Setelah selesai mendengarkan surat wasiat sang Kakak, Adrian langsung membawa pulang keponakannya ke rumahnya sendiri. Adrian tidak ingin menempati rumah peninggalan Aditya, karena Adrian tidak membutuhkan rumah itu.
Adrian lebih suka mendidik Abiyan di lingkungan rumah yang selama ini dia tempati bersama Aditya selama ini, bahkan Adrian tidak tahu menahu rumah itu. Adrian saja baru mengetahui kalau Aditya memiliki rumah sendiri, saat pengacara membacakan surat wasiat.
Untuk alasan lain, Adrian lebih nyaman di lingkungan rumahnya sendiri. Adrian akan mendidik keponakannya di sini, sambil kerja. Jika dia menyetujui, maka semua barang akan di boyong.
Sedangkan Adrian tak bisa seperti itu, takut jika ada kerjaan mendadak seperti saat ini, Adrian tiba-tiba ada kerjaan mendesak. Mau tak mau dia harus membuka laptop malam-malam, demi proyek yang ditangani.
Tetapi sebelum melakukan tugasnya, Adrian harus mengamankan keponakannya dulu. Adrian tidak mau diganggu jika Abiyan belum diamankan, entah itu di boks bayi atau dimanapun.
"Kamu di sini dulu, Ingat kamu harus diam tidak boleh nakal ya. Kalau nakal, Daddy akan marah dan kamu akan Daddy makan," ucap Adrian sambil memainkan tangannya agar seperti Harimau yang siap melahap mangsanya.
Bukannya takut, Abiyan malah tertawa saat melihat Adrian seperti itu. Abiyan kira, Adrian mengajaknya bercanda, padahal Adrian sedang serius memperingati keponakannya.
Adrian memang tipe lelaki kaku, walaupun mereka sering bersama. Tetapi, Adrian belum seluwes kakaknya. Tetapi, dibalik itu semua Adrian sangat menyayangi keponakannya ini.
"Hey, anak nakal. Daddy bukan ngajak bercanda, Daddy ini memberikan contoh agar kamu jadi anak yang disiplin. Nanti Daddy akan ajari kamu bela diri juga, agar kamu bisa membela diri tanpa menunggu bantuan. Jadi, kalau ada anak yang rese langsung tonjok mukanya. Paham, Nak," ucapnya sangat bahagia.
Oh, astaga Inikah didikan Om nggak ada akhlak. Bukannya di beri contoh yang baik, Adrian malah memberikan ajaran yang sangat tidak patut di contoh.
Abiyan hanya tertawa riang, setelah itu Abiyan menarik dasi Adrian dan langsung memakannya seperti makan biskuit. "Yam, yam, yam."
Adrian terbelalak kaget melihat tingkah keponakannya, bahkan expresi seorang Adrian yang tadi tegas semakin garang melihat kejadian ini.
"Now, Sayang. Ini kotor, tidak boleh dimasukkan mulut. Nanti kamu sakit," ucap Adrian sambil menarik dasinya hingga Abiyan merasa kehilangan sesuatu.
Adrian langsung melepaskan dasi yang masih melekat di lehernya, dan tanpa tunggu lama Adrian langsung duduk di meja kebangsaan miliknya. Adrian akan melakukan panggilan dengan Sekar, untuk melanjutkan proyek yang tertunda kemarin.
Sesekali Adrian melirik Abiyan dari kejauhan. Adrian takut jika Abiyan terlalu banyak tingkah membuatnya tak bisa konsentrasi, dan semakin memperlambat pekerjaan ini.
"Ndi, ndi …"
Anggap saja Abiyan memanggil Adrian. Namun Adrian hanya melambaikan tangan saja, dan kembali menatap layar laptop.
Tetapi, siapa sangka jika Abiyan akan berdiri dan menaiki box bayinya. Abiyan terus menaikkan satu kakinya agar bisa keluar, hingga kini tubuhnya tersangkut di tengah-tengah penutup box bayi.
Abiyan terus berteriak, tetapi Adrian masih fokus pada laptop. Abiyan ingin kembali ke dalam box, tetapi dia tak bisa hingga dia hanya menggerak-gerakkan badannya saja agar bisa turun.
