirannya tenang karena berhasil lolos dari satpam itu, dan kali ini dia dihadapkan dengan guru yang bertanya alasanya telat. Yakali dia akan memberitahukan jika dia menghabiskan rokok dulu di warung pinggir sekolah. Bunuh diri itu namanya.

“Vano kenapa telat?!” bu Letta tahu bahwa pertanyaannya tak akan mendapatkan jawaban, dia hanya menghela nafas dalam sebelum akhirnya kembali mengajar.

Ya. Vano memilih tidak menjawab pertanyaan gurunya, toh gurunya akan memakluminya karena memang begitulah Vano. Irit bicara. Dan jika guru itu terus mendesaknya maka percuma karena tak akan ada jawaban yang keluar dari mulut Vano. Disamping itu, Vano sangat risih dengan suara kekehan yang berasal dari samping kursinya.

“Lo kenapa ketawa-ketiwi mulu sih, Sya?” apa yang dikatakan Lita memang benar adanya. Sejak pertama masuk kelas tadi, Syasya tidak berhenti terkekeh.

“gak apa-apa. Lucu aja, pengen ketawa” Lita merinding. Apa jangan-jangan temannya ini kesurupan? Atau dia strees karena gak bisa nonton konser? Tanpa memikirkan jawabannya, Lita menjauh dari Syasya dan memilih mendengarkan bu Letta yang sedang mengajar.

“oke anak-anak untuk pertemuan kali ini ibu cukupkan sekian. Ada yang ditanyakan?” monoton sekali pikir Syasya. Setiap selesai jam pelajaran selalu saja itu pertanyaan yang diajukan guru kepada siwanya.

“gak ada pertanyaan lain apa? Misalnya ‘kalian lapar gak, biar ibu yang traktir’. Kalo gitu kan enak dengernya” bisik Syasya. Mungkin bisikannya itu hanya didengar oleh dirinya sendiri. Tentu saja dia tidak ingin mengambil resiko dimarahi gurunya jika dia bicara terlalu keras.

Sementara Lita di sampingnya hanya menggelengkan kepala menyaksikan kebobrokan sahabatnya.

“kuy kantin” seru Lita sesaat setelah Bu Letta keluar dari kelas. Akhirnya mereka pergi ke kantin. Lain halnya dengan anak cowo termasuk Vano. Mereka dengan gengnya pergi ke pojokan kelas. Ya kalian pasti tahu apa yang akan mereka lakukan. GAME.

“oyy Van, kenapa telat tadi?” tanya Hans yang merupakan salah satu teman dekat Vano.

“telat bangun dan gue dikejar satpam” seketika seisi ruang kelas dipenuhi dengan gelak tawa kedua sahabat Vano yaitu Hans dan Rian. Tak lama karena tawa mereka seketika terhenti saat Vano menatap sahabatnya dengan tatapan mematikan.

“lagian lo kenapa bisa sampai dekejar sih, biasanya juga aman-aman aja” kali ini Rian yang terlihat penasaran.

“gak tau tuh satpam tiba-tiba datang” Rian dan Hans mati-matian menahan tawanya. Tapi suara tawa lain menggelegar, tawa itu berasal dari pintu masuk.

“jahat banget lo, Sya. Kalo gue mencret lo harus tanggung jawab pokoknya” lagi lagi Dina menjadi korban bully seorang Syafiera Agatha.

“tanggung jawab apanya, hamilin lo juga kagak. Lagian gue kira itu punya Lita” pembelaan seorang Syasya memang tiada duanya.

“TERSERAH LO!!” saking gregetnya Dina berjalan duluan ke kursi belakang sambil menghentak-hentakkan kakinya.

“BERISIK LO, GAUSAH TERIAK-TERIAK” Dina tersentak karena teriakan Rian.

“LO JUGA TERIAK-TERIAK” dan disaat seperti ini hanya satu orang yang bisa menenagkan mereka.

“BE RI SIK!” seketika kedua orang itu bungkam mendengar Vano bersuara. Inilah pesona seorang Vano. Sangat dingin.

“hei heiii lo berdua nurut sama nih orang?” ucap Syasya sambil menunjuk Vano dengan tatapan aneh.

“kalian gak salah? Lo berdua takut sama orang ini? ahh gak seru lo berdua, kenapa gak dilanju..”

“Lo diem. Berisik” Syasya menggantungkan kalimatnya saat dirasa posisinya saat ini sedang tidak aman.

“eheheh.. biasa aja dong bang lihatnya. Itu matanya nanti copot” Vano tidak membalas ucapan Syasya, tapi hanya terus menatap wanita itu dingin.

“iya iya elah canda doang diambil hati banget” wanita itu meninggalkan mereka di bangku belakang dan pindah ke bangku depan. Sementara sahabat Syasya dan sahabat Vano hanya melongo menyaksikan kepergian Agatha dan amarah Vano.

“Van gue  rasa lo udah ketemu pawang lo deh. Baru kali ini gue lihat lo nahan amarah lo. Dan itu karena cewe gila itu” Hans memang sudah gila mengatakan hal seperti itu saat keadaan memanas seperti ini.

Rian menyenggol lengan Hans agar menghentikan bualannya. Rian memang lebih tahu situasi dan kondisi dibanding Hans. Setelah semuanya kembali tenang mereka melanjutkan kegiatan mereka.

Syasya dan sahabatnya lanjut nobar drama korea yang tertunda sementara Vano dan sahabatnya mabar di sudut kelas sampai masuk jam pelajaran selanjutnya.

