...Happy Reading....
"Arley, aku akan menginap di kamar suitemu malam ini." kata Savira begitu pesta usai. Dia langsung masuk lift. Sedikit pusing karena menegak tiga gelas alkohol. Tapi untuk orang yang sudah terbiasa seperti dirinya ukuran seperti itu tidak berarti apa-apa baginya, dia masih tetap sadar.
Arley tercengang.
"Gunakan kamar yang lain! Kau tidak boleh tidur di sana."
Savira melongo.
"Kenapa? Apa ada perempuan di sana?"
"Tidak ada."
"Lalu kenapa kau melarang ku?"
Arley tidak menjawab, dia merogoh ponselnya dan menelpon Heru.
"Hubungi manager hotel, suru dia menyiapkan kamar untuk Savira."
Savira menatap tajam.
"Aku tidak mau kamar yang lain, aku mau ke kamarmu." menekan ucapannya. Lalu segera keluar begitu pintu lift. Savira segera melangkah cepat menuju kamar suite Arley.
Arley mengejar dan menangkap tangannya.
"Berhenti Vir, jangan keras kepala."
"Bukan aku yang keras kepala. Tapi kau menyembunyikan perempuan di dalam sana! Kau takut ketahuan! Dengar Arley, aku kekasihmu. Dari dulu kau tidak mengizinkan aku menginap di kamar suitemu itu, kau melarang ku. Dan beraninya kau membawa perempuan lain ke kamar itu?" Savira menepis kuat tangan Arley hingga lepas. Lalu segera berlari menuju kamar Arley dengan kecurigaan yang mendalam, dia dapat merasakan ada perempuan di dalam sana.
"Tidak ada perempuan di dalam sana. Berhenti Savira." teriak Arley mengejarnya.
Arley bukan khawatir Vira akan menemukan Ana di kamarnya. Yang di takutkan Vira akan menyakiti dan mempermalukan Ana.
Savira tak mengindahkan teriakannya. Dia terus melangkah cepat mendekati pintu. Lalu dengan gerakan cepat memutar handle pintu dan mendorong kuat, terus berlari masuk kedalam. Tak ada siapa siapa di tempat tidur. Savira menjelajahi semua tempat dan setiap sudut kamar.
Arley cepat menuju tempat tidur dan ternyata kosong? Ana sudah tidak berada di tempat tidur. Arley menarik nafas lega, tapi dia juga khawatir, kemana Ana pergi? Dia cemas Ana akan bertemu dengan orang seperti Bram lagi di luar sana.
Vira mendengus geram karena tak menemukan apapun. Dia memeriksa semua tempat, kamar mandi, kolong tempat tidur bahkan dalam lemari.
"Kemana perempuan itu?" dengusnya geram.
"Aku sudah katakan tidak ada siapa siapa di kamar ini." sentak Arley menatap tajam
"Kau lihat kan, kamar ini kosong! Berhentilah mengacak-acak kamarku! Dan keluarlah__." sentak Arley.
"Aku yakin ada perempuan di sini tadi. Lihat ranjang mu berantakan Arley, dan ada aroma parfum lain di bantal dan selimutmu! begitu juga pada pakaian mu. Aku dapat menciumnya." kata Savira menatap tajam. "Katakan padaku siapa wanita itu Arley?" teriak Vira keras menahan amarah.
"Terserah padamu. Aku malas meladeni mu." kata Arley ketus lalu meninggalkan Vira yang berteriak teriak memanggilnya.
"Aku yakin dia membawa wanita ke kamar ini! Akan kucari dan kutemukan wanita itu. Lihat saja Arley, akan ku buat perhitungan pada wanita itu jika kutemukan! Kau hanya milikku. Tak kan kubiarkan wanita lain mengambil mu dariku. Kau hanya milikku, milikku." ucap Vira sinis menatap kepergiannya.
Dia mengambil ponselnya dan menelpon seseorang.
"Percepat pertunangan ku dengan Arley, aku tidak mau menunda-nunda lagi." katanya tegas dengan tatapan tajam menatap ke arah pintu.
.
.
Flash back.
Sebelum Savira pergi ke kamar suite Arley.
Ana terbangun dari tidurnya mendengar bunyi ponselnya. Benda pintar itu berbunyi terus hingga membangunkannya. Ana merasa perutnya mual dan ingin muntah. Ana segera berlari ke toilet. Dia mengeluarkan semua isi perutnya. Setelah itu membasuh wajahnya.
Sesaat dia duduk di toilet dan menjernihkan pikiran dan kesadarannya.
