Bab 3

Lanjut...😉

Plizzz like, vote and comment...

Clik tanda ❤ biar tambah mesraaah 😍😍

Don't be silent reader yaaa 😣

Jadilah reader yang aktif dan memberikan dukungan...😎😘**

🐚🐚🐚

"Antrian nomor 9A". Terdengar suara wanita dari speker diruang itu, tepat dihadapan dimana Aiyla dan Azzam menunggu.

Aiyla mengajak putranya untuk masuk kedalam ruangan, degub jantungnya bergemuruh ketika memasuki ruangan dokter spesialis tersebut.

Semua perasaan yang dirasakannya bercampur baur menjadi satu. Rasa gelisah, takut dan sebuah harapan bergejolak didalam batinnya.

Pada saat memasuki ruangan itu terlihat lelaki berkisar diusia 50 tahun dengan gurat-gurat tanda penuaan terlihat jelas diwajahnya.

Sebuah senyuman menyambut hangat mereka berdua memasuki ruangan dokter tersebut

Dengan ramah dokter itu mempersilahkan Aiyla dan putranya untuk duduk dikursi tepat dihadapan meja dokter itu

Dokter mempersilahkan Aiyla untuk bercerita tentang riwayat pengobatan dan rasa sakit yang diderita putranya.

Sekitar satu tahun lalu Azzam sering deman dan mengeluh merasakan sakit yang hebat dibagian pinggangnya

Dokter menyimak dan mendengarkan dengan seksama setiap untaian kata yang keluar dari mulut Aiyla dengan beberapa kali menganggukan kepala.

Mengerti dengan apa yang dijelaskan wanita dihadapanya, kemudian dokter menanyakan rekam medis dari rumah sakit sebelumnya.

Guna memperkuat dugaan yang telah didapat, dari mendengarkan cerita yang telah disampaikan oleh Aiyla dengan sangat runtun.

Dokter tersebut melihat dan membaca dengan seksama rekam medis putranya yang sedari tadi dipegang Aiyla

Dengan ekspresi wajah yang berubah menjadi lebih serius, setelah membaca catatan rekam medis Azzam dan sesekali menatap wajah putra Aiyla dan dirinya.

"Harus segera dirawat". Ucap dokter tersebut dengan tatapan mata penuh kesungguhan

Sebelumnya Aiyla telah memprediksi akan jawaban dokter tersebut sebelum keluar dari mulut dokter itu sendiri. Cuma berusaha menepis apa yang menjadi prediksinya dan berharap putranya bisa dengan rawat jalan saja.

Melihat kondisi tubuh putranya yang semakin hari semakin melemah. Aiyla berusaha tegar atas apa yang telah disampaikan oleh dokter Ahmed dengan detail.

Air matanya sedari tadi hendak keluar dari ujung mata, namun dirinya berusaha untuk menahan agar tak jatuh menetes dipipi.

Aiyla tak ingin air mata itu terlihat oleh Azzam, seakan terlihat betapa rapuh ibunya saat ini.

"Jagoan malam ini langsung tidur disini ya...Biar cepat sembuh". Ucap dokter Ahmed kembali dengan senyum disudut bibirnya.

Azzam memandang wajah ibunya seakan memastikan kebenaran perkataan yang telah disampaikan oleh lelaki dihadapannya itu.

Sebuah senyuman dicoba untuk terlihat dihadapan putranya. Menganggukkan kepala pertanda Aiyla Setuju dengan apa yang dikatakan dokter Ahmed.

"Azzam mau sembuh dok, Azzam mau tidur disini". Jawab putranya dengan polos.

Digenggam erat kedua tangan putranya seraya menatap bola mata yang sangat dirindukannya itu. Sosok anak lelaki yang memang tak pernah membuat Aiyla bersedih.

Azzam adalah sosok anak yang periang dan pemberani, sebelum dirinya mengalami sakit seperti ini, bahkan dirinya mampu mengisi hari-hari Aiyla menjadi lebih berarti.

Selalu membuat Aiyla menjadi kuat menghadapi beban yang harus ditanggungnya seorang diri dengan status single parent

Lamunan Aiyla terhenti setelah dokter Ahmed memerintahkan pada perawat yang menjadi asisten kerjanya itu.

