"Ma, apa panggilan mesra itu perlu? Erwin tak mau aku hanya memangil nama." tanya Enji pada mamanya. Emily tersenyum mendengarnya. Enji sedang dikamar Emily sekarang, sedangkan Erwin sedang berbicara dengan Pak Burhan di taman belakang.
"Mama rasa perlu, kamu seperti tak pernah pacaran saja. Dulu kamu panggil Leo apa?" tanya Emily membangkitkan mengingatkan Enji akan masa pacarannya dengan Leo.
"Leo saja."
"Sayang? honey?" tanya Emily. Enji menggelengkan kepalanya.
"Hanya Leo, tak pernah pakai embel-embel. Kenapa tanya Leo, aku sudah punya suami, Mama malah mengingatkan masa laluku." sungut Enji sedikit kesal. Sewaktu belum menikah, tak pernah sekalipun Mama menyebut nama Leo.
"Mama yakin kamu sudah tidak mencintai Leo." jawab Emily dengan senyum mengembang.
"Iya, pasti. Aku mencintai Erwin." jawab Enji dengan mata berbinar.
"Kalau sudah cinta, kenapa bingung dengan panggilan sayang?" Emily terkekeh.
"Aku tak tahu bagaimana harus bersikap mesra, Mama ajari aku." pinta Enji pada Emily. Walaupun pernah berpacaran dengan Leo, Enji tak pernah mesra-mesraan dengan Leo. Mereka hanya nonton, makan dan bergandengan tangan, tidak lebih. Mencium hanya sebatas pipi saja. Jika Leo bertindak lebih maka Enji akan menginjak kakinya bahkan pernah melempar Leo pakai botol minuman yang sedang dipegangnya.
"Baiklah ayo ikut mama, kita susul Papa dan Erwin ditaman. Kamu lihat apa yang akan Mama lakukan pada Papa." Emily menarik lengan Enji, mengajaknya ke taman belakang, Enji pun mengikuti.
"Papa sayang, kalian lagi apa?" tanya Emily manja sambil duduk disebelah suaminya. Burhan mengerutkan keningnya, karena Emily tak pernah bersikap manja dihadapan anak-anak mereka.
"Kami sedang membahas pekerjaan." jawab Burhan sambil menatap Emily bingung, kemudian menatap Enji yang masih berdiri.
"Kamu kenapa, Nji? duduklah didekat suamimu." titah Burhan pada putrinya, Enjipun duduk disebelah Erwin. Tersenyum jahil menatap Erwin.
"Ternyata kamu pangeran berkudaku." katanya sambil tertawa. Erwin ikut tersenyum dibuatnya.
"Kenapa? lebih gagah dari perkiraanmu?" tanya Erwin narsis, membuat Enji memonyongkan bibirnya tak ingin memuji. Emily dan Burhan tertawa melihat interaksi anak dan menantunya.
"Mulai senin, Erwin akan sibuk membantu perusahaan Papa." kata Burhan pada Emily dan Enji.
"Hai Papa, kami belum berbulan madu, Papa sudah kasih Erwin pekerjaan. Restauran saja sudah cukup sibuk. Aku tak mau Erwin seperti Papa, tak ada waktu untuk kami anak-anakmu." Enji menyampaikan keberatannya.
"Erwin bukan hanya membantu Papa, tapi juga membantu orang tuanya. Papa dan mertuamu ada pekerjaan bersama. Dukunglah suamimu." Emily membela suaminya memberi penjelasan pada Enji yang hanya bisa mendengus kesal.
"Kamu juga yang akan menikmati nantinya, biarkan Erwin berkembang, dia punya potensi." kata Pak Burhan. Erwin hanya mendengarkan saja perdebatan antara istrinya dan mertuanya. Tadi ia sempat mengatakan siap membantu, tak menyangka istrinya akan keberatan. Kalau sudah begini Erwin hanya mengamati dulu, nanti disaat berdua dengan Enji, Erwin akan memberikan pengertian. Bagaimanapun ia tumpuan harapan orang tua dan mertuanya. Adik Enji, Kenzo masih terlalu muda, baru masuk kuliah ilmu bisnis di Boston. Itulah mengapa Pak Burhan dan istrinya sering kali ke Boston.
"Terserah Papa sajalah, sebenarnya aku kurang setuju." Enji menyerah walaupun tetap menyatakan keberannya.
"Memangnya kalian berencana berbulan madu dimana?" tanya Emily pada Enji.
"Kamu mau kemana?" tanya Enji pada Erwin, seketika kekesalannya menguap hilang entah kemana.
"Aku belum punya ide, sepertinya sebulan dua bulan ini masih akan sibuk mengurus pekerjaan Papa." kata Erwin memberi penjelasan pada Enji.