Dia terkejut melihat keadaan sekelilingnya
Lebih terkejut lagi melihat keadaan tubuhnya yang hanya memakai panties.
Ana kembali terbelalak dan seketika menjerit begtu melihat beberapa tanda merah di tubuhnya. Di lehernya, dadanya dan pahanya. Hampir semua tubuhnya di penuhi tanda tanda itu.
"Apa yang terjadi padaku? Ya Tuhan, Siapa yang melakukan ini? Kenapa aku tidak memakai pakaian? Apa yang terjadi padaku?" cemas dan ketakutan membayangkan hal buruk telah terjadi padanya.
Ana segera memeriksa bagian intimnya. Dia melihat hal aneh dan tidak merasakan sakit atau apapun. Dengan cepat Ana balik ke tempat tidur dan memeriksa sprei, bantal, juga selimut. Tidak ada darah di sana. Ana menarik nafas lega, sempat berpikir telah terjadi sesuatu yang buruk pada dirinya. Tidak ingin berlama-lama di tempat asing yang tidak diketahuinya ini, Ana buru buru memakai pakaiannya dan segera keluar dari kamar.
Di dalam lift Ana mencoba mengingat kembali kejadian di ballroom tadi. Meminum minuman Roy, merasa pusing, sedikit mabuk, terus berdansa dengan pria gendut tapi kemudian berganti dengan pria tampan.
Pria tampan mengajaknya berdansa dan menyelamatkan dirinya dari pria gendut ketika hendak melakukan hal tidak senonoh. Setelah itu pria tampan itu membawanya masuk lift dan menciumnya. Lalu membawanya ke kamar dan ketempat tidur. Terus pria tampan kembali mencumbunya di tempat tidur. Ana mencoba mengingat wajah pria itu dan............. lamunannya buyar seketika oleh telepon yang tiba tiba masuk. Ponselnya berdering. Ingatan Ana tentang pria tampan itu buyar seketika. Ana segera mengangkat telepon setelah tahu siapa yang menghubunginya.
"Halo bik Mul___"
"Ana, Bibi membawa nenek ke rumah sakit karena belum sadar dari pingsannya. Bibi khawatir dan menghubungi ambulans."
Ana terperanjat."Ya Allah....Nenek." seketika tubuhnya lemas.
"Kau kapan pulang? Kalau ada penerbangan malam ini pulanglah segera." terdengar suara bibi mul panik dan cemas.
"Baik bik. Aku akan berusaha pulang malam."
Ana langsung terduduk lesu dalam lift, dia menangis."Nenek__nenek."
Ana Segera mengambil ponselnya, mencari kontak mamanya, tapi nomor mamanya tidak aktif, begitu juga dengan pamannya. Ana semakin terisak penuh emosi.
Setelah keluar lift dia langsung menuju kamar Ririn dan Risma. Dia harus bisa pulang malam ini bagaimana pun caranya. Dia akan meminta bantuan ke tiga temannya.
Sebelum mengetuk kamar, Ana menggerai rambutnya ke depan untuk menutupi bekas kissmark di lehernya yang terlihat. Dan entah siapa pria yang telah membuatnya itu. Ana merasa geram. Tapi dia masih sangat bersyukur karena pria itu tidak memakai dirinya.
Ana segera mengetuk pintu. Untung saja kedua temannya itu belum tidur.
"Ana, dari mana saja kamu? Kami menelpon mu tapi tidak di angkat?" kata Ririn sambil menguap.
"Kamu kenapa nangis gitu?" Risma juga kaget melihat matanya yang basah.
"Nenek masuk rumah sakit, bibi Mul meminta aku pulang malam ini juga."
"Nenekmu masuk rumah sakit?" Ririn dan Risma terkejut.
"Bantu aku mengecek penerbangan malam ini, aku ingin pulang sekarang." kata Ana lagi tanpa henti menangis.
"Kami akan membantu mu. Kamu tenang dulu." Risma segera mengambil ponselnya.
Ririn juga ikut mengecek penerbangan lewat aplikasi.
"Gak ada penerbangan malam ini. Yang ada nanti besok pagi pukul 9." kata Ririn beberapa saat kemudian.
"Aku juga sudah memeriksanya." Risma menyambung.
Tubuh Ana melorot lemah ke bawah.
"Tunggu sebentar. Tadi kata Roy, pak Riko akan balik ke Jakarta malam ini bersama pak Joy. Mereka akan menggunakan pesawat pribadi. Gimana kalau kita minta tolong pak Riko untuk memberikan Ana tumpangan." kata Ririn tiba teringat perkataan Roy tadi tentang kepulangan Riko malam ini bersama Presdir.
