Sore ini Adrian memutuskan untuk menemui keluarga Susi. Adrian ingin tau apa reaksi mereka tentang Abiyan, dan ingin tau apa maksud mereka menolak Abiyan.
"Pak, kita sudah sampai. Apakah Bapak yakin ingin membiarkan Abiyan pada mereka? Kalau menurut saya, lebih baik Bapak asuh sendiri. Kasihan Abiyan, Pak," ucap Sekar sedikit gak rela.
"Kamu tau kan, jika aku gak bisa menjaga dia? Aku belum memiliki istri, dan aku juga gak bisa membawa dia terus ke kantor. Jalan satu-satunya hanya menyerahkan Abiyan pada keluarga, kak Susi," balas Adrian sambil terus menyetir.
sebenarnya Adrian juga gak rela, tapi Adrian memikirkan kesehatan Abiyan. Jika dia terus membawa Abiyan ke kantor, maka Adrian takut Abiyan sakit.
"Bapak kan tau, jika mereka menolak Abiyan dari kemarin. Jika mereka mau, gak mungkin mereka meninggalkan Abiyan sendiri di rumah sakit." Jelas Sekar tak terima. Entah kenapa hati Sekar merasa gak enak, bahkan ada yang mengganjal.
"Terus? Kamu mau jadi Mommy-Nya? Kalau mau, besok dia aku kirim kerumah kamu dan juga perlengkapan dia!" Sekar pun langsung terdiam. Dia sebenarnya mau jadi Mommy-Nya Abiyan, tapi dia gak mau membuat Mama-nya shock karena ini.
"Kenapa diam? Gak bisa kan, jadi ini sudah jadi keputusan yang benar. Memberikan Abiyan pada orang yang tepat, bukan kita." Keputusan Adrian pun sudah bulat. Adrian akan tetap menaruh Abiyan di rumah keluarga Susi, dan setelah itu Adrian bisa bebas dari kerumitan ini.
Tak lama setelah itu mereka sudah sampai di depan rumah keluarga Susi, dengan sangat cepat Adrian turu dari mobil kecuali Sekar.
Langkah kaki Sekar seakan berat saat melangkah ke arah rumah tersebut, Sekar gak mau sampai Abiyan jatuh ke tangan orang yang tak tepat. Apalagi seperti keluarga Sasa.
"Pak, gak mau masuk. Aku gak mau Abiyan di asuh mereka, lebih baik kita asuh bersama saja Abiyan," ucap Sekar sangat lirih.
Adrian yang mendengar ucapan Sekar langsung berhenti seketika, bahkan Adrian langsung menatap tajam ke arah Sekretaris nya itu.
"Apa kamu gila? Aku sudah katakan, aku gak bisa merawat dia. Apalagi aku sering sekali ke luar negeri, Sekar! Iya kalau aku punya istri, aku akan memikirkan ulang. Tapi aku gak punya istri, terus anak ini bagaimana?" tanya Adrian dengan tatapan kesal.
"Ya, Bapak cepat nikah. Kalau perlu cari istri, agar Abiyan ada yang urus," celetuk Sekar.
"Apa kamu bilang? Cari istri? Memang kamu pikir cari istri, seperti cari cabe di pasar? Asal menikah tanpa pe dekatkan gitu?" tanya Adrian merasa tak terima.
"Ya gak, apa-apa. Demi kebaikan Abiyan, yang terpenting tidak bersama mereka lagi," jelas Sekar tanpa ada rasa takut lagi.
"Ya sudah, kalau gitu kamu saja yang menikah denganku, bagaimana? Apa kamu setuju? Jika kamu setuju, maka kita akan langsung pergi dari sini," ucap Adrian asal ceplos. Seketika Sekar langsung melotot, dia gak habis pikir dengan ucapan Adrian barusan.
Sial, ini namanya senjata makan tuan. Niatnya agar dia gak memberikan Abiyan pada keluar bu Sasa, malah aku sendiri yang terjebak dalam ucapanku, gumam Sekar dalam hati.
"Ayo jawab, jangan diam saja. Aku gak punya banyak waktu, jika kamu mau jadi Mommy-Nya, maka besok kita akan menikah," ucap Adrian sekali lagi.
"Tidak! Aku tidak mau menikah dengan Bapak, Bapak terlalu tua untuk saya. Saya gak mau," balas Sekar sangat cepat.
Sedangkan Adrian merasa harga dirinya langsung ternodai, saat Sekar berkata dia terlalu tua untuknya.
"Apa yang kamu bilang? Aku tua?" Sekar hanya mengangguk pasti sebagai jawab.
"Ingat! Aku masih berusia 30tahun, dan kamu 23 tahun. Hanya berbeda 7 tahun, jadi itu bukan jadi masalah. Satu lagi, aku masih muda tidak tua, kamu paham!" Adrian berkata sambil menunjuk muka Sekar.