"Apa sih pekerjaan yang kamu tangani saat ini?"
"Papa mau mengambil alih hotel-hotel tua di Indonesia, akan diperbarui mengikuti selera pasar. Pola manajemen pun terpusat sehingga bentuk hotel hingga pelayanan diberbagai Kota tak jauh berbeda. Untuk makanan di hotel juga akan mengambil menu yang ada di Warung Elite. Jadi selain membantu Papa Burhan dan Papa Permana, aku juga meningkatkan penjualan Warung Elite." Erwin menjelaskan secara detail pada Enji.
"Kalau perlu kamu ikut aktif di perusahaan, Nji. Bantulah Erwin." kata Burhan berharap.
"Sudah kubilang berapa kali, aku tidak tertarik dengan perusahaan Papa, serahkan saja pada Kenzo nanti."
"Maka dari itu Papa meminta Erwin menggantikan kamu. Siapa lagi yang bisa membantu Papa, Kenzo masih kuliah, Lena masih Sekolah menengah. Kamu selalu menolak. Papa tidak mau usaha yang papa rintis jatuh ketangan orang lain."
"Baiklah, aku memberi restu pada suamiku, sementara aku bantu doa. Bukankah itu lebih baik, Cinta?" tanya Enji yang tanpa sadar menyebut Erwin Cinta, membuat hidung Erwin kembang kempis terlalu senang. Emily pun tertawa karena anaknya sudah bisa bersikap mesra secara natural.
"Cinta, kamu sebagai apa dikantor Papa?" tanya Enji pada suaminya.
"Papa akan menjadikan Erwin sebagai Asisten Papa, menggantikan Tomi yang Papa pindahkan ke Boston, calon istrinya orang sana, sekalian Tomi bisa mengawasi Kenzo." kata Burhan pada Enji.
"Berarti kamu akan menjadi wakil CEO, Papa jangan kasih Erwin dekat dengan sekretaris Papa. Aku minta sekretaris Erwin juga laki-laki."
"Ck, posesif sekali kamu, Nak." kata Emily sambil tertawa.
"Suamiku ganteng, Ma. Apalagi sekarang punya jabatan, pasti banyak wanita yang ingin mendekat."
"Kamu juga cantik, kenapa khawatir?" kata Erwin tak percaya Enji akan seposesif itu.
"Kamu juga Win, kalau macam-macam, tahukan aku akan seperti apa kalau mengamuk." Enji menyeringai mengingatkan Erwin akan emosinya yang cepat meledak.
"Tenanglah, kamu tahu kan aku seperti apa."
"Iya, aku percaya kamu, tapi aku tidak percaya para wanita itu." Burhan dan emily tertawa dibuatnya.
"Mana berani mereka mengganggu milikmu, Nji. Semua dikantor sudah tahu watakmu, bahkan sekretaris Papa berapa kali dibuat sibuk karena ulahmu. Bahkan urusan Ranti kemarin, dia sempat hampir sibuk kalau saja alex tidak turun tangan." kekeh Burhan mengacak anak rambut Enji.
"Cinta, Ranti sudah aman ya? berarti Kiki tinggal berurusan dengan Sheila dan ibunya?" Enji tersenyum seperti ada ide dikepalanya.
"Mau kamu apakan Sheila?" tanya Erwin Khawatir Enji membuat ulah.
"Tenang saja, kalau mereka tidak mengganggu milikku, dan didepan mataku tidak bertingkah aneh, tidak akan kuganggu. Tapi kalau aku lagi sama Kiki mereka bikin ulah, dari sekarang aku mohon pengertiannya." kata Enji mengerlingkan matanya jahil.
"Nji, sepertinya kamu sudah punya panggilan sayang untuk suamimu. Tak perlu mama ajarkan lagi" Emily menggoda anaknya, membuat Enji memainkan wajahnya memberi kode pada Mamanya , tak mau ketahuan minta diajarkan.
"Memangnya tadi kamu minta ajarkan sama Mama?" tanya Erwin spontan, percuma ditutupi, ternyata suaminya cepat sekali membaca situasi.
"Aku bingung harus panggil kamu apa, tadi kutanya Mama. Tapi kata Cinta mengalir begitu saja, bukan Mama yang ajarkan. Iya kan Ma?" Enji menjelaskan apa adanya. Erwin tertawa, tak menyangka Enji ternyata sepolos itu, Pikirnya hanya istri Reza saja yang polos, istrinya yang bar bar pun sangat polos aslinya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 92 Episodes
Comments
coni
hai kak, 5 like, fav n rate for u 🥰
semangat dan mari saling mendukung!!
ditunggu feedback-nya!!
salam ANGKASA
2021-04-19
0
auliasiamatir
aku hadir juga cinta.. membawa like untuk author
2021-04-15
0