MERTUA & MANTAN PACAR SUAMIKU
Happy reading yaa 🤓
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Namaku Kadek Ayu Maheswari.
Setiap harinya aku dipanggil Ayu. Aku lahir dan besar di sebuah kota yang terletak di pulau Bali yang terkenal dengan keindahan alamnya yang eksotis.
Sesuai dengan nama Kadek yang ku sandang, sudah bisa dipastikan aku adalah putri kedua dari tiga bersaudara. Putu adalah sebutan untuk anak pertama dan komang adalah yang ketiga.
Kebetulan ayahku tidak memiliki putra. Semua anaknya perempuan. Untuk beberapa keluarga di daerah tempat tinggalku, kehadiran anak laki laki sangatlah diharapkan untuk meneruskan tanggung jawab yang diturunkan secara turun temurun sesuai kepercayaan kami.
Setiap harinya aku membantu ibuku di rumah makan kecil milik keluarga kami. Meski kecil namun hasil rumah makan kami cukup untuk memenuhi kebutuhan kami.
Kakakku telah menikah dan tinggal bersama suaminya dirumah mertuanya. Jadi tinggal ada aku dan adikku yang masih duduk di bangku sekolah.
Pagi ini, seperti biasa aku sudah sibuk membantu ibu melayani para pembeli.
"Hai Ayu. Pesan nasi seperti biasa ya." Dirga mengedipkan matanya.
Aku yang memang sering melayaninya sudah tau dan hafal menu apa saja yang jadi kesukaannya. Segera saja ku ambilkan dan ku bawa menuju meja tempatnya duduk.
"Selamat menikmati Dirga." Ucapku.
"Terima kasih Ayu." Ucapnya.
Aku tersenyum kemudian meninggalkannya. Aku memandangnya yang tampak lahap makan. Hampir tiap hari dia makan di rumah makan kami.
Usai menyantap habis makanannya Dirga menghampiriku. Dia membayar sejumlah angka harga makanan di rumah makan kami.
"Kamu belum memberiku jawaban atas permintaanku seminggu yang lalu Yu. Aku ingin kamu tau, aku masih menunggu jawaban darimu." Ujarnya.
Aku hanya diam karena aku memang belum punya jawaban untuknya.
"Pagi bu." Dia menyapa ibuku yang berpapasan dengannya di pintu.
"Eh Dirga,mau kemana kok buru buru sekali?" Tanya ibu.
"Dirga harus kerja pagi ini bu. Dirga permisi dulu ya bu. " Ucapnya sopan.
"Hati hati nak." Pesan ibu.
Ibu memandangi kepergiannya. Ibu menghela napasnya.
"Ibu tidak tau apa lagi yang kau pikirkan Yu! Dirga itu baik dan perhatian sekali padamu. Bukankah kalian juga sudah lama berpacaran. Kenapa kamu masih saja ragu menerima lamarannya?" Tanya ibu sedikit kesal.
"Entahlah bu. Ayu hanya belum siap saja untuk menikah. Ayu masih ingin bantu ibu." Ucapku.
"Ibu tau nak. Tapi coba kamu ingat usiamu nak. Tidak baik jika perempuan terlalu tua menikah. Takut susah dan banyak masalah kalau hamil nak." Tukas ibu.
Aku menghela napas. Hampir tiap hari ibu mengingatkanku akan hal itu.
"Memangnya kenapa bu kalau aku tidak ingin menikah dulu? Aku masih ingin tinggal bersama kalian disini." Batinku
Menikah adalah satu kata yang paling ku takuti. Entah kenapa membayangkan kata itu saja aku ngeri. Mungkin aku terlalu sering mendengar cerita teman temanku yang sudah menikah.
Tinggal bersama mertua. Punya anak. Di selingkuhi. Di poligami. Di cerai.
Aku tau tak semua mengalami hal seperti itu tapi tetap saja aku merasa belum siap.
Putu Dirgantara. Anak tunggal dari keluarga tuan Wicaksana. Aku mengenalnya sudah lama sejak kami sering bertemu di rumah makan ini.
Dirga pria yang baik. Meski terpaut usia tiga tahun dibawahku dia membuktikan usia tak menjamin seberapa dewasa cara seseorang berpikir.
Hampir lima tahun menjalin kasih dengannya membuatku tau banyak sifatnya. Meski dia seorang anak tunggal tak lantas membuat dirinya manja. Dia terbiasa mengerjakan semuanya sendiri.
Dirga memiliki paras yang cukup rupawan. Sebenarnya banyak gadis yang menyukainya tapi aku tak tau apa yang membuatnya malah memilihku. Aku hanya gadis biasa. Wajahku tak seayu namaku.
Dirga selalu meyakinkanku bahwa dia memilihku bukan karena kecantikan semata namun karena kebaikan hatiku. Aku tau Dirga hanya membesarkan hatiku karena ibunya. Tante Widya, tampak sekali tak menyukaiku sejak awal.
