Akad

"Saya akan melamar Enji besok malam, Pak." Erwin menyampaikan niatnya pada Pak Burhan dan istrinya saat mengantarkan Enji pulang.

"Bukannya kamu butuh waktu dua minggu, Win?" Pak Burhan menanyakan hal yang sama dengan Papanya tadi.

"Lebih cepat lebih baik." jawab Erwin tegas.

"Kalau bisa minggu ini nikahkan kami, Pa." sahut Enji membuat Bu Burhan terbelalak. Pak Burhan tertawa mendengarnya.

"Jangan terburu nafsu, kita butuh persiapan." kata Pak Burhan pada kedua sejoli dihadapannya.

"Sebaiknya minggu depan, hari Jum'at, akad nikah saja tak usah dirayakan." Erwin memberi saran.

"Ya setelah itu kita langsung berlibur atau ikut Mama dan Papa ke Boston." Enji tak mau kalah menyampaikan idenya.

"Terserah kalian sajalah, bagaimana baiknya." Pak Burhan akhirnya mengalah.

Sesuai kesepakatan keesokan harinya Pak Permana dan istri juga Pipit makan malam dirumah Erwin, sekaligus menyampaikan niat melamar Enji. Walaupun mereka sudah sepakat menjodohkan anaknya, tapi ritual lamaran tetap dilaksanakan. Mereka menyetujui keinginan Erwin, jika pernikahan dilaksanakan secara sederhana saja. Hanya keluarga, kerabat dekat dan sahabat saja yang akan mereka undang.

"Sudah yakin kamu Nji, menikah dengan Erwin?" Permana menggoda Enji calon menantunya.

"Sangat yakin Pa," jawab Enji langsung saja tanpa diminta memanggil Papa pada Permana.

Semua persiapan berjalan lancar, tentu saja orang suruhan Permana dan Burhan yang bergerak, sementara calon pengantin bisa bersantai. Untuk Enji tak perlu perawatan karena ia sudah rutin melakukannya.

Hari yang di nanti pun tiba, Jumat ini Enji sudah berdandan cantik dirumahnya. Pesta pernikahan akan dilaksanakan dirumah Pak Burhan yang cukup menampung tamu 1000 orang. Tapi tamu mereka hanya 200 orang, tidak lebih. Benar-benar dibatasi.

"Cantik sekali calon kakak iparku." Pipit yang sedari tadi mendampingi Enji tampak mengagumi kecantikan Enji.

"Kamu juga cantik, dandan begini." Enji yang sedang di touch up memegang tangan Pipit.

"Erwin sudah datang, Pit?" tanya Enji pada Pipit.

"Masih dalam perjalanan, dia satu mobil dengan sahabatnya."

"Welcome to Nyo Club." Teriak Intan yang mengintip dari depan pintu, dibelakangnya tampak Kiki, Monik dan Regina cekikikan khas mereka.

"Ah kalian sudah datang. Berarti Erwin juga sudah datang ya?" Enji tampak lega melihat sahabatnya sudah berkumpul.

"Aih sabar lah, menanyakan Erwin terus dari tadi." Pipit terkekeh, menghampiri Kiki dan memeluknya. "Gue bisa ga ikut Nyo Club?" tanyanya pada Kiki.

"Tentu, dengan syarat kamu bisa merebut hati Kak Andi dan menjadi istrinya." jawab Kiki dengan mata berbinar. Harapannya menjodohkan Andi dengan Cindy pupus sudah ketika Andi ditolak oleh orang tua Cindy. Mereka yang berasal dari keluarga birokrat berharap anaknya mendapatkan jodoh seorang birokrat juga.

"Sepertinya hanya mimpi." gumam Pipit mengingat rencana Papa yang akan menjodohkan Pipit dengan Leo.

"Memang Kak Andi sudah menyerah mendapatkan Cindy?" tanya Monik penasaran.

"Iya perjuangkanlah, baru ditolak sekali." sambung Intan.

"Kak Andi punya prinsip, kalau orang tua ga setuju, terutama Ibu, dia akan tinggalkan. Takut dosa melawan orang tua." Kiki menjelaskan.

"Hei kalian ghibah ya. Ayo acara sudah mulai." geng rumpi tertangkap basah pleh Anto, Reza menggelengkan kepalanya sambil menatap tajam pada Kiki. Mereka yang habis mengghibah cekikikan tanpa dosa.

"Kita ga ghibah, kamu salah sangka." ketus Kiki merasa dipelototi suaminya.

"Aku ga ngomong apa-apa." jawab Reza sambil menggandeng istrinya.

"Tapi kamu melihat aku seakan begitu." sungut Kiki, Reza langsung mencubit pipi istrinya gemas.