Sebenarnya, Adrian mendengar suara Abiyan. Akan tetapi, Adrian hanya menganggap hanya ocehan biasa. Terlebih lagi, Adrian tak paham dengan bahasa Abiyan.
"Ndi, nd ...."
Buuugg!
"Huaaa ...."
Adrian terperanjat kaget saat mendengar benda jatuh. Dengan sangat cepat Adrian melihat box bayi Abiyan, dan betapa terkejutnya Adrian saat melihat keponakannya terkapar di lantai sambil menangis.
"Abiyan!"
Adrian langsung mengangkat Abiyan, dan menggendong bocah kecil itu. Sungguh Adrian merasa gugup, keringat dingin mulai bercucuran saat melihat kepala Abiyan benjol.
"Ya ampun, benjol besar! Aagghh … repot amat sih urus anak!" geram Adrian.
Setelah itu Adrian menuju meja kerjanya, dan segera mematikan laptop tanpa perduli Sekar yang sedang kebingungan.
Adrian mengambil gendongan Abiyan, dan setelah itu Adrian masuk mobil untuk pergi ke rumah sakit. Di dalam perjalanan Adrian sangat ngebut karena panik dengan kondisi Abiyan yang terus menangis.
"Sabar Sayang, sebentar lagi kita sampai rumah sakit. Lagian kamu juga sih, ngapain naik-naik segala jatuh kan jadinya. Benjol pula kepalanya!" seru Adrian semakin membuat Abiyan menangis histeris.
Adrian semakin makin bingung hingga beberapa kali mengumpat kesal, rasanya ingin sekali Adrian membuang keponakannya ini. Tetapi, dia tak tega. Adrian takut, apakah nanti Abiyan menemukan keluarga baik jika dia melakukan itu nanti.
Untungnya tak lama setelah itu, mobil Adrian sampai di sebuah rumah sakit. Dengan sangat panik Adrian keluar tanpa memperdulikan mobilnya, dia sampai lupa mobilnya juga belum di tutup maupun dimatikan. Adrian tak peduli dengan mobil, yang terpenting sekarang adalah Abiyan.
"Dokter, tolong anak saya!" teriak Adrian seperti orang kesetanan.
Beberapa Suster langsung menghampiri Adrian, dan mengambil Abiyan. Namun Abiyan tidak mau digendong siapapun, dia malah memegang erat baju Adrian.
"Sayang diperiksa dulu, jangan gini. Ayo ikut Suster dulu ya, biar benjolannya kempes," bujuk Adrian.
"Nda, nda ...."
Abiyan tetap tidak mau, hingga seorang dokter muda yang sangat cantik mendekati Adrian. Dokter itu merasa kasihan melihat Abiyan yang terus menangis, apalagi Adrian terlihat sangat kebingungan.
"Halo adik manis, kenapa nangis Sayang? Sakit ya? Sini sama bu Dokter, biar bu Dokter periksa," ajak dokter muda itu.
Namun sayangnya Abiyan masih tak mau, dia terus memeluk erat Adrian hingga menyembunyikan wajahnya di dada bidang Adrian.
"Ini keluhannya apa, Pak?" tanya dokter bernama Sherly itu.
"Tadi jatuh dari atas box bayi, dan kepalanya langsung benjol sebesar ini. Tolong anak saya, berapapun biayanya akan saya bayar," balas Adrian penuh kepanikan.
Dokter Sherly berusaha melihat kepala Abiyan yang memang benjol besar, bahkan bisa di pastikan itu sangat sakit. Apalagi, kepala rawan sekali dengan benturan.
"Sebenarnya, jika bayi jatuh dari tempat tidur tidak perlu sepanik ini. Memang sih orang tua mana yang tidak panik melihat anaknya jatuh. Tetapi, sebelumnya Bapak juga harus tenang. Ada beberapa hal yang bisa dilakukan saat anak jatuh dan jangan panik, karena nanti anak juga ikut panik.
Contoh yang bisa dilakukan bisa dengan beberapa hal, seperti ini.
