Bab 3

"Bu, Yah, Om, Tan, jawab Lidya dong. Jangan diam aja," ucap Lidya yang tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya.

"Kamu yang sabar ya, nak. Ini semua kehendak Yang Maha Kuasa," ucap Ibu Lily.

"Ada apa sih, Bu? Jangan buat Lidya bingung deh," ucap Lidya tak mengerti.

"Ke-Kelvin, anakku," Ibunya Kelvin malah menangis.

"Apa terjadi sesuatu kepada Kelvin, Bu?" Tanya Lidya khawatir

"Ibu jawab Lidya. Jangan diam aja, Bu. Pleass, jawab Lidya," Lidya memohon kepada Ibunya, karena sesungguhnya dia sangat bingung apa yang terjadi kepada Kelvin. Dan dia juga takut jika Kelvin kenapa napa melihat dari tangisan Ibunya Kelvin.

"Kelvin sudah tiada," jawab Ayah Lidya.

Seketika lutut Lidya terasa lemas. Ia terduduk dilantai. Jantungnya seakan berhenti berdetak mendengar perkataan Ayahnya. Memori tentang janji yang diucapkan Kelvin berputar di kepalanya.

"Berjanjilah kamu tidak akan pernah meninggalkanku," ucap Lidya.

"Aku janji, aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Lagian aku mau pergi kemana," ucap Kelvin.

"Tidak, Kelvin tidak boleh meninggalkanku. Tidak boleh," Lidya berteriak histeris membuatnya menjadi pusat perhatian.

"Lidya bangun nak," ucap Ibu Lidya seraya menuntun Lidya untuk berdiri dan kembali masuk ke dalam rumah.

"Ibu, aku ingin melihat Kelvin," ucap Lidya dengan tangis yang pecah.

"Kamu belum pulih total, nak. Istirahatlah dulu," ucap Ibu Lidya.

"Tidak, Bu. Lidya ingin melihat Kelvin. Lidya mohon, izinkan Lidya melihat Kelvin," Lidya memohon dengan memegang kaki Ibunya.

Siapapun yang melihat hal itu pasti akan merasa kasihan.

"Bangunlah, nak" ucap Ibu Lidya.

"Tolong, Bu. Izinkan Lidya melihat Kelvin untuk yang terakhir kalinya," ucap Lidya.

Ibu Lidya kembali menuntun Lidya untuk berdiri.

"Baiklah, Lidya boleh melihat Kelvin tapi sebentar saja, ya" ucap Ibu Lidya.

"Ayo, Bu" Lidya menarik tangan Ibunya, karena sesungguhnya dia tidak tahu apakah dia bisa melihat Kelvin hanya sekilas. Padahal hatinya menginginkan terus bersama Kelvin seumur hidupnya.

Tiba ditempat Kelvin.

"Kelvin," Lidya mengucapkan nama Kelvin dengan bibir bergetar. Tak kuasa matanya membendung cairan bening itu. Cairan itu mengalir tanpa bisa dihentikan.

"Kelvin, bangunlah. Lihatlah, ini aku. My Princess mu. Ayolah bangun," Lidya berusaha membangunkan Kelvin dengan menggoyang goyangkan tubuhnya.

Tubuh Kelvin berlumuran darah, terutama dibagi kepalanya. Wajahnya pun tak bisa dikenali.

"Kamu sudah berjanji kepadaku, bahwa kamu tidak akan meninggalkanku. Jadi jangan tinggalkan aku," Lidya kembali menangis sambil menatap kondisi Kelvin yang memprihatinkan.

"Sudah lama aku menunggu momen momen disaat aku resmi menjadi pacarmu. Kamu bilang ini hari bersejarah bukan? Karena dihari ini kita lulus SMA. Dan hari ini kita juga resmi berpacaran. Tapi bagiku ini hari paling buruk, palinggggg buruk," ucap Lidya.

"Kalau memang kita tidak ditakdirkan untuk bersama. Maka aku tidak masalah kita menjadi teman. Kalau aku tahu kamu akan mengalami hal seperti ini. Pasti aku akan menolak ajakan mu untuk ke cafe itu," Lidya terus berucap kepada tubuh tanpa jiwa dihadapannya itu.

"Tolong bangunlah. Kalau tidak demi ku, bangunlah demi orang tuamu. Apa kamu tidak menyayangi mereka?" Tanya Lidya.

"Saat aku mengatakan tentang dampak kepergian mu bagiku. Kamu menyuruhku untuk tidak mengatakan hal itu, karena kamu sudah janji tidak akan meninggalkanku," Lidya berucap dengan tangan memegang erat tangan Kelvin.

