Happy reading ya 🤓
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Setelah membiarkan Dirga tenang sejenak aku berhasil membujuknya dan meyakinkannya bahwa pilihannya untuk mengajakku kawin lari bukanlah hal yang benar.
" Kita sama sama berusaha mengambil hati mama ya Yu. Kamu mau kan berjuang bersamaku?" tanyanya.
"Iya Ga, aku mau." Sahutku.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Empat bulan kemudian,
"Hai Vhe, kapan kamu datang sayang?" Tante Widya yang membuka pintu saat mendengar seseorang membunyikan bel langsung memeluk tamunya itu.
Vhena berusaha melepaskan pelukan tante Widya yang dirasanya terlalu berlebihan.
"Tante, Vhe kesini cuma mampir dan mau mengantarkan ini." Ujar Vhena yang memberikan sepucuk undangan.
"Wah, siapa yang menikah sayang?" Tanya tante Widya sembari menerima undangan itu.
Vhena tak menjawab dan membiarkan tante Widya membacanya sendiri.
"Vhe? Ini beneran? Kamu mau menikah sama orang lain?" Tanya Tante Widya.
Dia merasa kaget saat membaca nama Vhena tertulis disitu sebagai nama pengantin perempuan.
"Iya tante. Vhe akan menikah dengan Sandy, kekasih Vhe selama di luar negeri." Ucap Vhena bangga.
Vhena tak berpikir bahwa ucapannya itu makin membuat tante Widya heran akan cerita hubungannya dengan Dirga.
"Tunggu Vhe, tante gak ngerti. Kamu menikah dengan kekasihmu? Bukankah selama ini kamu dan Dirga,"
"Tidak tante! Dirga sama Vhe cuma sebatas teman. Tidak lebih." Vhena memotong kalimat tante Widya.
Tante Widya yang masih berdiri kebingungan itu tak menjawab lagi saat Vhena pamit. Otaknya masih terus berusaha mencerna perkataan Vhena tadi.
"Cuma sebatas teman?" Tante Widya mengulang ulang kalimat tersebut.
Dirga yang baru datang menepuk bahu tante Widya yang berdiri termenung di depan pintu. Dia heran melihat mamanya seperti itu.
"Mama sedang apa berdiri disini? Apa itu ma?" Tanya Dirga yang melihat sesuatu dipegang tante Widya.
Langsung diambilnya saja dari tangan Widya dan membacanya.
"Hmm akhirnya dia menikah juga. Setidaknya aku aman sekarang." Lirihnya.
"Aman bagaimana maksudmu? Jelaskan sama mama kenapa bisa Vhe menikah dengan orang lain dan bukan denganmu? Vhe itu pacarmu kan?" Tante Widya berapi api.
"Ma, Dirga kan sudah pernah bilang bahwa Dirga sama Vhe itu sudah tidak ada hubungan lagi. Dan hubungan itu tidak perlu lagi dilanjutkan." ucap Dirga mengingatkan.
"Mama masih gak mengerti Ga. Mama kira kalian hanya sedang saling menunggu waktu saja." Ucap tante Widya.
"Kalau Dirga memang masih menunggunya, Dirga tidak akan memacari Ayu ma." Kata Dirga.
Tante Widya menatap putranya itu baik baik.
"Apa kamu sedang ingin mengatakan pada mama bahwa kamu selama ini memang sangat mencintai Ayu?" Tanyanya.
"Dirga juga sudah pernah mengatakan hal itu berulang kali pada mama tapi mama tidak pernah menganggap Dirga serius. Sekali lagi Dirga katakan pada mama bahwa Dirga hanya mencintai Ayu. Dirga hanya ingin Ayu yang jadi pendamping Dirga." Dirga kembali menegaskan keinginannya.
Tante Widya diam. Dia sedang berpikir mungkin putranya memang sedang tidak bercanda. Bahkan setelah empat bulan dirinya menyatakan ketidaksetujuaannya pada rencana putranya melamarku, Dirga masih tetap mengatakan hal yang sama.
Tetap mengatakan bahwa dia mencintaiku seorang.
"Apa mama tidak ingin segera punya cucu?" Tanya Dirga.
"Pertanyaan macam apa itu! Tentu saja mama sangat menginginkannya. Apalagi kamu ini anak tunggal mama. Kita membutuhkan penerus untuk tanggung jawab meneruskan tradisi leluhur kita." Kata tante Widya.
"Kalau begitu ijinkan Dirga menikahi Ayu ma. Karena kalau mama terus tidak mengijinkan maka Dirga tidak akan pernah menikah lagi." Ancam Dirga.
Dirga langsung masuk meninggalkan tante Widya yang masih memikirkan kata katanya itu.