"Kalau ga merasa kenapa marah, cium juga nih." kata Reza menarik tangan Kiki untuk duduk dibangku yang sudah disediakan.

"Bawaan orok, Ja. Sensi." sahut Andi menggoda Kiki.

"Kak Andi, jadi gimana? Kamu, Cindy End?" tanya Intan ingin mendengar langsung.

"End." jawab andi sambil menggerakkan tangannya di leher.

"Pipit gimana? boleh lah." Jiwa mak comblang Monik muncul. Andi menggelengkan kepala sambil tertawa melihat ke empat Nyonya dengan ekspresi kepo ingin mendengar jawaban Andi.

"Psssttt... Sudah mau mulai tuh, kalian berisik." Mario mengingatkan, untung saja Regina tak ikut bertanya, hanya ekspresi mukanya saja yang terlihat kepo.

Akad nikah berlangsung lancar hingga hampir semua yang hadir berteriak "Sah!!!!" , Erwin menarik nafas lega. Rrsmi sudah Erwin dan Enji menjadi pasangan suami istri.

"Halal Yess." teriak Erwin pada sahabatnya.

"Yeaaayyyy." rombongan sahabat Erwin langsung menyambut dengan teriakan. Mereka tampak bahagia. Semua tamu undangan tertawa melihatnya.

"Kak Andi.." Kiki tampak ingin menyampaikan sesuatu, belum sempat menyelesaikan kalimatnya, langsung saja Reza memotong,

"Andi banyak fansnya sayang, kamu ga usah repot carikan jodoh." Mario dan Andi terkekeh karena Reza sudah menduga arah pembicaraan Kiki.

"Aku cuma mau menyampaikan, Cindy patah hati. Kak Andi berjuanglah, yakinkan orangtuanya."

Andi diam saja, tak mengeluarkan kalimat apapun, hanya menarik nafas panjang kemudian tersenyum.

"Berat Ki, sudahlah kalau memang jodoh tak kemana." katanya kemudian.

"No galau-galau kan friend?" Kata Mario memberi semangat.

"Pasti dong sayang." Kata Andi dengan gaya sok manja. Mari mengedikkan bahunya.

Mereka kemudian menghampiri Enji dan Erwin memberi selamat dan berfoto bersama.

"Benar-benar road show ya." Alex tertawa menyalami Erwin dan Enji. Tertawa mengingat selisih pernikahan mereka hanya beberapa minggu.

"Sebentar lagi kayanya Andi nih." tebak Anto sok tahu.

"Lagi patah hati dia." sahut Intan

"Wih mana kenal patah hati Andi. Fansnya banyak begitu." jawab Anto yang sangat tahu siapa saja wanita yang dikenalnya berusaha mendekati Andi.

"Kalian malah fokus ke Andi." sungut Erwin kesal merasa diabaikan. Mereka tertawa dan segera bubar karena antrian yang ingin menyalami pengantin sudah mulai panjang.

"Nyo, jangan lupa share malam pertama." teriak Enji saat sahabatnya turun dari panggung.

"Kak Mario sama Regina pasangan paling hot. Minggu lalu ke bogor kesiangan." celutuk Intan konyol. Anto langsung menyentil jidat istrinya. Yang lain tertawa mendengar interaksi Enji dan Intan. Keduanya tampak konyol. Mario terkekeh menggelengkan kepalanya, sedangkan Regina tampak merah merona.

Kemudian mereka berpencar menyantap sajian yang telah disediakan.

Rombongan orang tua sedang membentuk lingkaran sendiri, tampak Orang Tua Reza, Orang Tua Andi, Orang Tua Enji, Orang Tua Erwin dan tak ketinggalan Orang Tua Mario, mereka berkumpul entah apa yang dibahas dan tampak seru membuat Mario dan Reza saling mencolek, curiga rencana apa lagi yang mereka buat. Karena ide mereka suka briliant dan tak di duga-duga.

"Win, Ayo bergabung kesana." Ajak Enji melihat tak ada lagi yang menyalami mereka, para tamu sedang menikmati makanan.

"Panggilnya yang mesra bisa kan?"

"Ish...."

"Kenapa? ada yang salah?"

"Tak ada, Bingung panggilan mesra apa?" Enji tertawa mengingat selama ini rasanya ia dan Erwin belum pernah bertutur mesra. Erwin ikut tertawa.

"Nanti sajalah kita pikirkan." katanya menarik tangan Enji bergabung bersama sahabatnya menikmati sajian yang ada dan tertawa bersama.

Terpopuler

Comments

auliasiamatir

auliasiamatir

kepo aku, sama rumah tangga mereka Thor, kayaknya bakal baca maraton malam nih

2021-04-15

0

winona

winona

lanjut Thor

2021-03-05

0

lihat semua
Episodes
Episodes

Updated 92 Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!