Dua hari

"Gimana friend?" sambut Andi saat Erwin kembali dari kantor Pak Burhan. Dilihatnya wajah Erwin tampak bingung. Tak ada wajah ceria dan kocaknya.

"Ada bokap gue tadi disana."

"Hmmm tercium aroma perjodohan, sudah ketebak. Kenapa kaya orang linglung, sesuai harapan lu kan friend." Andi menanggapi dengan santai.

"Apa iya semudah ini friend, berasa terbang gue, takut kebanting aja. Lagian apa pantas gue jadi suami Enji?" Erwin menunjukkan kekhawatirannya, rasa tak percaya dirinya timbul. Membuat Andi kesal mendengarnya. Disentilnya jidat Erwin,

"Stupid!!! Doa lu dikabulkan Allah, tinggal bersyukur dan jalani. Lu pengusaha friend, umur segini belum lulus kuliah sudah punya tabungan banyak, ga semua orang seberuntung kita. Ingat, kita berhasil atas jerih payah kita sendiri, bukan karena fasilitas orang tua. Apa yang bikin lu ga percaya diri? Kalau lu ga pantas, ga mungkinlah seorang Burhan Komarudin kenalin lu sama anaknya, dan sekarang minta lu jadi menantunya. Bersyukur aja friend, jalanin prosesnya ikutin alurnya."

"Bener juga friend, gue tadi tiba-tiba mikir Sheila aja ga mau sama gue. Apa iya Enji mau."

"Sheila sudah cinta mati sama Reza friend. Nyokapnya Sheila juga berharap lebih sama Reza, bahkan sampai serang Kiki di Mal. Padahal gue lihat sih lu sama Reza tuh beda-beda tipis aja friend."

"Kita berempat kali friend yang beda tipis."

"Ga lah, gue mah beda. Gue kan lebih ganteng." Andi terbahak melihat Erwin yang menggaruk kepalanya.

"Ga ya friend, kita berempat tuh memang beda-beda tipis." Erwin meluruskan, tak mau mengakui kalau Andi lebih ganteng. Andi masih saja terbahak mendengar perkataan Erwin.

"Apa tuh friend? Lu mau liburan?" tanya Erwin saat melihat layar notebook

"Iya tiket ke KL, Sabtu habis wisuda gue langsung Kebandara friend. Anterin ya. Gerak Cepat gue, kalian sudah pada mau menikah. Gue ga mau jomblo sendiri." Andi menjulurkan lidahnya dan mulai melanjutkan aktifitasnya.

"Lu serius friend? Sabtu mau melamar Cindy?" tanya Erwin tak percaya.

"Belum melamar lah, gue mau kenalan dulu sama bokap nyokap Cindy, ya sekalian kasih tau kalau gue serius sama anaknya. Kalau dipaksa menikah cepat, ya mau ga mau deh." kata Andi berlagak acuh-acuh butuh.

"Kalau disuruh nunggu sampai Cindy lulus friend?"

"In syaa Allah gue tungguin. Ikutin alur aja friend, jodoh ga kemana kan. Yang penting gue usaha dulu." jawab Andi santai.

"Nanti lu jomblo sendiri friend. Kita nanti pada sibuk sama istri." Erwin mulai menggoda Andi.

"Ish lu masih jomblo ya jangan tengil deh. Ga papa kalau belum saatnya menikah masa gue paksain. Sementara yang gue suka sekarang Cindy. Tapi kan ga tau jodoh gue siapa nanti. Kaya lu aja friend bertahun-tahun jadi secret admire Sheila, sekarang malah mau dijodohin sama Enji. Itu rahasia Allah friend. Gue ke KL bagian dari ikhtiar, hasilnya gue serahin sama Allah." Andi berkata bijak sambil tersenyum santai kepada sahabatnya.

"Semoga lancar friend, doain gue juga. Balik yuk gue mau ketemu Enji nih. Mau ngobrol banyak, bahas masa depan."

"Janjian dimana? Anterin gue pulang friend, mobil gue dibengkel."

"Jemput Enji dulu ya. Tadi gue janji jemput dia di salon dekat sini. Setelah itu baru antar kamu pulang sayang."

"Ish geli gue." Andi mengedikkan bahunya membuat Erwin terbahak. Mereka beranjak dari ruangan menuju parkiran, tak lupa berpesan pada pegawai untuk membersihkan ruang kerja mereka.