Alihkan perhatian dan tenangkan Si Kecil. Jika setelah jatuh tidak ditemukan luka maupun memar di tubuhnya, cobalah untuk menghibur Si Kecil. Terjatuh dari tempat tidur tentu membuatnya merasa takut dan kaget. Sembari bercanda dan menghiburnya, periksalah kembali kepala dan tubuh Si Kecil untuk memastikan bahwa dia tidak mengalami cedera.
Bersihkan luka Si Kecil.
Jika bayi jatuh dan terdapat luka, segera obati luka tersebut. Sebelum merawat luka Si Kecil, jangan lupa untuk mencuci tangan terlebih dahulu. Kemudian lanjutkan dengan membasuh darah dan kotoran pada luka Si Kecil. Tekan lembut kasa steril pada bagian yang luka untuk menghentikan perdarahan.
Jika perdarahan tidak juga berhenti, tekan kasa agak kuat selama 5 menit. Lalu oleskan salep antibakteri, seperti neosporin atau bacitracin, untuk mencegah infeksi. Jangan lupa untuk mengganti perban setiap hari agar luka tetap kering dan cepat sembuh.
Berikan kompres dingin,
Jika kepala atau bagian tubuh lainnya bengkak atau benjol, kompres bagian tersebut dengan es yang dibungkus kain. Suhu dingin dapat mengurangi bengkak dan membantu mengurangi nyeri.
Pantau kondisi Si Kecil dalam 24 jam ke depan. Setelah terjatuh dari tempat tidur maupun dari tempat lainnya, kondisi Si Kecil perlu terus dipantau selama 24 jam. Apabila setelah terjatuh, Si Kecil menangis namun kemudian tenang dan bisa beraktivitas kembali seperti biasa, maka kemungkinan besar kondisinya tidak berbahaya.
Anda perlu waspada, jika setelah Si Kecil terjatuh dari tempat tidur, muncul gejala-gejala berikut:
-Pingsan atau tidak sadar.
-Muntah.
-Kejang.
-Sesak napas.
-Memar yang luas di kepala dan tubuh.
-Terdapat patah tulang atau luka terbuka.
-Perdarahan dari hidung, mulut, atau telinga.
Jika setelah terjatuh atau dalam waktu 24 jam setelah terjatuh, Si Kecil menunjukkan beberapa gejala diatas, segeralah bawa ke instalasi gawat darurat (IGD) rumah sakit terdekat untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan dari dokter.
Karena belum dua puluh empat jam, maka lebih baik dikompres saja. Dan saya akan meresepkan obat nyeri, supaya dia bisa tidur."
Adrian hanya melongo mendengar ucapan dokter Sherly, sumpah dia tidak paham tetapi mencoba mencerna semuanya.
"Terus, habis ini gimana?" tanya Adrian bingung. Pasalnya Abiyan masih setia menangis di gendongannya, dan tak mau berhenti.
"Pulang," jawab dokter dengan santai.
"Tidak bisa, biarkan anak saya menginap di rumah sakit selama satu hari sampai memastikan dia benar-benar sehat." Putus Adrian tak bisa diganggu gugat.
"Anaknya sehat Pak, belum menunjukkan gejala serius. Ini hanya perlu di kompres, jadi bisa rawat jalan," balas Dokter lagi agar Adrian paham.
"Tidak bisa! Anakku akan tetap di sini, akan kubayar berapapun!"
Keputusan Adrian sudah telak, tak bisa diganggu gugat. Mau tak mau, dokter itu mengizinkan Abiyan menginap satu hari saja agar hati Adrian puas melihat anaknya sehat-sehat saja.
.
.
.
Happy Reading
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Queen Tdewa
dri kecil udah d ajarkan buat menghajar org rupanya
2022-10-28
0
Katherina Ajawaila
nasip blm nikah tapi udh jadi PP, PR ngk tu🤫🤫🤫🤫🤫
2022-03-02
0
Muflikhatul Azizah
kayaknya Kelebihan uang.. sampai bingung mau buat apa 😅😅😅😅
2022-01-15
0