Meminta untuk mempersiapkan semuanya untuk pemeriksaan secara menyeluruh pada Azzam

"Baik lah dok". Terdengar suara balasan dari seorang perawat bertubuh tinggi dan langsing itu

Perawat yang telah berdiri dibelakang mereka berdua sedari tadi, telah siap menerima segala perintah yang diberikan dokter kepadanya.

Aiyla dan putranya mengikuti setiap perintah yang diberikan dokter dan perawat tersebut

Kini Azzam telah berganti dengan pakaian pasien yang ada dirumah sakit dan telah berada pada sebuah ruangan. Putranya bakal akan lama berada dirumah sakit ini.

Akhirnya, Azzam tertidur setelah melakukan pengecekan secara menyeluruh terhadap dirinya. Aiyla bersyukur bahwa rumah sakit tersebut sangat cekatan dan cepat tanggap.

Mereka bekerja sesuai prosedur dan tindakan mereka selalu dipantau oleh dokter yang menangani Azzam.

Rasa penat juga menyelimuti disekujur tubuh Aiyla, keluar masuk dan kesana kemari guna menyiapkan segala administrasi putranya yang diperlukan dirumah sakit tersebut.

Dilirik arlogi ditangan kanannya, terlihat tepat angka 20.08 malam. Perutnya baru terasa perih karena belum terisi sedari tadi siang.

Dilihatnya Azzam tertidur dengan wajah pucat serta selang infus terpasang ditangan kanannya.

Aiyla memutuskan untuk berjalan keluar ruangan tersebut dan mencari sesuatu yang dapat mengisi perutnya yang terasa perih itu.

Secangkir kopi dan sepotong roti telah ada di kedua tangannya. Duduk dikursi tepat didepan ruangan Azzam yang sedang tertidur didalam sana.

Diseruputnya kopi hangat yang ada digengaman tangan kiri dan menggigit sepotong roti. Terasa teramat serat air kopi dan roti yang masuk melalui kerongkongannya.

Akhirnya bulir bening yang sedari tadi dicoba untuk tak keluar dari ujung matanya, kini tak terbendung lagi.

Belum lagi habis, Aiyla meminum kopi dan memakan roti yang ada digengamannya itu, namun tangisan pun pecah.

Terdengar sungguh menyayat hati bagi yang mendengarkannya. Aiyla tak dapat lagi mengendalikan emosi pada dirinya.

Beruntung tangisan nan pilu itu tak terdengar oleh pengunjung atau keluarga pasien ataupun petugas jaga yang ada disana.

Aiyla larut dalam derita seorang diri yang sangat menyiksa dan menyesakkan dadanya. Terlintas kembali perkataan dokter Ahmed dipikirannya.

"Nyonya perbanyaklah berdoa dan memohon, semoga ada harapan untuk putra anda, kedua ginjalnya tidak berfungsi dengan baik jika ini semakin buruk maka berkemungkinan gagal ginjal".

Aiyla menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, air mata deras mengalir dan dibiarkannya saja telah membasahi wajah cantiknya.

Wajar saja putranya sering mengeluh, rasa nyeri dibagian pinggang dan merasakan sakit yang teramat hebat sehingga tubuhnya gemetar dan wajahnya sampai pucat menahan rasa sakit.

"Azzaaam.....Oh, Tuhan berikan pertolongan Mu". Lirih Aiyla pilu

Dret... Dret... Dret...

Getar ponsel disaku mantel menyadarkan dirinya. Ponselnya bergetar dan terlihat dilayar ponsel nama sahabatnya itu.

Berusaha mengendalikan perasan dan emosi yang ada pada dirinya, ditekannya tanda berwarna hijau pada layar posel tersebut.

"Aiyla... Gimana? Apa kata dokter? Apakah Azzam bisa disembuhkan?". Rentetan pertanyaan keluar dari mulut sahabatnya itu tak berjeda.

Terlihat sekali sahabatnya itu turut prihatin dan merasa kekhawatir yang sama dengan apa yang dihadapi Aiyla.

"Azzam dirawat Gul... Aku sekarang ada diruang inap. Aku tak sempat pulang kerumah dan dokter menyarankan putra ku untuk segera dirawat disini". Ungkap Aiyla dengan terbata-bata dan dengan suara serak setelah habis menangis

Seperti biasa sahabatnya itu mengetahui bahwa Aiyla telah habis menangis, terdengar dari suara diponselnya .

