Ellena terpaksa harus menyewakan rumah peninggalan Kakek dan Neneknya, ia akan mendaftar kuliah di Perguruan Tinggi di kota Bandung. Ia mendapat beasiswa dari Universitas U selama 1 tahun.
Ia menyewakan rumah itu 15 juta pertahun, dan si penyewa membayar untuk sewa 2 tahun. Hasil dari menyewakan rumah itu dipakai biaya pendaftaran dan biaya-biaya lainnya di luar biaya semester. Sisanya untuk bayar kos dan untuk biaya hidup sehari-hari sebelum ia mencari pekerjaan.
Ellena mencari tempat kos yang dekat dengan kampusnya. Kampusnya berada di Jalan Dipati Ukur. Untuk itu ia mencari kosan di belakang kampus supaya ia bisa jalan kaki untuk ke kampus.
Alasan lainnya Ellena kos adalah agar ia bisa menjauh dari Om Risman. Setidaknya ia tidak berada di Sumedang lagi. Otomatis Om Risman tidak bisa menemuinya sering-sering. Apalagi kalau Ellena tidak memberitahukan tempat kos Ellena. Om Risman tentunya akan kesulitan menemuinya.
Kamar kosan pun didapat. Tempatnya cukup lumayan untuk ukuran tinggal sendiri. Fasilitasnya sudah ada kasur busa dan lemari pakaian. Kamar mandi dan dapur digunakan bersama-sama dengan penghuni kamar lain.
Kosan Ellena berada di gang sempit dengan pencahayaan matahari yang kurang. Ini hanya untuk sementara sampai ia benar-benar mengenal daerah yang baru ini dan punya banyak teman yang akan memberinya informasi tempat kosan yang bagus.
Setelah mendaftar kuliah dan mendapat tempat kos, Ellena akan memindahkan barang-barang pribadinya ke kosannya. Barang-barang milik Nenek dan Kakeknya, ia biarkan tetap disimpan di rumah Nenek dan Kakeknya dan tidak apa-apa bila dipakai oleh penyewa rumahnya.
Pada hari yang telah direncanakan, Ellena mengangkut barang-barang pribadinya dengan naik taksi. Hidup sebatangkara, membuatnya harus mandiri. Mengatasi dan menghadapi semuanya sendiri.
Hari pertama tinggal di kosan, ia habiskan dengan beres-beres, menata kamarnya agar nyaman untuk ditempati. 3 kamar lainnya dihuni oleh masing- masing satu orang. Rumah ibu kosnya berada dekat dengan kamar-kamar yang di koskan itu.
"Hai, baru pindah ya? Kenalkan, nama saya Ayu," seorang penghuni kos di sebelah kanan kamar Ellena.
"Iya nih. Nama saya, Ellena. Panggil saja Ellen. Kamu anak baru juga?" tanya Ellena.
"Ya. baru dua hari yang lalu menghuni kamar kos ini. Aku kuliah di Universitas U jurusan Teknik Informatika. Kamu?" tanya seorang gadis.
"Aku juga di Universitas U. Jurusan Akuntansi," jawab Ellena.
Lalu Dua orang lainnya nimbrung.
"Ada penghuni baru nih rupanya! Kuliah apa kerja?" tanya salah seorang.
"Kuliah. Di Universitas U," jawab Ellena.
"Kenalkan, nama saya Andin,"
"Saya Lina,"
"Ellena," kata Ellena sambil membalas uluran tangan mereka.
"Kami kuliah kelas karyawan di Universitas U sambil kerja di Cafe di Dago," kata Lina.
"Fakultas apa?" tanya Ellena.
"Ekonomi. Jurusan Manajemen," kata Lina
"Oh sama dong, cuma aku ambil jurusan Akuntansi," ucap Ellena.
Perbincangan mereka semakin membuat mereka akrab. Merekapun saling berkunjung ke kamar, beli makan ke warung bareng, atau sekedar nongkrong di warung bakso dekat kampus sambil cuci mata. Ellena merasa tidak sendiri lagi.
Ellena semakin hari semakin khawatir. Sudah berjalan enam bulan kuliahnya. Keuangannya sudah menipis. Terpaksa Ellena harus berhemat. Ia puasa senin - kamis. Agar ia cuma makan sekali sehari. Hari lainnya, ia masak nasi di rice cooker, lauknya kadang hanya krupuk dan kecap, kadang mie instan yang di bagi 2 karena untuk 2 kali makan, atau telur ceplok.
Ellena harus cepat bertindak. Ia harus mencari pekerjaan. Di carinya lowongan pekerjaan di sosmed atau internet. Ia butuh pekerjaan part time, karena harus kuliah juga. Ia juga cari-cari informasi dari teman-temannya barangkali mengetahui ada lowongan pekerjaan.
Disela - sela waktu senggangnya, Ellena melakukan hobi lamanya. Menyanyi. Menyanyi dapat membuatnya terhibur, melupakan sejenak kehidupannya yang sulit dan sebatangkara, juga dapat memberinya energi baru untuk semangat menjalani kehidupan sesulit apapun.
Banyak lagu dihapalnya. Mulai dari lagu barat, lagu Indonesia, maupun lagu India. Musiknyapun berbagai aliran, dari mulai pop, rock, sampai dangdut.
Teman-temannyapun jadi ikut-ikutan menyanyi bila Ellena menyanyi. Untung Kosannya tidak terlalu padat jarak dengan rumah bu kos atau tetangga yang lain. Lagipula suara Ellena bagus. Jadi mereka yang mendengarkannya tidak merasa terganggu, malah menikmati lagu yang dinyanyikan Ellena.
" Ellen, kamu mending ikut audisi lomba nyanyi aja. Suaramu bagus,'" kata Andin.
