Bab 5

Ayah Lidya mendengus kesal mendengar ucapan anak semata wayangnya itu.

"Hanna, bawakan surat wasiat dari Leny," ucap Ayah Lidya.

"Baik," balas Ibu tiri Lidya.

Ibu tiri Lidya pergi untuk mengambil surat warisan. Lalu tidak berapa lama, datanglah Ibu tiri Lidya.

"Bacalah, nak" ucap Ibu tiri Lidya seraya menyodorkan surat tersebut.

Lidya hampir saja memuntahkan isi perutnya, saat wanita didepannya ini berpura pura bersikap manis dan mengatakan nak.

Tangan Lidya terulur mengambil surat itu.

Dibacanya dengan detail tentang surat itu.

Semua penghasilan dari perusahaan yang seharusnya menjadi milik Leny Herdyan akan diserahkan kepada Lidya Lanita. Pantas saya uang di rekeningku membengkak.

Lidya mengucapkan salah satu poin dalam surat itu di dalam hati.

Lidya Lanita juga harus menikah dengan anak sahabatku, Nyonya Dirga dan Tuan Dirga.

Sesaat Lidya menatap nanar tulisan itu.

Beberapa saat kemudian Lidya bangkit dari duduknya.

"Maaf, saya harus pamit sebentar," ucap Lidya seraya melangkahkan kakinya menuju kamarnya.

Tiba dikamar, Lidya langsung pergi ke balkon.

Lidya kembali menatap tulisan yang sangat sangat berada diluar pemikiran Lidya.

"Kenapa, Bu? Kenapa Ibu menuliskan wasiat yang sangat sulit untuk ku penuhi. Ibu tahukan aku hanya mencintai Kelvin ku. Tapi kenapa Ibu menyuruhku menikah dengan seseorang yang bahkan aku tidak kenal," Lidya berucap sambil menatap bintang di langit.

Kata orang orang tua, kalau manusia yang telah tiada akan menjadi bintang. Itu sebabnya Lidya berkata sambil menatap bintang, seolah olah bintang itu adalah Ibunya.

"Kenapa Ibu mau menikahkan ku kepada orang yang bernama Kelvin itu. Ibu pikir kalau dua orang yang memiliki satu nama, bisa menjadi satu manusia? Tidak, Bu. Aku mencintai Kelvin, tapi bukan Kelvin yang dibawah," ucap Lidya.

Ya, yang akan dijodohkan dengan Lidya adalah Kelvin seniornya di kampus.

"Walau sekarang Kelvin sudah tiada, tapi dia akan selalu ada di hatiku," ucap Lidya.

Lidya merenung sambil duduk di lantai balkon yang dingin. Ia mencoba memikirkan kembali apa penyebab kematian Ibunya.

Terakhir Lidya melihat Ibunya saat di rumah Kelvin. Saat itu Ibunya pamit akan pergi sebentar. Dan sampai prosesi pemakaman Ibu Leny tidak datang. Malahan yang datang kepada Lidya adalah berita kematian Ibunya.

"Ibu, aku tahu. Aku tahu, pasti surat wasiat ini bukan keinginan Ibu. Aku yakin hal itu. Kalaupun memang Ibu yang menulisnya, Ibu pasti punya alasan," ucap Lidya.

Lidya berpikir keras apakah dia akan melakukan wasiat Ibunya atau malah menghiraukan wasiat itu.

Setelah berpikir cukup keras akhirnya Lidya dapat memikirkan sesuatu.

Lidya kembali turun kebawah, tepatnya keruang tamu.

"Baiklah, saya menerima pernikahan ini. Tapi dengan dua syarat," ucap Lidya.

"Kenapa harus menggunakan syarat, nak? Apa kamu melakukan hal ini tidak tulus?" Tanya Ayah Lidya.

"Kalau tidak setuju, ya sudah tidak perlu lakukan pernikahan ini," ucap Lidya.

"Aku setuju," ucap Kelvin.

"Anda yakin?" Tanya Lidya.

Kelvin mengangguk pasti.

"Syarat pertama, pernikahan ini akan dilaksanakan setelah saya menyelesaikan sekolah saya," ucap Lidya.

"Tapi nak, itu terlalu lama. Lebih cepat lebih baik," ucap Ayah Lidya.

"Disurat ini tidak dituliskan kapan saya harus menikah dengan pria ini dan ini merupakan hak saya memutuskan kapan saya akan menikah," ucap Lidya.

"Kami setuju," ucap Tuan Dirga.