Berat baginya untuk begitu saja menyetujui pernikahan kami namun dia juga memikirkan bagaimana jika nantinya Dirga benar benar tak mau menikah dengan gadis mana pun.
Itu akan menjadi bencana besar bagi dirinya.
Tante Widya menutup wajahnya sendiri membayangkan hal buruk itu. Tuan Wicaksana yang melihat tingkahnya itu merasa heran.
"Mama lagi apa?" Tanyanya.
"Papa sini deh. Lihat ini." Tante Widya mengulurkan undangan pernikahan Vhena.
Tuan Wicaksana membacanya. Wajahnya tampak sumringah. Sejurus kemudian dia kembalikan pada istrinya.
"Baguslah kalau Vhe sudah menemukan jodohnya ma. Kita tinggal mendoakan saja semoga pernikahannya langgeng." Tuan Wicaksana menjawab santai.
"Papa! Bukan itu masalah yang ingin mama bahas." Tante Widya bersungut sungut.
"Lalu apa?" Tanya tuan Wicaksana tak mengerti.
"Dirga mengancam mama kalau mama masih tidak mengijinkan dia menikahi Ayu maka dia tidak akan menikah dengan siapa pun pa, Vhe kan juga sudah menikah dengan yang lain." Ucap tante Widya.
"Nah kalau sampai Dirga gak mau menikah, Bagaimana kelanjutan keluarga kita papa?" Tante Widya mulai panik membayangkan jika hal itu sampai terjadi.
"Nah kalau masalah itu kan sebenarnya sudah ada jalan keluar asal mama mau mengalah. Kalau mama masih saja berkeras hati ya siap siap saja ketakutan mama itu terjadi." Tuan Wicaksana tetap dengan nada datarnya mengatakan itu.
"Idih papa, malah tambah nakut nakutin mama saja." Sungutnya.
"Sudahlah ma, mengalah saja. Demi keluarga kita juga. Bukan hanya Dirga. Kalau masalah kekayaan yang mama jadikan alasan, kekayaan kita sudah melimpah ruah ma. Kalau masalah wajah, mama bisa sering ajak Ayu nantinya ke salon langganan mama.Iya kan?" Tanya tuan Wicaksana.
"Semua itu jauh lebih tidak seram kan untuk dibayangkan? Daripada membayangkan Dirga selamanya menyendiri." Lanjutnya.
Dibiarkannya istrinya memikirkan baik baik semua perkataannya itu. Dia tau istrinya pasti memilih untuk mengalah. Istrinya itu hanya butuh waktu saja.
°\=\=\=\=\=\=\=\=°
"Dirga, mama sudah pikirkan semuanya. Baik dan buruknya. Oleh karena itu mama dengan berat hati terpaksa merestui pernikahan kalian." Kata tante Widya.
"Terpaksa ma?" Dirga mengulang kata itu.
"Mama bicara apa adanya Dirga. Saat ini memamg mama masih merasa terpaksa menerima Ayu. Bagaimana pun juga mama butuh waktu untuk lebih mengenalnya terlebih dulu. Nanti kan siapa tau setelah tau seperti apa sifatnya mama bisa berubah lagi." Tante Widya berusaha membela diri.
"Iya Dirga. Berilah mama waktu." Ujar tuan Wicaksana meyakinkan putranya.
Dirga tampak berpikir sejenak.
" Papa benar. Aku tidak boleh terlalu memaksa mama. Bagaimana pun juga mama sudah mau mengalah dan itu sudah jadi awal yang baik untukku dan Ayu." Pikir Dirga.
"Baiklah ma. Dirga ucapkan terima kasih banyak karena mama mau mengalah dan berusaha menerima Ayu." Ucap Dirga.
"Segera beritahu Ayu ya. Dia pasti bahagia mendengarnya." Kata tuan Wicaksana.
"Pasti pa." Dirga berbinar.
Dirga dan tuan Wicaksana tampak bahagia membayangkan akan ada anggota baru di keluarga mereka. Namun tante Widya belum merasakan kebahagiaan itu.
"Awas saja kalau Ayu sampai sekaliii saja mengecewakanku. Awas saja sampai dia tidak bisa memberikan kami cucu. Aku pastikan Dirga akan meninggalkannya." Batin tante Widya.
\=\=\=\=\=\=\=\=
Jangan lupa vote, like dan komen ya
Terima kasih 💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Nurcahaya Sebayang
kayak nya lbh bagus kamu tor yg jd POV nya
2021-09-25
1
Fosinema Buulolo
ggghjj
2021-06-26
1
.
mampir thor 👋👋👋
2021-03-05
1