Ana langsung bangkit berdiri. Tubuhnya terasa bersemangat kembali.
"Benarkah?"
"Iya, Roy tadi ngomong begitu. Karena pak Riko dan pak Presdir ada meeting penting besok pagi di kantor pusat. Makanya mereka akan balik malam ini."
"Kalau begitu aku akan menemui pak Riko." kata Ana.
"Baiklah ayo, siapa tahu saja dia bisa membantumu dan memberi tumpangan."
"Sebentar, aku akan hubungi Roy dulu." kata Ririn. Terlibat percakapan di antara mereka.
"Giman Rin?" tanya Ana tidak sabar melihat Ririn menutup telepon.
"Kata Roy, kita jangan menemui pak Riko. Roy akan menghubungi pak Joy, untuk meminta bantuan langsung padanya. Kebetulan Roy kenal sedikit dengan pak Joy."
"Mudah mudahan, pak Joy mau membantu." ucap Risma berharap sambil memegang bahu Ana.
"Ucapan Roy benar, aku juga khawatir bila meminta bantuan pada pak Riko. Nanti dia akan meminta balas budi yang tidak baik pada Ana saat di pesawat nanti." kata Ririn.
Ana Kembali menangis. Dia mengerti ucapan Ririn.
"Kalian memang sahabat terbaikku, selalu membantu dan sangat perduli pada keselamatan ku." Ana memeluk mereka berdua dengan haru.
"Sudah sudah, itulah gunanya sahabat. Kau juga selalu membantu kami. Jangan sedih lagi, mending kita berdoa semoga ada kabar baik dari Roy." kata Risma memeluknya.
Setelah menunggu beberapa menit, Roy menelpon, dan ucapan Roy membuat ketiganya tersenyum senang. Ana segera mengatur barang barangnya. Lalu mandi dan berganti pakaian.
Mereka segera ke bandara begitu Roy datang menjemput.
Taksi yang mereka tumpangi memasuki
Apron pesawat. Roy segera turun dan memperkenalkan Ana pada Joy. Untung saja Joy orang yang baik. Dia mengerti setelah Roy menjelaskan masalah yang menimpa Ana sehingga membuatnya ingin menumpang pulang.
"Masuklah, sebentar lagi pimpinan akan tiba." kata Joy.
Ana segera masuk setelah berpelukan dan mengucapkan terimakasih pada ketiga temannya.
Ana menuju dapur pesawat untuk menyembunyikan diri dari sang empunya pesawat. Karena status dirinya yang hanya menumpang sembunyi sembunyi. Dia tidak ingin Joy mendapatkan masalah yang telah membantu dirinya.
Joy mengiyakan jika itu membuatnya nyaman. Sebelumnya Joy menyuruhnya untuk duduk di bangku kabin paling belakang dari pada berada di galley pesawat. Tapi Ana menolak.
Joy memberikan isyarat pada pramugari untuk membiarkan Ana berada di situ dan tidak memberitahukan keberadaannya pada orang lain.
Tidak berapa lama Arley memasuki pesawat bersama Heru, Riko dan dua orang lainnya yang merupakan tamu penting Arley.
Jet super mewah itu segera lepas landas dan terbang ke angkasa menembus gelapnya malam.
Arley sedang membicarakan hal penting dengan para tamunya, tentunya tentang pekerjaan dan bisnis. Pramugari menyediakan makanan dan minuman. Dan setiap saat selalu datang mengecek.
Joy membisikkan sesuatu pada pramugari,
wanita cantik itu mengangguk. Dia segera mendekat pada Ana yang sejak tadi berdiri tersiksa di dapur pesawat.
"Nona, pak Joy meminta anda untuk duduk di bangku belakang. Anda jangan khawatir, tidak akan ada yang tahu. Karena tuan Altezza dan tamunya sedang terlibat pembicaraan serius yang sangat penting."
Karena merasa tersiksa dan capek berdiri,
Ana mengikuti perkataan sang pramugari.
Dia segera duduk di kursi belakang penumpang tepatnya di belakang Arley dan para tamunya.
Ana segera memakai sabuk pengamannya. Karena capek dan kepikiran terus pada neneknya, Ana tertidur. Sesekali dia mengigau menyebut neneknya dalam tidurnya.
Sala seorang tamu rekan bisnis Arley yang baru dari toilet menoleh pada Ana yang sedang tertidur nyenyak. Dia melangkah mendekati Arley.
"Tuan Arley, Ada orang lain di pesawat ini selain kita? dia seorang wanita." katanya pada Arley setelah mendudukan pantatnya.