Tante Widya tak pernah menampakkan rasa tidak sukanya saat Dirga bersamaku. Dia menunggu saat Dirga sedang tidak ada do dekatku. Saat itulah dia akan melontarkan kata kata yang cukup membuat hatiku ingin menyerah pada hubungan kami.
"Sadar dirilah sedikit! Kamu punya modal apa memangnya? Gak malu apa? Calon yang ku pilih untuk Dirga jauh lebih segalanya darimu!"
Itu sepenggal kalimat yang pernah diucapkan tante Widya padaku saat pertama kali Dirga membawaku pulang kerumahnya untuk memperkenalkan aku pada orang tuanya.
Aku tak pernah mengatakan pada Dirga bahwa ibunya pernah berkata seperti itu. Aku pun tak pernah sekali pun membuka mulutku di depan ibuku.
Ku simpan baik baik perkataan tante Widya dalam hatiku sendiri. Lagipula dengan sikap manisnya padaku saat di depan putranya aku yakin Dirga tak akan percaya jika aku mengatakannya.
"Yu, aku ingin kita melangkah ke jenjang yang lebih serius. Kita kan juga sudah lama ada hubungan. Aku ingin kamu menerimaku dan menjadikan aku suamimu." Dirga dengan suara yang terdengar pasti mengatakan hal itu padaku.
Dirga melamarku.
"Aku," Aku tak melanjutkan perkataanku.
"Kenapa Yu? Apa masih belum cukup aku meyakinkanmu selama lima tahun ini? Apa ada sikapku yang pernah melukai hatimu sehingga kamu begitu sulit menerima lamaranku?" Tanya Dirga.
"Tidak Dirga,selama ini kau sudah membuktikan betapa cintamu padaku sangat besar. Kau juga sama sekali tak pernah menyakitiku." Aku kembali terdiam.
"Lalu apa Yu?" Desaknya.
"Aku, aku, aku hanya belum ingin meninggalkan rumah ibu." Jawabku berbohong.
Adat setempat yang menuntut agar setiap gadis yang telah menikah harus tinggal bersama keluarga suaminya membuatku bertambah ngeri untuk menerima lamaran Dirga mengingat betapa ibunya tak menyukaiku.
Oleh karena itu,
Aku memakai alasan ibuku karena aku tidak bisa mengatakan yang sebenarnya padanya. Aku tak tau harus dari mana menyampaikan padanya bahwa ibunya tak pernah menyukaiku.
"Maafkan aku Dirga. Aku terpaksa berbohong." Batinku.
Dirga terlihat kecewa dengan jawabanku namun dia bisa segera menguasai dirinya kembali.
"Sebenarnya tidak masalah bagiku jika kamu ingin sering sering mengunjungi ibumu setelah kita menikah. Aku bahkan tidak keberatan jika kamu ingin menginap beberapa malam dirumah ibumu. Aku tidak terlalu mengikuti adat Yu." Ucapnya.
"Lagipula, bagiku menikah itu artinya menambah keluarga. Bukan memisahkan keluarga." Lanjutnya.
Aahhh Dirga,
Kau mungkin bisa berpikir seperti itu,tapi ibumu?
Aku yakin jika aku sampai menerima lamaranmu dan kamu benar benar mengijinkanku sering mengunjungi ibuku, tante Widya akan semakin membenciku.
Aku bisa pastikan tiap hari saat kau tak ada dia akan terus menekanku dengan kata kata pedasnya.
Dirga,
Rasanya aku belum siap menjalani kehidupan seperti itu.
Aku tenggelam dalam bayangan ketakutanku sendiri hingga aku tak menyadari Dirga beberapa kali memanggilku. Aku baru tersadar saat dia mengguncang bahuku.
"Yu, Ayu, kamu tidak apa apa?" Tanyanya.
Aku yang terkejut berusaha mengembalikan seluruh kesadaranku dan menggeleng perlahan.
"Beri aku waktu untuk berpikir Dirga. Menikah itu tidak hanya urusan hati kita berdua. Aku harus minta pendapat keluargaku juga terlebih dahulu." Ucapku
"Lagipula aku yakin kamu juga belum bicara pada orang tuamu kan dengan rencanamu ini?" Tanyaku.
Dirga menggeleng.
"Aku memang belum mengatakannya pada mereka,, tapi kamu tenang saja. Aku akan segera bicara pada ayah dan ibu. Aku yakin mereka sangat setuju." Dirga bersemangat.
Aku tersenyum kecut dalam hati.
"Semoga saja Dirga." Tukasku.
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Jangan lupa vote, like dan komen yaaa
Terima kasih 💞
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 127 Episodes
Comments
Mugiya is back
hadir
2023-01-18
1
Safirah
permisi thor,,,numpang lewat yaa👍🏻👍🏻👍🏻🤗🤗🤗
2022-03-23
1
mintil
nah, kayaknya ciri2 laki2 lemah ini
2022-02-10
1