 

Terpopuler

Comments

Miss haluu🌹

Miss haluu🌹

Masa-masa SMA yang manis😊


Si Syafira kok usil ya..??😉

Salam hangat dari Camelia...😘

2021-04-03

1

lihat semua
Episodes
1 Chapter 1
2 Chapter 2
3 Chapter 3
4 Chapter 4
5 Chapter 5
6 Chapter 6
7 Chapter 7
8 Chapter 8
9 Chapter 9
10 Chapter 10
11 Chapter 11
12 Chapter 12
13 Chapter 13
14 Chapter 14
15 pengumuman
16 Chapter 15
17 Chapter 16
18 Chapter 17
19 Chapter 18
20 Chapter 19
21 Chapter 20
22 Chapter 21
23 Chapter 22
24 Chapter 23
25 Chapter 24
26 Chapter 25
27 Chapter 26
28 Chapter 27
29 Chapter 28
30 sorry!
31 Chapter 29
32 Chapter 30
33 Chapter 31
34 Chapter 32
35 Chapter 33
36 Chapter 34
37 Chapter 35
38 Chapter 36
39 Chapter 37
40 Chapter 38
41 Chapter 39
42 Chapter 40
43 Chapter 41
44 pengumuman
45 Chapter 42
46 Pengumuman!!!
47 S2 - Keluarga Kecil
48 S2 - Jalan
49 S2 - Keluarga Aneh
50 S2 - Piknik
51 S2 - Nasihat
52 S2 - Marahan
53 S2 - Kopi Vs Kerja
54 S2 - Anak Malang
55 S2 - Bahagia Untuk Sehari
56 S2 - Anggota Baru
57 S2 - Sekolah Baru dan Baju Baru
58 S2 - Hari Pertama Sekolah
59 S2 - Manja
60 S2 - Jemput Abang
61 S2 - Jalan-Jalan Malam
62 S2 - Pasar Malam
63 S2 - Curhat dengan Ayah
64 S2 - Kedatangan Dua Anak Dakjal
65 S2 - Pertemuan Vano dan Hans
66 S2 - Lupa
67 S2 - Kumpul Lengkap
68 S2 - Alergi
69 S2 - Minum Obat
70 S2 - Aku Gak Suka Aroma Kamu
71 S2 - Rutinitas Pagi
72 S2 - Persiapan
73 S2 - Hari Ulang Tahun
74 S2 - Kerja Kelompok
75 S2 - Bullying
76 S2 - Sandiwara
77 S2 - Cerita Masa Lalu
78 S2 - Menggoda Bian
79 S2 - Menjemput Si Kembar
80 S2 - Kencan
81 S2 - Hancur
82 S2 - Cepatnya Waktu Berlalu
83 S2 - Tunangan
84 S2 - Sebuah Perbincangan
85 S2 - Mabar
86 S2 - Kampus
87 S2 - Khawatir
88 S2 - Sebuah Prestasi
89 S2 - Pamit
90 S2 - Selamat Jalan Orang Baik
91 S2 - Surat
92 Pengumuman!!
Episodes

Updated 92 Episodes

1
Chapter 1
2
Chapter 2
3
Chapter 3
4
Chapter 4
5
Chapter 5
6
Chapter 6
7
Chapter 7
8
Chapter 8
9
Chapter 9
10
Chapter 10
11
Chapter 11
12
Chapter 12
13
Chapter 13
14
Chapter 14
15
pengumuman
16
Chapter 15
17
Chapter 16
18
Chapter 17
19
Chapter 18
20
Chapter 19
21
Chapter 20
22
Chapter 21
23
Chapter 22
24
Chapter 23
25
Chapter 24
26
Chapter 25
27
Chapter 26
28
Chapter 27
29
Chapter 28
30
sorry!
31
Chapter 29
32
Chapter 30
33
Chapter 31
34
Chapter 32
35
Chapter 33
36
Chapter 34
37
Chapter 35
38
Chapter 36
39
Chapter 37
40
Chapter 38
41
Chapter 39
42
Chapter 40
43
Chapter 41
44
pengumuman
45
Chapter 42
46
Pengumuman!!!
47
S2 - Keluarga Kecil
48
S2 - Jalan
49
S2 - Keluarga Aneh
50
S2 - Piknik
51
S2 - Nasihat
52
S2 - Marahan
53
S2 - Kopi Vs Kerja
54
S2 - Anak Malang
55
S2 - Bahagia Untuk Sehari
56
S2 - Anggota Baru
57
S2 - Sekolah Baru dan Baju Baru
58
S2 - Hari Pertama Sekolah
59
S2 - Manja
60
S2 - Jemput Abang
61
S2 - Jalan-Jalan Malam
62
S2 - Pasar Malam
63
S2 - Curhat dengan Ayah
64
S2 - Kedatangan Dua Anak Dakjal
65
S2 - Pertemuan Vano dan Hans
66
S2 - Lupa
67
S2 - Kumpul Lengkap
68
S2 - Alergi
69
S2 - Minum Obat
70
S2 - Aku Gak Suka Aroma Kamu
71
S2 - Rutinitas Pagi
72
S2 - Persiapan
73
S2 - Hari Ulang Tahun
74
S2 - Kerja Kelompok
75
S2 - Bullying
76
S2 - Sandiwara
77
S2 - Cerita Masa Lalu
78
S2 - Menggoda Bian
79
S2 - Menjemput Si Kembar
80
S2 - Kencan
81
S2 - Hancur
82
S2 - Cepatnya Waktu Berlalu
83
S2 - Tunangan
84
S2 - Sebuah Perbincangan
85
S2 - Mabar
86
S2 - Kampus
87
S2 - Khawatir
88
S2 - Sebuah Prestasi
89
S2 - Pamit
90
S2 - Selamat Jalan Orang Baik
91
S2 - Surat
92
Pengumuman!!

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!