"Aku janji, aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Lagian aku mau pergi kemana. Itukan yang kamu katakan. Difilm film pun selalu ada kata seperti itu tapi lihat orang itu malah meninggalkannya sama seperti di novel novel. Aku benci kata kata itu," Lidya terus saja berucap.

"Kamu itu jahat, kamu egois, kamu gak mikirin keadaan aku gimana kamu tinggalkan," Lidya berkata seperti itu hanya dengan tujuan Kelvin bangun dan menyangkal omongannya.

"Kenapa kamu gak bangun juga? Kamu gak kasian sama aku. Kamu gak mau menyangkal perkataan ku? Ayo bangun," Lidya memeluk tubuh Kelvin erat erat, seolah olah tidak ingin berpisah dari pria tercintanya itu.

"Lidya sudah, nak. Ayo kita kembali ke ruangan kamu," ucap Ibu Lidya.

"Tidak, Bu. Lidya mau disini nemanin Kelvin," ucap Lidya.

"Istirahatlah sebentar, nak" ucap Ibu Lidya.

"Kelvin sudah beristirahat untuk selamanya, Ibu. Dan aku tidak memerlukan istirahat seperti yang Ibu maksud. Aku memerlukan istirahat dengan melihat Kelvin untuk yang terakhir kalinya," ucap Lidya dengan suara lirih dan mata tetap fokus kepada Kelvin.

Ibu Lidya yang tidak ingin menganggu putrinya, keluar dari sana dan duduk didepan ruangan Kelvin. Memberikan waktu kepada putrinya untuk mengikhlaskan kepergian pacarnya, Kelvin. Yang Ibu Lidya baru tahu tadi dari ucapan anaknya yang mengatakan mereka baru jadian.

Untuk beberapa lama, Lidya hanya menatap raga tanpa jiwa dihadapannya. Dengan tatapan dan raut muka yang sulit untuk ditebak, apakah dia sedang sedih. Mukanya datar tanpa ekspresi.

Pikirannya menampakkan awal mula mereka bertemu. Mulai dekat, menjadi sahabat, menjadi perhatian dan saling percaya. Bahkan mulai menyimpan rasa satu sama lain.

Lidya sudah lelah untuk berusaha membangunkan Kelvin. Yang bisa dilakukan hanyalah diam dengan mata menatap kearah Kelvin. Memuaskan penglihatannya, karena tidak sampai 24 jam, Ia tidak akan dapat melihat sosok dihadapannya lagi.

***

Keesokan harinya.

Lidya menatap makam yang bertuliskan nama Kelvin Dirga. Lahir tanggal 09 Juli 20.. dan meninggal tanggal 07 Mei 20...

Tanpa terasa air mata Lidya kembali turun menatap makam itu. Rasa sesak yang amat dalam dirasakannya di dadanya. Ingin sekali rasanya dia berteriak sekuat kuatnya. Menunjukkan betapa sedihnya dia.

"Lidya," panggil seseorang yang tidak Lidya kenal.

"Ibumu sudah tiada," ucap orang itu yang mengejutkan Lidya.

"Bagaimana mungkin? Ibuku bahkan masih sehat kemarin?" Lidya bertanya dengan nada panik.

"Ibumu ada di rumahmu. Lihatlah dia untuk yang terakhir kalinya," ucap pria itu.

Segera saja Lidya langsung berlari pergi pulang kerumahnya.

***

Rumah Lidya.

Lidya menatap Ibunya yang sudah terbaring tak berdaya. Menatap bibir Ibunya yang memucat.

Lagi lagi air mata Lidya tumpah.

Untuk yang kedua kalinya dalam sehari Lidya mengikuti pemakaman.

Setelah selesai dari tempat pemakaman, Lidya langsung masuk ke kamar dan mengunci dirinya. Karena tidak makan sejak pagi, akhirnya Lidya pingsan sampai pagi.

Empat hari kemudian.

Ayah Lidya membawa seorang wanita ke rumah mereka.

"Lidya, perkenalkan ini Ibu baru kamu," ucap Ayah Lidya.

"Ayah tidak salah bicara? Ibu baru? Yah, Ibu baru meninggal empat hari lalu. Dan sekarang Ayah bawa wanita gak jelas ini ke rumah. Wanita murahan begini?" Emosi Lidya tak dapat dikontrol karena tak terima sikap Ayahnya.

Plak...

Tamparan yang sangat keras dan menyakitkan didapatkan oleh Lidya dari Ayahnya.

Terpopuler

Comments

Tania Permatasari

Tania Permatasari

sumpah.itu bapa kejam bgt

2021-08-30

0

Seri Wahyuni

Seri Wahyuni

emm sad banget
thor jgn terlalau kejam

2021-05-14

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!