Pagi telah tiba.
Saras terbangun, waktu menunjukan pukul delapan pagi. Ia langsung terperajat dari tempat tidurnya begitu melihat jam yang ada di meja kecil sudah menunjukan pukul delapan pagi. Matahari pun sudah menyinari celah-celah gorden. Saras menggeliat dan menguap. Dia turun dari tempat tidurnya, lalu, Saras membuka gorden untuk menghirup udara segar dari jendela yang dia buka. Angin pagi hari menerpa wajah cantik Saras.
"Pagi hari yang indah, apakah Tuan muda itu sudah bangun," ujar Saras. Lalu, fia melangkah pergi menuju ruang tengah.
Terlihat pintu kamar Frenkie tertutup rapat, Saras berniat untuk membukanya tapi merasa enggan. Setelah berdiam diri cukup lama di depan pintu kamar Frenkie, Saras menuju dapur karena dia merasa lapar.
Terdapat secarik kertas di tempelkan di kulkas, Saras membacanya. Saras tercengang setelah membaca surat dari Frenkie, dia tidak percaya dengan isi surat yang tertulis dalam kertas putih itu. Saras pun mengepal geram, kertas itu di buanglah ke tempat sampah yang ada di dapur.
"Apa-apaan ini, dia pergi begitu saja dan aku di sini sendiri, pintu pun sengaja dia kunci! Dasar tuan mu-da tidak-tidak dia itu penculik aku tidak akan menyebutnya lagi dengan sebutan Tuan muda lagi. Jahat banget sih dia, aku di kurung di sini sendirian," pekik Saras pasrah. Lalu, dia duduk termangu di kursi meja makan sambil menatap dia ke arah meja makan.
Di kantor Frenkie.
Frenkie kini duduk di kursi kebesarannya. Dia bergelut dengan tugas kantor yang semakin menumpuk setiap harinya. Dirinya sangat sibuk banyak berkas yang harus dia tanda tangani. Berkas itu sangat penting bagi perusahaan kantornya. Karena itu, Frenkie pergi lebih terlebih dahulu tanpa sepengetahuan Saras. Frenkie, tidak menyadari Mamah Aayushi sudah tiba di kantor kebesaran Frenkie. Mamah Aayushi langsung membuka pintu ruang kerja anaknya, bibirnya tersenyum melihat anak kesayangannya sudah ada di kantor mengerjakan tugasnya sebagai direktur utama.
"Apa kamu sudah menemukan calon istrimu?" Tanya Mamah Aayushi yang secara tiba-tiba, dan mengagetkan Frenkie.
Frenkie mendongkakan wajahnya untuk melihat kedatangan Mamahnya secara mendadak tanpa memberitahunya terlebih dahulu. Frenkie hanya bisa menghembuskan nafasnya kesal dengan pertanyaan Mamah Aayushi.
"Mamah, kapan datang! Seperti hantu saja tiba-tiba ada di sini," ujar Frenkie. Lalu, ia melanjutkan kembali berkutat mengerjakan tugasnya yang semakin menumpuk.
"Kamu punya proyek baru, Mamah tahu itu, semoga sukses anak sayangku, tapi kamu tidak lupakan nanti malam bawa calon istrimu ke rumah kita untuk sekedar makan malam?" Tanya Mamah Aayushi untuk meyakinkan anaknya.
Frenkie segera menghentikan tangannya yang kini sedang sibuk bergelut bersama berkas-berkas penting miliknya di hadapan Mamah Aayushi.
"Baiklah Mamah tunggu saja, jangan lupa hidangkan makanan yang paling lezat untuk nanti malam. Karena calonku itu dia sangat cantik, aku tidak mau dia di beri makan yang tidak sesuai sama dengan harapanku," ujar Frenkie meyakinkan.
"Wow, apakah wanita itu model, atau aktris papan atas, semoga saja dia sesuai harapan Mamah, cantik seksi, ah pokoknya yang aduhai seperti impian Mamah mendapatkan calon menantu yang sangat cantik," seru Mamah Aayushi.
"Udah di bawain tapi masih nawar elah dasar orangtua," gumam Frenkie menggelengkan kepalanya.
"Baiklah, Mamah akan menunggumu nanti malam oke sayang," seru Mamah Aayushi. Lalu, dia meninggalkan anaknya yang kini sedang menatap nanar kepergian Mamahnya.
Frenkie pun berpikir, bagaimana cara supaya Saras mau di ajak ke rumahnya nanti malam dan mau menjadi pacar atau calon Istrinya.
"Pokoknya dia harus mau di ajak kerja sama, bagaimana pun caranya, ini adalah kesempatan aku. Dan setelah aku nikah nanti, sesuai janji Pak Baskoro akan bekerja sama dengan perusahaan besar miliknya yang ada di luar negri, ini adalah kesempatan emasku peluang besar untuk perusahaanku ini," ujar Frenkie tersenyum sinis.
