Pagi ini Navier sedang melakukan lari pagi sebelum berangkat bekerja, dia keliling sekitar gedung apartemennya. Navier memang rajin berolahraga supaya jiwa dan raganya sehat.
Dia berlari dengan pelan dan sesekali melihat matahari yang mulai muncul dari ufuk timur. Dari jauh ia melihat seorang perempuan sedang berjongkok. Navier segera mendekatinya.
"Kau manusia?" ucap Navier.
Gadis itu mendongakkan kepalanya, Navier terkejut melihat gadis itu adalah gadis penjaga kasir di minimarket.
"Kau tidak apa-apa?" tanya Navier.
Navier ikut berjongkok, ia memperhatikan wajah gadis itu. Keadaan sekitar masih sepi membuat Navier kebingungan mencari bantuan. Tetapi tiba-tiba....
"Huaaaaachoooo...."
Gadis itu bersin dan mengenai wajah Navier, Navier begitu terkejut dan langsung mengelap wajahnya.
"Sialan kau! Wajah tampanku," ucap Navier sangat kesal.
"Maaf, tidak sengaja. Kenapa kau mendekat? Jika aku bersin memang harus berjongkok," jawab Roseline.
Navier menunjuk wajah Seline, ia menekankan jemarinya ke hidung Seline yang mancung. Seline menepis tangan Navier, ia langsung melarikan diri.
Navier tak membiarkan gadis itu lari, dia ikut berlari mengejarnya.
Navier menarik ikat rambut Seline dan membuat rambut panjang itu terurai indah. Jantung Navier berdegup kencang dan baru pertama kali merasakan sensasi ini.
"Kau..." Navier menelan ludah, ia menatap setiap lekukan wajah Seline yang teramat cantik.
Buaaaak...
Seline langsung memukul hidung Navier membuat pria itu kesakitan, ini adalah kesempatan Seline untuk kabur dari pria aneh itu.
"Awas kau cewek sialan! Jika ketemu lagi ku cincang kau," umpat Navier.
Navier lalu pulang ke rumah dengan keadaan hidungnya yang memerah. Dia langsung mengadu mamanya. Sean hanya meliriknya, bocah kampret itu selalu membuatnya kesal.
"Aku dipukul cewek, mah."
"Pasti Navi kurang ajar jadinya dipukul cewek?"
Navier menggelengkan kepalanya. Lalu melirik sang papa yang sedang memainkan ponselnya. Navier mencoba mendekati dan ikut melihat ponsel papanya.
"Ada apa, pah?" tanya Navier.
"Saham kita akan terpecah jadi 3. Sera kurang ajar itu meminta jatahnya padahal papa sudah memberinya. Dia sudah membawa masalah harta kakek buyutmu ke pengadilan."
"Papa 'kan sudah kasih dia. Kenapa papa kasih lagi? Tante Zara yang malah belum dapat," ucap Navier.
Sean menghela nafas, entah akhir-akhir ini Sera sudah tidak seperti dulu lagi. Dia jadi sering menuntut ini dan itu tetapi tidak melakukan apapun untuk perusahaan.
"Bahkan tantemu sudah menggungat cerai uncle Kim," sambung Sean.
Navier terkejut dan tidak menyangka, padahal rumah tangga mereka terlihat baik-baik saja. Navier berdiri, ia berlari keluar dari apartemen dan menuju ke apartemen Ali. Dia merasa khawatir dengan sang asisten, apalagi Ali yang dikenalnya dulu begitu cengeng.
Tok... tok... tok...
"Ali... Ali... Buka pintunya!"
Ali membuka pintu, Navier langsung memeluknya. Ali kebingungan kenapa bocah aneh ini memeluknya.
"Sabar, Ali! Kau pria yang kuat. Aku sudah mendengar semuanya dari papaku."
Ali tersenyum, dia langsung menerima pelukan itu dengan hangat. Ali memang sangat sedih mengetahui orang tuanya akan bercerai. Kim yang melihat putranya berpelukan hanya tersenyum, mereka kadang akur dan kadang bertengkar. Tetapi Navier tiba-tiba mendorong Ali dengan kuat.
"Sialan! Kau menginjak sepatu mahalku," ucap Navier.
"Siapa yang menginjak?"
"Kaulah. Siapa lagi?"
Baru saja mereka akur lalu mereka bertengkar lagi. Kim segera melerai mereka. Memang kedua pria itu tidak bisa dipercaya.
"Tuan muda, ayo ikut sarapan!" ajak Kim.
Ali langsung mendorong Navier keluar dan menutup pintu. Dia tidak ingin makan bersama Navier karena pria itu selalu berkomentar tentang masakannya.
