Navier membuka pintu apartemen, sang mama yaitu Mauren menyambutnya dengan hangat, ia melepaskan dasi dan jas putranya itu.
“Mandi dulu, sayang! Setelah ini makan malam,” ucap Mauren.
Navier menganggukkan kepala, ia langsung bergegas ke kamar dan langsung mandi menggunakan sabun import. Hari pertama bekerja cukup melelahkan, ia memilih berendam sebentar di bak mandi. Saat memejamkan mata, ia
malah teringat gadis supermarket yang melayaninya tadi. Navier langsung membuka mata dan menepuk-nepuk jidatnya.
“Kenapa cewek itu terbayang di pikiranku?” tanya Navier.
Navier langsung beranjak dari bak mandi dan menggunakan baju handuk. Dia keluar dari kamar mandi dan melihat mamanya menyiapkan pakaiannya. Navier segera memakai pakainnya.
“Kak Dale masih disini?” tanya Navier.
“Iya, mama suruh menginap disini.”
Navier memasang muka sebal dan Mauren langsung menyisir rambut putranya yang basah. Navier memang begitu manja dan Mauren seolah tidak mempermasalahkan hal itu. Semenjak Seina dan Daleon tidak tinggal di apartemen
ini membuat Mauren menumpahkan kasih sayangnya dengan Navier.
“Ayo kita makan! Mereka sudah menunggu,” ajak Mauren.
Navier dengan rasa malas menuju ke ruang makan, ia melihat sang papa, Seina, Daleon dan Darsen sudah duduk didepan meja makan.
“Sudah lama kita tidak makan malam bersama,” ucap Mauren.
Seina menganggukkan kepala, dia kini sudah sangat sibuk dengan pekerjaannya dan memilih untuk tinggal dekat stasiun televisi tempat dirinya bekerja.
“Besok pagi-pagi aku sudah berangkat lagi, mah. Aku cuti cuman sehari,” ucap Seina.
Raut wajah Mauren seketika menjadi sedih. Seina menggenggam erat tangan sang mama. “Aku janji, minggu depan aku akan kesini lagi,” sambung Seina.
Mauren tersenyum, ia langsung menyuruh suami dan anak-anaknya makan, tidak lupa ia menyuapi cucunya. Sedangkan Navier memainkan makanannya, ia sangat malas satu meja makan dengan Daleon. Navier berdiri, ia meminta izin untuk kembali ke kamar dan membawa makanannya ke kamar.
“Duduk saja! Aku akan pulang,” ucap Daleon yang mengerti adiknya tidak nyaman dengan kehadirannya. “Ayo Darsen, kita pulang!” sambung Daleon menggandeng anaknya.
Sean mencegahnya, ia kasian dengan cucunya yang harus pulang malam-malam. Navier berdecih dan langsung kembali ke kamar. Sean langsung menuju ke kamar Navier, ia melihat Navier menyalakan tv dan menonton kartun upin dan ipin kesayangannya sambil makan diatas ranjang.
“Navi, kau tidak boleh seperti itu dengan kakakmu!”
“Emangnya aku melakukan apa? Aku biasa saja, dia saja yang kebaperan,” jawab Navier.
“Jika kau egois dengan kakakmu setidaknya pikirkan anaknya, anaknya sudah tidak punya ibu dan kau tau sendiri ‘kan jika kakakmu bukan seperti orang pada umumnya?”
“Emang gue pikirin?” ejek Navier.
Sean mengambil guling lalu memukulkan ke badan Navier, piring yang dibawa Navier jatuh ke lantai.
“Ohhhhh No..... My Food. Papa tega sekali menyia-nyiakan makanan ini. Nasi ini menangis pah jika dibuang-buang. Kau tau, pah? Petani padi sampai kehujanan menanam padi ini,” ucap Navier.
Sean semakin geram, ia mendekati Navier tetapi bocah itu melarikan diri. Mauren datang dan menyuruh Sean untuk keluar sebelum Sean mendadak serangan jantung. Navier langsung menutup pintu kamarnya, ia malas
berdebat dengan sang papa. Tubuhnya sudah lelah dan ingin segera beristirahat.
15 menit kemudian
Tok... tok... tok...
“Navi, setelah ini datang ke kamar papa! Bawa juga hasil pekerjaanmu hari ini!” teriak Sean.
Navier mendesah kesal, ia membanting selimutnya dan membawa laptop lalu langsung menuju kamar papanya. Dia masuk ke kamar orang tuanya tanpa mengetuk pintu, ia melihat sang mama tengah di depan kaca rias sedangkan
papanya duduk disofa.
“Besok saja bisa ‘kan, pah? Aku lelah,” ucap Navier.
“Sekarang!”
Navier memutar bola matanya dengan jengah, ia langsung masuk menyerahkan laptopnya kepada sang papa. Sean membuka pekerjaan milik Navier yang dikerjakan hari ini tetapi matanya kabur dan harus menggunakan kacamata.
“Navi, Navi? Tolong ambilkan kaca mata papa di ruang kerja papa!” pinta Sean.