Di apartemen.
Saras duduk sambil memakan telor dadar buatannya, yang sudah di sediakan Frenkie di dalam kulkas untuk Saras makan. Saras mendengus kesal karena tidak ada lagi makanan di dalam kulkas selain hanya telor saja membuat Saras kesal dan geram terhadap Frenkie.
"Pokoknya bila nanti dia sudah pulang, aku akan bejek-bejek dia, enak saja aku di kurung seharian begini. Mana di kunci lagi, dasar penculik tidak punya pikiran, makanan gak ada cuma ada telor doang, awas saja nanti dia pulang," geram Saras sambil memakan telor dadarnya.
Lima jam kemudian.
Pintu apartemen terbuka, itu tandanya Frenkie sudah pulang dari kantor. Terlihat Frenkie membawa tas dengan baju kerjanya yang sedikit kusut membuat Saras memincingkan wajah ke arah Frenkie.
Frenkie kaget, dia melihat Saras yang kini sedang duduk di sofa sambil menatap ke arah dirinya dengan sangat tajam. Frenkie pun menghiraukan Saras dan melanjutkan langkah kakinya pergi menuju kamar. Tanpa menyapa Saras yang kini ada di hadapannya.
"Dasar penculik tidak punya perasaan, lebih baik aku pergi saja dari sini," ujar Saras.
Tangan Frenkie yang memegang knop kamar, mendadak terhenti setelah mendengar ocehan Saras. Lalu, dia segera membalikan badannya ke arah Saras yang kini sedang duduk santai di sofa dengan wajah yang sangat dingin.
Frenkie berpikir, dia jangan terlalu cuek dengan Saras. Frenkie juga butuh Saras untuk menjalankan aksinya nanti supaya mendapatkan proyek besar.
"Maafkan aku, tadi banyak kerjaan yang membuatku meninggalkan kamu di sini sendiri," ujar Frenkie lembut sambil menghampiri Saras di sofa.
"Ada apa kau kemari?" Tanya Saras kesal.
Frenkie malah terkekeh geli melihat tingkah laku Saras yang menggemaskan di hadapannya.
"Aku punya pekerjaan buatmu, aku harap kamu tidak menolaknya," ucap Frenkie sambil duduk di dekat Saras.
Saras lalu melirik ke arah Frenkie yang kini sedang menatap intens ke arahnya, membuat Saras merasa risih. Saras pun menyelidik Frenkie yang secara tiba-tiba saja baik terhadapnya.
"Apaan, dan cepat katakan, aku tidak ada waktu untuk mendengarmu bicara penculik," sahut Saras.
"Jangan panggil aku penculik, karena aku bukanlah penculik mengerti!" Terang Frenkie.
Saras merasa kesal atas ucapan Frenkie yang di ucapkan. Saras beranjak untuk pergi dari hadapan Frenkie, akan tetapi pergelangan tangannya berhasil Frenkie raih untuk tetap duduk di dekatnya.
"Duduklah, dan mohon dengarkan aku dulu," ucap Frenkie memohon.
"Baiklah cepat katakan, aku tidak punya waktu mendengarmu bicara yang tidak penting bagiku," ujar Saras sambil duduk kembali.
"Aku harap kamu tidak menolaknya, apakah kamu mau menjadi istri kontrakku?" Tanya Frenkie sambil memasang wajah memelasnya.
Saras yang mendengar ucapan Frenkie langsung terlonjak kaget merasa tidak percaya dengan apa yang di ucapkan Frenkie. Saras tercengang ke arah Frenkie sambil terdiam beberapa saat. Saras masih tidak percaya akan menikah kontrak dengan seorang Ceo.
"A-ku kau jadikan istri kontrakmu?" Tanya Saras terbata-bata.
"Iya, apa kamu mau, aku janji nikah kontrak kita cuma 6 bulan saja, supaya orang dan media tidak menjuluki aku sebagai gay lagi. Aku janji akan membayarmu dengan sangat mahal," balas Frenkie menghembuskan nafasnya pelan.
Saras merasa kasihan, tapi dia juga ingin sekali tertawa mendengar Pria yang ada di hadapannya itu di juluki sebagai gay. Frenkie hanya pasrah di tertawakan oleh Saras setelah dia mengatakan julukannya sebagai seorang gay.
"Apa aku tidak salah dengar! Kau di gosipkan sebagai gay," ucap Saras sambil terkekeh geli ke arah Frenkie.
"Iya, maka dari itu kau harus menolongku," mohon Frenkie pada Saras.
"Ataukah benar kau seorang gay, sebagai buktinya kau hanya menikahi kontrak saja denganku," seru Saras.