"Aku butuh pekerjaan, Ndin. Belum terpikirkan kalau ikut audisi. Ikut audisi itu setidaknya butuh biaya ke sana ke mari untuk daftar dan audisi awal. Aku butuhnya pekerjaan. Bisa bantu gak Ndin?" tanya Ellena.
"Kamu kan pandai menyanyi. Kebetulan di cafe tempat aku bekerja ada live musiknya. Nanti aku bilangin deh ke pemilik cafe, siapa tahu butuh penyanyi baru,"
"Wah.... terimakasih ya, Andin. Kamu memang temanku yang is the best lah!" puji Ellen.
"Udah ah jangan ngerayu. Gak dirayu juga aku tetap bantu kok!" kata Andin.
Ellena menunggu kepulangan Andin pulang dari bekerja. Ellena sudah tidak sabar mendengar kabar tentang job menyanyi di cafe tempat Andin dan Lina bekerja.
Sambil mengerjakan tugas kuliah, Andin bernyanyi-nyanyi kecil sambil diiringi musik dari ponselnya. Lagu yang dinyanyikannya lagu karoke dangdut koplo. Ia masih asyik menulis sambil menyanyi. Ketika didengarnya suara orang tertawa-tawa, barulah Ellen menghentikan menulisnya dan melihat keluar kamar. Ayu sedang tertawa melihat Nini Idah, seorang nenek, ibunya ibu kos sedang berjoget - joget didepan kamar Ellen yang langsung menghadap jalan gang.
"Tariiik niii..... semongko!" teriak Ayu.
Ellena tercengang melihatnya. Ellenapun langsung menghampiri Nini Idah. Walau tubuhnya renta, tapi urusan joget, membuatnya energik. Nini Idah lincah sekali berjoget. Ellenapun menyanyi sambil berjoget-joget dengan Nini Idah.
"Euleuh euleuh Nini idah meni hebring jogetnya," salah seorang tetangga. Suara musik koplo dari ponsel Ellenapun dikeraskan, sehingga Nini Idah semakin semangat. Sontak saja, satu persatu orang berdatangan melihat Nini Idah dan Ellena. Ayu juga ikut-ikutan berjoget agar Nini Idah semakin semangat.
Dengan menggunakan mic yang terhubung ke ponsel, jadilah pertunjukan dadakan itu sukses membuat kerumunan.
"Eta... Nini Idah, apa enggak encok ya.? Meuni lincah-- lincah teuing! Si Neng nya juga suaranya bagus, jadi enakeun yang jogetnya!" kata yang menonton berkomentar.
Tiba-tiba ibu kos datang dan langsung menghampiri Nini Idah.
"Aduh Gusti nu Agung.....! naha ari ibu gak ingat umur. Malu atuh ibu! Ayo udah jogetnya!" kata Ibu Yayah, ibu kos Ellena, sambil menarik Nini Idah.
"Ingkeun atuh Bu Yayah! Hiburan!" kata seorang pemuda sambil tertawa.
"Hiburan, hiburan! Siga topeng monyet wae jadi tontonan!" gerutu Bu Yayah.
"Udah Neng Ellena. Matikan musiknya. Nini Idah mah teu kaop denger musik, jadi suka joget-joget," kata Bu Yayah dengan bahasa yang gado-gado, Indonesia-sunda.
Musikpun dimatikan. Penonton kecewa. Merekapun bubar. Bu Kos dan Nini Idah masuk ke rumahnya.
"Kalau tadi ngedarin keropak, kayaknya tadi akan banyak dapat uang lho Ellen," kata Ayu sambil tertawa.
"Atuh kamu kenapa diam aja. Kalau ngamen kan harus kerjasama. Ada yang nyanyi, ada yang joget, ada juga yang ngedarin keropak atau kaleng buat diisi uang oleh penonton," kata Ellena meledek.
"Uh... Sorry ya. Gak level," jawab Ayu sambil tersungut sungut. Ellena tertawa melihat reaksi Ayu. Ayu pun kemudian ikut tertawa.
Ketika mereka asyik tertawa, Andin dan Lina datang.
"Lagi bahagia nih kayaknya," kata Andin.
"Wah ... kalian ketinggalan pertunjukkan. Udah keburu bubar," kata Ayu.
"Pertunjukan apa?" tanya Lina tidak mengerti.
"Udahlah. Gak penting! Ngomong-ngomong. Gimana kabarnya lamaran kerjaku?" tanya Ellena.
"Maaf, Len. Pihak Cafe belum membutuhkan penyanyi baru. Masih ada penyanyi lama yang udah dibayar tetap disana," kata Andin sedih, merasa bersalah mengabarkan berita buruk.
"Ya udah gak apa-apa. Belum rezeki. Nanti aku cari di tempat lain deh," kata Ellena tetap tersenyum supaya Andin tidak merasa bersalah.
"Tapi, tadi ada salah satu pengunjung cafe ngobrol. Aku dengar. Katanya Lounge di Hotel ***** membutuhkan 3 orang penyanyi. Itu juga kalau kamu mau ambil," kata Lina.
( Lounge adalah tempat minum di hotel berbintang. Untuk kalangan pebisnis)
"Ya udah aku ambil aja. Awal-awal kan harus cari-cari dulu," kata Ellena
"Nih, alamatnya. Tadi aku minta ke orang itu. Aku bilang, barangkali ada temanku yang mau," kata Andin.
"Terimakasih ya," ucap Ellena, "Nanti malam aku ke sana."
*
*
*
*
*
Tinggalkan jejakmu ya readers!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
auliasiamatir
asik.. Nini.. Nini..m semongko... 🤪🤪🤪
2021-11-13
1
Nadia Fitri
k
2021-05-02
1
Nadia Fitri
hhh
2021-05-02
1