Sedangkan Sekar, langsung menutup telinga Abiyan agar tak mendengar ucapan kasar Adrian. "Bapak bisa kontrol emosi, gak? Ingan di sini ada Abiyan, dan gak baik bagi Abiyan jika terlalu sering mendengar kata-kata kasar darimu, Pak!"
Seketika Adrian langsung menurunkan tangannya, karena membenarkan apa kata Sekar tadi. "Jangan banyak bicara, ayo cepat masuk. Aku gak mau berdebat karena hal kecil, buang-buang waktu saja!"
Tanpa tunggu lama Adrian langsung pergi begitu saja meninggalkan Sekar yang masih terpaku di sana. Adrian terus berjalan, hingga kini dia sampai di depan pintu rumah keluarga Susi.
Dengan sangat malas Adrian memencet Bel rumah tersebut, berharap ada yang membukakan pintu itu. Beberapa kali Adrian memencet Bel, hingga tak lama setelah itu terdengar pintu terbuka.
Ceklek ....
Terlihat seorang wanita tua membuka pintu itu. Adrian yang tau ada seseorang langsung menanyakan keberadaan Sasmi, ibunya Susi.
"Bu, apakah bu Sasmi ada di rumah?" tanya Adrian sangat sopan.
"Ibu ada di dalam, silahkan masuk. Saya akan memanggilnya sebentar, karena tadi bu Sasmi sedang mandi," jawab Ibu itu sambil mempersilahkan Adrian, dan Sekar masuk.
Mereka berdua pun langsung masuk kedalam, dan menunggu di ruang tamu. Sedangkan Sekar melihat sekeliling rumah itu, bahkan banyak foto-foto Susi terpampang di berbagai tembok.
"Mau apa kalian? Ada urusan apa lagi, aku rasa kita sudah tak memiliki hubungan apapun!" ucap Sasmi dengan nada ketus.
Adrian yang mendengar ucapan Sasmi sebenarnya kesal, tapi dia diam saja karena gak mau membuat keributan saat ini.
"Saya hanya ingin memberikan Abiyan pada anda, karena bagaimanapun juga dia masih cucu anda. Darah daging anda sendiri, bu Sasmi." Adrian sengaja menekankan ucapannya agar Sasmi sadar.
"Dia bukan urusan saya, saya gak mau punya cucu dari keluarga miskin. Apalagi hanya menumpang hidup, pada keluarga besar Malverano!" seru Sasmi sangat judes.
"Siapa yang Ibu, maksud? Asal kalian tau, kak Aditya ada anak kandung keluarga Malverano. Di keluarga ini, hanya saya yang anak angkat, jadi jangan pernah mengada-ngada hanya demi menolak keberadaan Abiyan." Adrian pun membalas seruan Sasmi. Adrian sangat kesal dengan ibunya Sasa, yang berkata seperti itu.
"Iya memang Aditya memang anak kandung keluarga Malverano, tapi ka ...."
"Ma, cukup! Apa salahnya kita terima anak itu, toh dia tetap cucu kita. Dia anaknya Susi, jadi dia tetap cucu kita!" seru Arman saat memotong ucapan Sasmi. Arman gak mau sampai Adrian tau segalanya, dan berakhir kebencian yang ada.
"Tapi, Pa!"
"Ma, apa kamu gak kasihan dengan cucu kamu? Coba lihat dia, dia sama sekali tak berdosa. Kita rawat dia, dan kita rawat dengan baik," cela Arman sekali lagi.
Setelah itu Arman mendekati Sekar dan mengambil Abiyan. Namun saat Arman menggendong Abiyan, Abiyan langsung terbangun dan melihat sekeliling.
"Ndi, Ndi. Acu au, Ndi." Anggap saja Abiyan ngomong aku mau sama Daddy.
"Cup, cup, Nak. Kamu sekarang sama kakek ya, kita hidup bahagia di sini," ucap Arman sambil menimang-nimang cucunya itu.
"Au, Ndi. Maa, entong Maa." Sekarang Abiyan beralih memandang Sekar. Sekar tak bisa menahan air matanya lagi, bahkan Sekar ingin protes tapi gak bisa.
Setelah itu Sasmi langsung pergi begitu saja gak mau melihat Abiyan. Sasmi terlalu benci dengan Abiyan, apalagi dia bukan cucu yang dia harapkan selama ini.
"Kalau gitu saya tinggal dulu, Pak. Saya titip Abiyan, mungkin satu bulan sekali saya akan jenguk dia," ucap Adrian sambil menjabat tangga Arman. Setelah selesai mereka langsung keluar, dan tak memperdulikan Abiyan yang selalu memanggil Adrian juga Sekar.
"Ndi ... Maa ...."
.
.
.
Happy Reading
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Ar_👻
sini² Abiyan sama tante ajah 😁
2021-06-07
0
Miera Ajha
kasian abiyan 😭, knp jg kahh Adrian mau ninggalin,
2021-06-02
0
Ayra Dzakira
kasian abiyan ny,
2021-05-04
0