"Syarat kedua, hubungan ini harus disembunyikan dari publik. Karena saya tidak mau hubungan ini menjadi penghalang untuk pendidikan saya," ucap Lidya.

"Aku setuju," ucap Kelvin.

"Baiklah, kita sudah sepakat. Pernikahan ini akan terjadi setelah putri kami lulus," ucap Ayah Lidya.

Sepakat? Ini pernikahan apa perjanjian?

Lidya berkata dalam hati. Bagi Lidya pernikahan adalah sesuatu yang sakral dan terjadi sekali seumur hidup.

"Baiklah Tuan, kami pulang dulu," ucap Tuan Dirga.

Ayah dan Ibu tiri Lidya mengantar Tuan dan Nyonya Dirga keluar. Sedangkan Kelvin izin ke toilet sebentar.

Aku harap ini keputusan terbaik

Lidya bergumam dalam hati.

Lidya berjalan ke dapur untuk mengambil teko yang dia sempat tinggalkan tadi, karena tarikan Ibu tirinya.

Lidya mengambil teko dan bersiap untuk keluar dari dapur.

"Lidya," sebuah bisikan di telinga Lidya yang membuat jantung Lidya berdetak cepat dan teko ditangannya hampir saja jatuh.

Segera saja Lidya membalikkan tubuhnya melihat seseorang yang tak asing lagi baginya, Kelvin.

"Ada apa Anda kemari?" Tanya Lidya yang selalu to the point.

"Astaga," bukannya menjawab pria didepannya ini malah berkata aneh.

"Bisa tidak bicara denganku berbasa-basi dulu dan kenapa kamu selalu memanggil Anda saya. Itu terlalu formal. Panggil aku, kamu atau lo. Apa susahnya sih?" Kelvin bertanya.

"Maaf tapi Anda dan saya tidak sedekat itu," ucap Lidya.

"Jadi kita harus sedekat mana. Aku ini tunangan mu," ucap Kelvin.

"Ralat perkataan Anda, saya masih belum menjadi tunangan Anda," ucap Lidya.

"Kenapa sih kamu mempermasalahkan perkataan ku. Tidak akan lama lagi kamu akan menjadi tunangan ku dan akan menjadi istriku kelak," Kelvin mendengus kesal.

"Kita tidak tahu, apakah dimasa depan kita akan menikah atau malah memisah," ucap Lidya.

"Akan ku pastikan kamu jatuh cinta kepadaku. Dan nantinya sedetik pun kamu tidak akan mau pergi dari sisiku," ucap Kelvin dengan sangat yakin.

"Terserah," balas Lidya yang berlalu pergi dengan teko ditangannya.

Kelvin menatap punggung Lidya dengan nanar. Melihat sikap Lidya yang seperti membangun tembok antara dirinya dan dunia luar membuat Kelvin menatap kepergian Lidya sedih.

"Aku harap, aku bisa membuatmu jatuh cinta kepadaku," Kelvin berkata dengan sedih.

Setelah Kelvin tidak dapat lagi menatap sosok Lidya, Kelvin beranjak dari dapur ke arah teras.

Sesampainya setelah di teras, Kelvin berpamitan kepada orang tua Lidya untuk pulang.

Setelah itu Kelvin masuk kedalam mobil orang tuanya dan pulang kembali ke rumah keluarganya.

Di dalam mobil.

"Kelvin," panggil Ibunya Kelvin.

"Iya," Mom sahut Kelvin.

"Mommy lihat gadis itu sikapnya terlalu dingin dan terkesan cuek. Bahkan dia kelihatan sekali tidak menghormati orang tuanya," ucap Mommy Kelvin.

"Ibu yang tadi adalah Ibu tiri Lidya, Mom. Mungkin Lidya tidak menyukai dan belum menerima Ibu tirinya itu," ucap Kelvin sambil menatap keluar jendela.

"Tapi kan tetap saja wanita itu Ibunya," ucap Mommy Kelvin yang masih tak terima dengan sikap tak hormat Lidya kepada orang tuanya.

"Coba kalau Daddy nikah lagi. Apa Mommy mau Kelvin menerima istri baru Daddy gitu aja?" Tanya Kelvin.

"Ih, amit amit," ucap Mommy.

"Kamu jangan pernah duain aku, ya Dad. Kamu juga Kel, jangan mau anggap wanita yang dibawa Daddy mu sebagai Ibumu. Ibumu hanya satu, yaitu Mommy," ucap Mommy Kelvin.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!