"Kamu tidak percaya aku adalah Pria sejati, aku akan buktikan padamu," ujar Frenkie tegas, dia langsung menarik tangan Saras ke hadapannya. Lalu, Frenkie mencium bibir Saras secara rakus.
Mata Saras melotot dengan tingkah Frenkie yang telah menciumnya dengan cara memaksa.
"Kau menjijikan, kau telah merenggut ciuman pertamaku," desis Saras sambil mendorong badan Frenkie.
"Kamu mau buktikan, ini buktinya, aku bisa menciummu dan mencumbu kamu, apa kamu kurang," goda Frenkie. Saras merasa kesal dia pun segera berdiri. Namun, lagi-lagi di tarik oleh Frenkie dan kembali duduk di sampingnya kembali.
"Bagaimana, apa kamu mau?" Tanya Frenkie memastikan.
Saras mulai berpikir, ini adalah kesempatan emasnya. Saras juga bisa memanfaatkan Frenkie dan bisa mengajak dia shoping dan juga jalan-jalan nantinya.
"Baiklah, tapi ada syaratnya, kau tidak boleh sekamar denganku, tidak boleh melarangku bila suatu hari nanti aku punya pacar. Lebih baik aku tulis perjanjian kita di saat sudah menikah kontrak denganmu. Aku nggak mau kau ciumi aku lagi mengerti! Dan ingat satu lagi, aku mau kau ajak aku shoping ke salon, juga kau harus siap dengan segala perjanjinku nantinya, bagaimana setuju?" seru Saras sambil menunjuk jarinya ke arah wajah Frenkie.
Frenkie hanya bisa menelan salivanya susah payah, setelah Saras menjelaskan persyaratannya. Frenkie mau tidak mau harus menurutinya demi mendapatkan proyek besar setelah dia berhasil menikah kontrak dengan Saras.
"Baiklah aku setuju dengan syarat yang kau ajukan," ujar Frenkie sambil menaikan dua bahunya ke atas merasa tidak keberatan.
"Dan sekarang kita harus pergi membeli baju buat nanti malam, kita pergi ke rumah orangtuaku," ucap Frenkie.
Saras tercengang mendengar ucapan Frenkie, membuat Saras sedikit terdiam.
"Kau sungguh tidak sabaran, bagaimana mungkin aku bisa ke rumahmu, aku malas kau saja yang pergi ke sana," ujar Saras enteng.
Lagi-lagi Saras pergi dan di tarik lagi tangannya oleh frenkie membuat Saras kesal.
"Tadi kamu sudah setuju bahwa kamu siap jadi istri kontrakku, jadi sekarang kamu harus mau aku kenalkan dengan keluargaku," seru Frenkie membuat Saras menohok tidak percaya.
"Apa ini tidak terlalu cepat?" Tanya Saras memastikan.
"Tidak, kau harus segera siap-siap, kita pergi ke salon dan juga beli gaun yang bagus buat kamu," jawab Frenkie sambil menatap intens pada Saras.
"Baiklah belikan gaun yang bagus dan juga mahal untukku," seru Saras enteng yang di angguki oleh Frenkie.
"Cepat kita berangkat, setengah jam lagi kita harus sudah siap," ucap Frenkie.
"Tunggu dulu, aku terpaksa menikah kontrak denganmu mengerti, karena aku sudah tidak punya siapa-siapa lagi dan kamu harus mengerti akan hal itu," ucap Saras menjelaskan dan di angguki oleh Frenkie.
"Baiklah, aku mengerti memang sih, orang miskin sepertimu pasti tidak punya siapa-siapa di dunia ini, maka dari itu aku mengajakmu bekerja sama untuk menikah kontrak denganku," sahut Frenkie terus terang.
"Aku terpaksa melakukan ini, karena aku tidak punya tujuan harus ke mana lagi dan tidak punya tempat tinggal, dan terserah kamu mau panggil aku orang miskin atau apalah itu aku bodo amat," ujar Saras segera masuk ke kamarnya dan langsung menutup pintunya. Frenkie hanya diam melihat Saras masuk ke dalam kamar.
"Dasar wanita aneh, apa yang dia katakan tadi, ciuman pertamanya. Apa dia masih segel," ujar Frenkie menyeringai.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 87 Episodes
Comments
Windy Lyana
matre jg Saras.yg dia pikirin cm shopping n ke salon.
2022-09-14
0
Dewy Zainudin
ini novel pertama yg aq baca si wanita yg kasih surat perjanjian kontrak ke ceo..saras kamu wanita cerdas +cerdik
2021-07-03
0
Jungkook wife
Selalu hadir membawa like untuk karya Author. Salam dari "Istri yang Terabaikan" mari terus saling mendukung. Ditunggu selalu Feedback nya. Terimakasih.
2021-03-25
1