Salon langganan Enji tak jauh dari restauran mereka, hanya beberapa blok saja. Tak perlu waktu lama mereka tiba di parkiran salon. Andi pun pindah kebangku belakang, tau diri memberi kesempatan pada Enji dan Erwin untuk lebih dekat.

"Loh ada Andi, kenapa dibelakang? mau aku temani?" Enji membuka pintu belakang dan ...

"Hei aku bukan supirmu nona." sebelum Enji duduk dibangku belakang Erwin segera mengeluarkan nada protesnya. Enji tertawa dan segera naik lalu duduk disamping Erwin.

"Hmm aku ga biasa duduk didepan, mesti latihan ya dari sekarang. Kamu tadi sudah ketemu papa kan? gimana mau jadi suami aku?" tanya Enji tak peduli ada Andi dibangku belakang.

"Kamu serius ya?"

"Memangnya menikah itu untuk main-main ya. Andi, temanmu gimana sih. Seharusnya dia yang ajak aku menikah, bukan seperti ini kan. Posisi terbalik malah dia yang tanya aku serius apa ga."

"pergerakan kamu cepat sekali Nji, Erwin sampai linglung, seperti mimpi katanya."

"Jawab aja Iya atau tidak, itu gampang kan. Orang tua sudah setuju apalagi. Pakai minta waktu dua minggu sama papaku. Memangnya mau penyesuaian apa? Dua hari cukup ya Win. Kamu tinggal jawab Yes or No. Kamu mau tau apa tentang aku? Serius? iya aku serius, apalagi? mantan pacar? aku punya satu namanya Leo dia tinggal di Perth. Hm.. teman? kamu tau aku ga punya teman, cuma kalian saat ini dan Kiki kesayanganku. Hari ini kenalkan aku sama mama papa dan adikmu." wow Erwin dan Andi terperangah mendengar Enji yang bicara langsung pada tujuan, tanpa basa-basi.

"Kita antar Andi pulang dulu, baru kerumah aku." Erwin langsung mempercepat laju kendaraannya, sepertinya dengan Enji tak bisa berlama-lama. Waktu dua minggu yang diminta Erwin dipangkasnya menjadi dua hari. Andi menggelengkan kepalanya.

"Unik." gumamnya nyaris tak terdengar.

"Kamu sudah punya calon istri, Ndi?" tanya Enji pada Andi.

"Hmm yang aku harapkan dan aku suka ada."

"Oo gerak cepat lah. Menikah memang bukan perlombaan, tapi kalau sudah mampu bukannya lebih baik menikah daripada sendiri. Mari menyempurnakan separuh ibadah." Enji tersenyum dengan manisnya.

"Jadi kamu menikah sama aku karena mau memyempurnakan ibadah?" tanya Erwin tak percaya seorang enji yang barbar membahas ibadah.

"Iya, aku mau menikah karena Allah. Apalagi kulihat mama papaku suka dan percaya sama kamu, saat mereka diboston pun kamu juga ga pernah ajak aku untuk keluar rumah. Mungkin doaku dalam sholat dijawab Allah. Aku selalu minta dikirimkan teman yang disuka mama papaku, kalau bisa sekalian yang bisa menjadi pasangan hidupku. Yang bisa menerima aku apa adanya dan mencintaiku karena Allah. Kuharap kamu orangnya dan semoga memang kamu Win. Kalau kamu ragu, istikharahlah, aku tak mau berlama-lama. Kalau kamu bilang iya, dua minggu ke depan kita menikah. Ga perlu menunggu satu atau dua bulan."

"Kenapa kamu terburu-buru sekali?"

"Menurut aku untuk ibadah lebih cepat bukannya lebih baik ya?"

"Ya sudah."

"Ya sudah apa?"

"Kita menikah."

"Aih kamu bercanda. Kapan?"

"Minggu depan gimana?"

"Tanya papa dulu ya."

"Ok."

Andi menggarukkan kepalanya mendengarkan percakapan dua sejoli didepan, tak ada romantis-romantisnya. eh mereka rencana menikah minggu depan ya barusan? cepat sekali. Andi menggaruk lagi kepalanya yang tak gatal.

Terpopuler

Comments

Nurwana

Nurwana

bhas pernikahan kayak mo prgi d.psar aj....

2021-07-27

0

auliasiamatir

auliasiamatir

ahh istirahat dulu yah kak, mao masak buat sahur di tar di lanjut lagi,

dua like dari aku buat mu thor

2021-04-13

1

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 92 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!