"Kenapa mengusir tuan muda?"
"Sudahlah, Yah. Jangan ajak Navi makan dengan kita! Dia banyak omong."
**
Seline masuk ke kamarnya, dia menghela nafas panjang. Betapa tidak? Dirinya memukul calon bosnya. Bagaimana jika dirinya ditolak dari Young Group karena ulahnya.
Seline, kau bodoh! Semoga saja dia tidak mengenaliku.
Seline mengecek emailnya dan melihat ada balasan dari pihak Young Group. Dia heran kenapa secepat itu panggilannya? Padahal ia baru memasukkan lamaran kemarin.
Hari ini pukul 10 pagi? Ah... Bagaimana ini? Jika bertemu Navier Alister apa aku pura-pura tidak kenal saja?
Seline beranjak dari ranjang dan mengambil seragam hitam putihnya. Untung saja dia mempunyai seragam masih bagus.
"Rose, kau sudah pulang dari jogging? Ayo sarapan!"
"Baik, pa."
Roseline lalu sarapan dengan papa dan mama tirinya. Dia masih terbayang kejadian tadi, dia merasa jadi cewek terbodoh yang berani memukul Navier Alister.
"Kau sudah mengirim lamaran?" tanya papa.
"Sudah, nanti jam 10 ada wawancara."
Papa tersenyum, memang Seline adalah anak yang penurut. Sedangkan Mama tirinya memandangnya dengan tidak suka. Berselang menit kemudian, adik tirinya datang. Dia langsung mencium kedua pipi papa dan mamanya.
"Morning, dad. Morning, mom."
"Morning too, sayang."
Suasana menjadi tidak enak, Seline memilih untuk segera kembali ke kamarnya. Saat ada adik tirinya, ia selalu tersisih maka dari itu ia lebih baik menghindar.
***
Seline berdandan sedikit dan menyisir rambutnya. Jantungnya begitu berdebar karena akan segera wawancara. Ternyata calon pelamar di perusahaan itu cukup banyak. Dia begitu pesimis takut jika tidak diterima.
Kini gilirannya di panggil, dia masuk ke ruang HRD. Dia memperkenalkan diri dan menjawab semua pertanyaan. Seline sedikit heran, kenapa dia langsung diwawancarai dan tidak melakukan tes seperti yang lainnya.
"Kak Seline, setelah ini anda masuk ke ruangan yang di pojok sana. Disana adalah interview terakhir anda dan menentukan apakah anda bisa bekerja disini atau tidak."
Seline menganggukkan kepala, ia segera berjalan sambil menenteng berkas lamarannya dan masuk ke ruangan misterius itu.
"Permisi," ucap Seline.
"Silahkan duduk!"
Seline bernafas lega karena bukan sang direktur yang berada di ruang misterius itu.
"Perkenalkan dirimu!" ucap Ali.
"Nama saya Agatha Roseline, biasa di panggil Seline."
Ali melihat penampilan gadis yang perkiraan dibawah umurnya. Sangat cantik dan rapi. Rambut Seline yang panjang serta belah tengah membuatnya seperti wanita dewasa.
Ali lalu melihat surat lamaran yang dibawa Seline, dia membacanya satu persatu.
"Sudah siap menjadi seorang sekertaris?" tanya Ali.
Seline terkejut? Sekertaris? Bahkan dia belum mempunyai pengalaman.
"Saya tidak salah dengar? Sekertaris?"
"Benar."
Disisi lain, Navier tertawa jahat melihat dari CCTV. Ternyata gadis yang memukulnya melamar pekerjaan di perusahaannya. Akhirnya ia bisa balas dendam secara jahat.
Awas kau! Kuberi pelajaran baru tahu rasa. Dia tidak tahu yang dia hadapi adalah Navier Alister, presdir tertampan dengan sejuta pesona.
Navier berdiri lalu mengirim pesan kepada Ali supaya gadis itu segera ke ruangannya. Dia tidak sabar untuk mengerjai Seline.
10 menit kemudian.
Seline melangkah ke ruangan Navier, dia terkejut melihat ruangan presdir seperti taman kanak-kanak. Seline melihat Navier yang berdiri membelakanginya.
"Tuan Navier?" ucap Seline dengan ragu.
Navier membalikan badan dan tersenyum menyeringai.
Seline lalu menelan ludah.
Mampuslah! Akan cepat mati diriku. Batin Seline.
Visual Roseline
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
weny
sera dmanfaatin louis, bodoh kamu ser
2021-04-24
0
RatuBayu
dicekok apaan ituh si sera yah...penisirin
2021-03-11
1
Nur Fadillah
cantik nya
2021-03-09
1