Lanjut...😉
Plizzz like, vote and comment...
Clik tanda ❤ biar tambah mesraaah 😍😍
Don't be silent reader yaaa 😣
Jadilah reader yang aktif dan memberikan dukungan...😎😘**
🐚🐚🐚
"Antrian nomor 9A". Terdengar suara wanita dari speker diruang itu, tepat dihadapan dimana Aiyla dan Azzam menunggu.
Aiyla mengajak putranya untuk masuk kedalam ruangan, degub jantungnya bergemuruh ketika memasuki ruangan dokter spesialis tersebut.
Semua perasaan yang dirasakannya bercampur baur menjadi satu. Rasa gelisah, takut dan sebuah harapan bergejolak didalam batinnya.
Pada saat memasuki ruangan itu terlihat lelaki berkisar diusia 50 tahun dengan gurat-gurat tanda penuaan terlihat jelas diwajahnya.
Sebuah senyuman menyambut hangat mereka berdua memasuki ruangan dokter tersebut
Dengan ramah dokter itu mempersilahkan Aiyla dan putranya untuk duduk dikursi tepat dihadapan meja dokter itu
Dokter mempersilahkan Aiyla untuk bercerita tentang riwayat pengobatan dan rasa sakit yang diderita putranya.
Sekitar satu tahun lalu Azzam sering deman dan mengeluh merasakan sakit yang hebat dibagian pinggangnya
Dokter menyimak dan mendengarkan dengan seksama setiap untaian kata yang keluar dari mulut Aiyla dengan beberapa kali menganggukan kepala.
Mengerti dengan apa yang dijelaskan wanita dihadapanya, kemudian dokter menanyakan rekam medis dari rumah sakit sebelumnya.
Guna memperkuat dugaan yang telah didapat, dari mendengarkan cerita yang telah disampaikan oleh Aiyla dengan sangat runtun.
Dokter tersebut melihat dan membaca dengan seksama rekam medis putranya yang sedari tadi dipegang Aiyla
Dengan ekspresi wajah yang berubah menjadi lebih serius, setelah membaca catatan rekam medis Azzam dan sesekali menatap wajah putra Aiyla dan dirinya.
"Harus segera dirawat". Ucap dokter tersebut dengan tatapan mata penuh kesungguhan
Sebelumnya Aiyla telah memprediksi akan jawaban dokter tersebut sebelum keluar dari mulut dokter itu sendiri. Cuma berusaha menepis apa yang menjadi prediksinya dan berharap putranya bisa dengan rawat jalan saja.
Melihat kondisi tubuh putranya yang semakin hari semakin melemah. Aiyla berusaha tegar atas apa yang telah disampaikan oleh dokter Ahmed dengan detail.
Air matanya sedari tadi hendak keluar dari ujung mata, namun dirinya berusaha untuk menahan agar tak jatuh menetes dipipi.
Aiyla tak ingin air mata itu terlihat oleh Azzam, seakan terlihat betapa rapuh ibunya saat ini.
"Jagoan malam ini langsung tidur disini ya...Biar cepat sembuh". Ucap dokter Ahmed kembali dengan senyum disudut bibirnya.
Azzam memandang wajah ibunya seakan memastikan kebenaran perkataan yang telah disampaikan oleh lelaki dihadapannya itu.
Sebuah senyuman dicoba untuk terlihat dihadapan putranya. Menganggukkan kepala pertanda Aiyla Setuju dengan apa yang dikatakan dokter Ahmed.
"Azzam mau sembuh dok, Azzam mau tidur disini". Jawab putranya dengan polos.
Digenggam erat kedua tangan putranya seraya menatap bola mata yang sangat dirindukannya itu. Sosok anak lelaki yang memang tak pernah membuat Aiyla bersedih.
Azzam adalah sosok anak yang periang dan pemberani, sebelum dirinya mengalami sakit seperti ini, bahkan dirinya mampu mengisi hari-hari Aiyla menjadi lebih berarti.
Selalu membuat Aiyla menjadi kuat menghadapi beban yang harus ditanggungnya seorang diri dengan status single parent
Lamunan Aiyla terhenti setelah dokter Ahmed memerintahkan pada perawat yang menjadi asisten kerjanya itu.
Meminta untuk mempersiapkan semuanya untuk pemeriksaan secara menyeluruh pada Azzam
"Baik lah dok". Terdengar suara balasan dari seorang perawat bertubuh tinggi dan langsing itu
Perawat yang telah berdiri dibelakang mereka berdua sedari tadi, telah siap menerima segala perintah yang diberikan dokter kepadanya.
Aiyla dan putranya mengikuti setiap perintah yang diberikan dokter dan perawat tersebut
Kini Azzam telah berganti dengan pakaian pasien yang ada dirumah sakit dan telah berada pada sebuah ruangan. Putranya bakal akan lama berada dirumah sakit ini.