Setelah mendengar penjelasan dari Aiyla, Gul langsung memberikan kata-kata penyemangat walaupun raganya tak berada disamping Ayla.

Melalui suara Gul menenangkan Aiyla dan memberikan kekuatan serta harapan. Hanya itu yang bisa dilakukan Gul saat ini.

Sepercik harapan tercipta dari perkataan sahabatnya itu, sedikit menenangkan dirinya saat ini.

Akhirnya panggilan masuk itupun terputus setelah Gul memastikan akan langsung kerumah sakit setibanya pulang dari luar kota.

Terpopuler

Comments

Fifi Yulfia Rifa

Fifi Yulfia Rifa

bagus cerita nya thor

2023-04-14

0

Libra Jambi

Libra Jambi

asli kek melihat lgsg kejadiannya.. sad beut ka..

2021-04-17

1

sariz07

sariz07

sabar ya mba ayla. puk puk

salam

pasangan Terbaikku 😁

2021-03-30

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1
2 Bab 2
3 Bab 3
4 Bab 4
5 Bab 5
6 Bab 6
7 Bab 7
8 Bab 8
9 Bab 9
10 Bab 10
11 Bab 11
12 Bab 12
13 Bab 13
14 Bab 14
15 Bab 15
16 Bab 16
17 Bab 17
18 Bab 18
19 Bab 19
20 Bab 20
21 Bab 21
22 Bab 22
23 Bab 23
24 Bab 24
25 Bab 25
26 Bab 26
27 Bab 27
28 Bab 28
29 Bab 29
30 Bab 30
31 Bab 31
32 Bab 32
33 Bab 33
34 Bab 34
35 Bab 35
36 Bab 36
37 Bab 37
38 Bab 38
39 Bab 39
40 Bab 40
41 Bab 41
42 Bab 42
43 Bab 43
44 Bab 44
45 Bab 45
46 Bab 46
47 Bab 47
48 Bab 48
49 Bab 49
50 Bab 50
51 Bab 51
52 Bab 52
53 Bab 53
54 Bab 54
55 Bab 55
56 Bab 56
57 Bab 57
58 Bab 58
59 Bab 59
60 Bab 60
61 Bab 61
62 Bab 62
63 Bab 63
64 Bab 64
65 Bab 65
66 Bab 66
67 Bab 67
68 Bab 68
69 Bab 69
70 Bab 70
71 Bab 71
72 Bab 72
73 Bab 73
74 Bab 74
75 Bab 75
76 Bab 76
77 Bab 77
78 Bab 78
79 Bab 79
80 Bab 80
81 Bab 81
82 Bab 82
83 Bab 83
84 Bab 84
85 Bab 85
86 Bab 86
87 Bab 87
88 Bab 88
89 Bab 89
90 Bab 90
91 Bab 91
92 Bab 92
93 Bab 93
94 Bab 94
95 Bab 95
96 Bab 96
97 Bab 97
98 Bab 98
99 Bab 99
100 Bab 100
101 Bab 101
102 Bab 102
103 Bab 103
104 Bab 104
105 Bab 105
106 Visual Tokoh dalam Cerita Pekatnya Malam
107 Bab 106
108 Bab 107
109 Bab 108
110 Bab 109
111 Bab 110
112 Bab 111
113 Bab 112
114 Bab 113
115 Bab 114
116 Bab 115
117 Bab 116
118 Bab 117
119 Bab 118
120 Bab 119
121 Bab 120
122 Bab 121
123 Bab 122
124 Bab 123
125 Bab 124
126 Bab 125
127 Bab 126
128 Bab 127
129 Bab 128
130 Bab 129
131 Bab 130
132 Bab 131
133 Bab 132
134 Bab 133
135 Bab 134
136 Bab 135
137 Bab 136
138 Bab 137
139 Bab 138
140 Bab 139
141 Bab 140
142 Bab 141
143 Bab 142
144 Bab 143
145 Bab 144
146 Bab 145
147 Bab 146
148 Bab 147
149 Bab 148
150 Bab 149
151 Bab 150
152 Bab 151
153 Bab 152
154 Bab 153
155 Bab 154
156 Bab 155
157 Bab 156
158 Bab 157
159 Bab 158
160 Bab 159
161 Bab 160
162 Bab 161
163 Bab 162
164 Bab 163
165 Bab 164
166 Bab 165
167 Bab 166
168 Bab 167
169 Bab 168
170 Bab 169
171 Bab 170
172 Bab 171
173 Bab 172
174 Bab 173
175 Bab 174
176 Bab 175
177 Bab 176
178 Bab 177
179 Bab 178
180 Bab 179
181 Bab 180
Episodes