Navier tidak menjawab membuat Sean mengerutkan dahi, “ Navi?” panggil Sean tetapi Navier tetap tidak menyahut.
Sean mengarahkan pandangannya kepada Navier yang sudah rebahan bersama sang mama di ranjangnya. Navier rupanya sudah terlelap seakan tidak berdosa. Sean sangat geram memiliki putra yang aneh seperti Navier.
“Mama, *****,” ucap Navier.
Mulut Sean seakan berkedut, ia menjewer telinga Navier dengan keras. Navier berteriak keras dan meminta ampun kepada papanya.
“Sakit, pah.”
“Kau sudah besar, Navi. Kau harus bisa lebih sopan dengan orang tua. Sana tidur di kamarmu!” ucap Sean.
Navier langsung berlari menuju kamarnya meninggalkan laptopnya. Dia merasa kesal karena serba salah di mata papanya.
Disisi lain, Daleon masuk ke kamar Seina sesudah putranya tertidur. Seina sedang menonton sinetron di TV.
“Darsen sudah tidur?” tanya Seina.
Daleon langsung melepas bajunya dan memagut bibir Seina. Mereka berpacaran diam-diam. Seina menyadari jika ia memang suka dengan Daleon tetapi Sean tidak menyetujui jika mereka ada hubungan lebih.
“Atau kita menikah diam-diam saja?” tanya Daleon.
“Menikah bukan hal mudah bahkan ayah kandungku belum ketemu, siapa yang mau menjadi waliku jika ayahku belum ketemu?” ucap Seina.
Daleon melepas baju Seina lalu melemparnya ke lantai. Dia menciumi tubuh polos Seina tetapi tiba-tiba Darsen datang membuka pintu sambil mengucek matanya. “Daddy?” ucap Darsen.
Seina langsung menarik selimut, ia segera menutupi tubuhnya dengan selimut itu. Daleon segera memakai bajunya dan menggendong Darsen.
“Mommy dan Daddy lagi apa?” tanya Darsen.
Seina langsung memakai baju dan menggendong putranya. Dia menitikkan air mata karena tidak bisa menemani putranya karena terhalang restu dari Sean. Selama ini mereka menjalin hubungan sejak mereka tidak sengaja
bertemu di kota sebelah. Saat itu Seina sedang menjalankan tugas untuk meliput berita dikota itu lalu bertemu dengan Daleon. Mereka memutuskan tinggal serumahm dan lahirlah Darsen tanpa sepengetahuan Sean dan Mauren.
Daleon pulang ke apartemennya dengan membawa bayi, papa dan mamanya terkejut mendengar pengakuan dari Daleon yang mengaku menghamili seseorang tetapi gadis itu langsung meninggal setelah melahirkan. Papa dan
mamanya tidak curiga mengingat Seina berada di kota lain dan sedang bekerja. Sejak saat itu, Mauren membantu mengurus bayi tampan itu. Sampai Darsen berumur 3 tahun, Daleon memilih untuk tinggal sendiri bersama putranya.
Keesokan harinya,
Navier bangun pagi-pagi langsung mandi dengan sabun importnya. Dia mandi sambil bernyanyi setelah selesai mandi, dia segera keluar dari kamar mandi dan melihat mamanya menyiapkan jas untuknya.
“Cepat sekali mandinya?” tanya Mauren.
“Iya, ngapain lama-lama di kamar mandi?”
Mauren segera keluar lalu menuju ruang makan, keluarganya sudah duduk didepan meja makan. Berselang menit kemudian, Navier datang sambil menenteng dasinya.
“Pakaikan, mah!” pinta Navier.
Mauren segera memakaikan dasi untuk putranya, Navier memang sangat manja. Setelah selesai memakai dasi. Navier segera duduk dan ikut sarapan. Mereka makan dengan tenang dan menikmati makanan masing-masing sampai Darsen tidak sengaja menyenggol gelas lalu jatuh dann pecah seketika.
Pyaaaaaar.....
“Hancurkan! Hancurkan! Banting semua!” teriak Navier heboh sendiri.
Darsen langsung menangis, Daleon segera menenangkannya.
“Mulutmu tidak bisa diam, ya?” ucap Sean geram.
Navier langsung menutup mulutnya dan menyantapm makanan tanpa berdosa membuat keponakannya menangis pagi-pagi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 40 Episodes
Comments
Winda Nurmayani
lanjutnya cerita dale thor..pasti seru
2021-06-07
0
Zahira Zalfa Naqiyya
ternyata Daleon emang bener2 cinta sama seina..
klau aku menyaksikan kekonyolan navi setiap hari secara nyata, mungkin aku bakalan kejang2 gra2 nahan tawa..
😅😅😅
2021-05-12
0
Zahira Zalfa Naqiyya
oooh ya ampuuuun Navier.. ternyata somplakmu melebihi papamu...
😂😂😂😂
maaf thor, aku kira Daleon brengksek bneran kayak yg dibilang sama navier, ternyata anak sama seina to....
2021-05-12
0