Akhirnya, Azzam tertidur setelah melakukan pengecekan secara menyeluruh terhadap dirinya. Aiyla bersyukur bahwa rumah sakit tersebut sangat cekatan dan cepat tanggap.
Mereka bekerja sesuai prosedur dan tindakan mereka selalu dipantau oleh dokter yang menangani Azzam.
Rasa penat juga menyelimuti disekujur tubuh Aiyla, keluar masuk dan kesana kemari guna menyiapkan segala administrasi putranya yang diperlukan dirumah sakit tersebut.
Dilirik arlogi ditangan kanannya, terlihat tepat angka 20.08 malam. Perutnya baru terasa perih karena belum terisi sedari tadi siang.
Dilihatnya Azzam tertidur dengan wajah pucat serta selang infus terpasang ditangan kanannya.
Aiyla memutuskan untuk berjalan keluar ruangan tersebut dan mencari sesuatu yang dapat mengisi perutnya yang terasa perih itu.
Secangkir kopi dan sepotong roti telah ada di kedua tangannya. Duduk dikursi tepat didepan ruangan Azzam yang sedang tertidur didalam sana.
Diseruputnya kopi hangat yang ada digengaman tangan kiri dan menggigit sepotong roti. Terasa teramat serat air kopi dan roti yang masuk melalui kerongkongannya.
Akhirnya bulir bening yang sedari tadi dicoba untuk tak keluar dari ujung matanya, kini tak terbendung lagi.
Belum lagi habis, Aiyla meminum kopi dan memakan roti yang ada digengamannya itu, namun tangisan pun pecah.
Terdengar sungguh menyayat hati bagi yang mendengarkannya. Aiyla tak dapat lagi mengendalikan emosi pada dirinya.
Beruntung tangisan nan pilu itu tak terdengar oleh pengunjung atau keluarga pasien ataupun petugas jaga yang ada disana.
Aiyla larut dalam derita seorang diri yang sangat menyiksa dan menyesakkan dadanya. Terlintas kembali perkataan dokter Ahmed dipikirannya.
"Nyonya perbanyaklah berdoa dan memohon, semoga ada harapan untuk putra anda, kedua ginjalnya tidak berfungsi dengan baik jika ini semakin buruk maka berkemungkinan gagal ginjal".
Aiyla menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, air mata deras mengalir dan dibiarkannya saja telah membasahi wajah cantiknya.
Wajar saja putranya sering mengeluh, rasa nyeri dibagian pinggang dan merasakan sakit yang teramat hebat sehingga tubuhnya gemetar dan wajahnya sampai pucat menahan rasa sakit.
"Azzaaam.....Oh, Tuhan berikan pertolongan Mu". Lirih Aiyla pilu
Dret... Dret... Dret...
Getar ponsel disaku mantel menyadarkan dirinya. Ponselnya bergetar dan terlihat dilayar ponsel nama sahabatnya itu.
Berusaha mengendalikan perasan dan emosi yang ada pada dirinya, ditekannya tanda berwarna hijau pada layar posel tersebut.
"Aiyla... Gimana? Apa kata dokter? Apakah Azzam bisa disembuhkan?". Rentetan pertanyaan keluar dari mulut sahabatnya itu tak berjeda.
Terlihat sekali sahabatnya itu turut prihatin dan merasa kekhawatir yang sama dengan apa yang dihadapi Aiyla.
"Azzam dirawat Gul... Aku sekarang ada diruang inap. Aku tak sempat pulang kerumah dan dokter menyarankan putra ku untuk segera dirawat disini". Ungkap Aiyla dengan terbata-bata dan dengan suara serak setelah habis menangis
Seperti biasa sahabatnya itu mengetahui bahwa Aiyla telah habis menangis, terdengar dari suara diponselnya .
Setelah mendengar penjelasan dari Aiyla, Gul langsung memberikan kata-kata penyemangat walaupun raganya tak berada disamping Ayla.
Melalui suara Gul menenangkan Aiyla dan memberikan kekuatan serta harapan. Hanya itu yang bisa dilakukan Gul saat ini.
Sepercik harapan tercipta dari perkataan sahabatnya itu, sedikit menenangkan dirinya saat ini.
Akhirnya panggilan masuk itupun terputus setelah Gul memastikan akan langsung kerumah sakit setibanya pulang dari luar kota.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 181 Episodes
Comments
Fifi Yulfia Rifa
bagus cerita nya thor
2023-04-14
0
Libra Jambi
asli kek melihat lgsg kejadiannya.. sad beut ka..
2021-04-17
1
sariz07
sabar ya mba ayla. puk puk
salam
pasangan Terbaikku 😁
2021-03-30
0