Dahi Arley mengerut, dia menatap Riko, Joy dan Heru bergantian.
"Siapa?" khawatir ada penyusup yang masuk ke pesawatnya.
"Seorang wanita." jawab tamu Arley.
"Pak Arley, maaf. Wanita itu temanku." kata Joy gugup.
"Kau membawa teman wanitamu dalam pesawat dan tanpa izin tuan Arley?" Heru menatap tajam ke arahnya.
"Sebenarnya Nona itu bukan temanku, tapi teman dari temanku. Dia sangat ini pulang ke jakarta malam ini karena sesuatu yang sangat mendesak, kerabatnya masuk rumah sakit dan memintanya pulang malam ini. Sementara tak ada penerbangan saat ini ke Jakarta." kata Joy menjelaskan.
Heru segera beranjak dari duduknya dan melangkah ke kursi belakang untuk mengecek. Heru kaget setelah melihat Ana. Segera dia berbalik mendekati tuannya dan berbisik.
Arley terkejut, dahinya mengerut. Dia segera bangkit berdiri menuju tempat Ana duduk.
"Benar Ana?" batinnya, begitu melihat wajah Ana. Arley tersenyum senang dan segera duduk di dekat gadis itu. Dia memperhatikan wajah Ana yang tertidur pulas. Arley menyingkirkan beberapa helai rambut yang menutupi wajah manisnya.
"Aku menghawatirkan dirimu dan ternyata kamu malah berada di sini?" gumamnya pelan.
Arley teringat kata kata Joy yang mengatakan ada kerabatnya yang masuk rumah sakit.
"Siapa yang sakit? Sampai membuatmu pulang mendadak begini dan naik pesawat ku secara diam-diam?"
"Tapi aku sangat senang, karena akhirnya kita bertemu lagi, pemabuk cantik." gumam Arley tersenyum sambil menyentuh lembut pipi Ana.
Beberapa saat kemudian, Arley segera bangkit dan mendekati tamunya.
"Tuan Hiro chi, Maaf saya tinggal sebentar. Saya tidak akan lama. Silahkan di lanjutkan kembali." katanya pada mereka.
"Kebetulan wanita itu adalah temanku. Aku mengenalnya. Pak Riko dan sekretaris Heru akan menemani anda berdua, silahkan." lanjutnya kembali.
Joy menarik nafas lega.
Arley memberikan isyarat pada Joy dan Heru untuk tidak memberi tahukan tentang Ana pada Riko dan ke dua tamunya itu.
Kedua asisten setianya itu mengangguk, mengerti.
Arley kembali mendekati tempat duduk Ana.
Dia melepas sabuk pengaman gadis itu, lalu mengangkat tubuh Ana perlahan membawanya ke ruang tidur.
Joy dan Heru melihat apa yang di lakukan tuan mereka dengan penuh tanya. Melihat kedekatan itu. Seperti dua orang yang memiliki hubungan pribadi.
Perlahan Arley meletakkan tubuh Ana ke tempat tidur, dan segera menyelimutinya.
"Pemabuk cantik." Arley tersenyum .
"Sepertinya kau sudah sadar, sehingga bisa berada di pesawat ku." perlahan dia mendekat kan wajahnya dan mengecup kening dan bibir Ana bergantian.
Ana bergerak menghadap ke samping memeluk bantal guling.
"Nenek__ " ucap Ana mengigau lagi menyebut neneknya.
"Nenek?" ulang Arley dengan dahi mengerut.
"Apa neneknya yang masuk rumah sakit?" batin Arley.
Karena dia ingat tadi Ana menyebut neneknya pingsan saat berbicara dengan seseorang di telepon.
Arley kembali menatap wajah Ana sambil membelai rambut gadis itu. Dia tidak menyangka akan melihat dan bertemu dengan gadis ini kembali.
"Tidurlah dengan nyenyak, nanti aku akan kembali lagi." ucapnya kemudian, teringat dengan tamunya. Arley mendekatkan wajahnya dan kembali mengecup kening Ana. Dia bangkit berdiri dan segera keluar untuk bergabung kembali dengan para tamunya.
Bersambung.
Maaf baru bisa up 🙏
Terimakasih bagi yang Sudah mampir di karya author yang ke 2 ini 🙏😘 Jangan lupa untuk terus memberikan dukungannya ya...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 60 Episodes
Comments
🌻Ruby Kejora
Sukses bwt kk
2022-05-26
2
Aris Pujiono
enaknya ya jadi arley
2022-04-05
0
IG : @thatya0316
candu ya arley...semangat thor
2021-12-05
0