Updated 181 Episodes

1
Bab 1
2
Bab 2
3
Bab 3
4
Bab 4
5
Bab 5
6
Bab 6
7
Bab 7
8
Bab 8
9
Bab 9
10
Bab 10
11
Bab 11
12
Bab 12
13
Bab 13
14
Bab 14
15
Bab 15
16
Bab 16
17
Bab 17
18
Bab 18
19
Bab 19
20
Bab 20
21
Bab 21
22
Bab 22
23
Bab 23
24
Bab 24
25
Bab 25
26
Bab 26
27
Bab 27
28
Bab 28
29
Bab 29
30
Bab 30
31
Bab 31
32
Bab 32
33
Bab 33
34
Bab 34
35
Bab 35
36
Bab 36
37
Bab 37
38
Bab 38
39
Bab 39
40
Bab 40
41
Bab 41
42
Bab 42
43
Bab 43
44
Bab 44
45
Bab 45
46
Bab 46
47
Bab 47
48
Bab 48
49
Bab 49
50
Bab 50
51
Bab 51
52
Bab 52
53
Bab 53
54
Bab 54
55
Bab 55
56
Bab 56
57
Bab 57
58
Bab 58
59
Bab 59
60
Bab 60
61
Bab 61
62
Bab 62
63
Bab 63
64
Bab 64
65
Bab 65
66
Bab 66
67
Bab 67
68
Bab 68
69
Bab 69
70
Bab 70
71
Bab 71
72
Bab 72
73
Bab 73
74
Bab 74
75
Bab 75
76
Bab 76
77
Bab 77
78
Bab 78
79
Bab 79
80
Bab 80
81
Bab 81
82
Bab 82
83
Bab 83
84
Bab 84
85
Bab 85
86
Bab 86
87
Bab 87
88
Bab 88
89
Bab 89
90
Bab 90
91
Bab 91
92
Bab 92
93
Bab 93
94
Bab 94
95
Bab 95
96
Bab 96
97
Bab 97
98
Bab 98
99
Bab 99
100
Bab 100
101
Bab 101
102
Bab 102
103
Bab 103
104
Bab 104
105
Bab 105
106
Visual Tokoh dalam Cerita Pekatnya Malam
107
Bab 106
108
Bab 107
109
Bab 108
110
Bab 109
111
Bab 110
112
Bab 111
113
Bab 112
114
Bab 113
115
Bab 114
116
Bab 115
117
Bab 116
118
Bab 117
119
Bab 118
120
Bab 119
121
Bab 120
122
Bab 121
123
Bab 122
124
Bab 123
125
Bab 124
126
Bab 125
127
Bab 126
128
Bab 127
129
Bab 128
130
Bab 129
131
Bab 130
132
Bab 131
133
Bab 132
134
Bab 133
135
Bab 134
136
Bab 135
137
Bab 136
138
Bab 137
139
Bab 138
140
Bab 139
141
Bab 140
142
Bab 141
143
Bab 142
144
Bab 143
145
Bab 144
146
Bab 145
147
Bab 146
148
Bab 147
149
Bab 148
150
Bab 149
151
Bab 150
152
Bab 151
153
Bab 152
154
Bab 153
155
Bab 154
156
Bab 155
157
Bab 156
158
Bab 157
159
Bab 158
160
Bab 159
161
Bab 160
162
Bab 161
163
Bab 162
164
Bab 163
165
Bab 164
166
Bab 165
167
Bab 166
168
Bab 167
169
Bab 168
170
Bab 169
171
Bab 170
172
Bab 171
173
Bab 172
174
Bab 173
175
Bab 174
176
Bab 175
177
Bab 176
178
Bab 177
179
Bab 178
180
Bab 179
181
Bab 180

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!